Aktivis ’98: Jokowi dan Prabowo Disatukan Narasi Besar Indonesia Maju

Catatan Redaksi839 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Aktivis 98 yang juga aktivis muda NU, Rahmat Pulungan menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto disatukan dengan narasi besar. Narasi itu yakni Indonesia maju dan tangguh.

“Saya menilai pertemuan Jokowi dan Prabowo itu diikat dalam persamaan narasi-narasi besar, narasi besar Indonesia maju dan tangguh. Tidak ada negara besar tanpa narasi besar. Narasi besar sangat penting karena akan menjadi spirit, mengonsolidasikan potensi, arus utama, dan meminimalisir fragmentasi dalam negeri,” kata Rahmat melalui keterangan tertulis, Sabtu (11/11/2023) seperti dilansir Redaksi Karosatuklik.com dari detikcom.

Contohnya, kita bisa lihat Amerika, China, Korea, Uni Emirat, dan negara maju lainnya. Semua negara besar pasti punya narasi besar yang bisa mempersatukan rakyatnya dalam titik tertentu.

Seorang presiden dan calon presiden perlu punya kesinambungan dalam narasi besar tentang Indonesia, sehingga hal itu bisa mempercepat proses kemajuan dan keberalanjutan Indonesia. Sekarang ini sosok yang memiliki narasi besar adalah Jokowi dan Prabowo,” lanjutnya.

Dia menuturkan Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku agama dan bahasa. Dia menyebut Indonesia belakangan mengalami fragmentasi serius dengan latar belakang tersebut.

“Negara kita ini terlalu plural, beragam suku, agama dan bahasa. Bahkan, secara geografis Indonesia itu sangat luas dan unik. Namun dalam belakangan ini mengalami fragmentasi yang cukup serius dengan latar beragam dan menarik untuk dipahami,” ujarnya.

Dia menyoroti tiga pasangan capres-dan cawapres di Pemilu 2024.Dia mengelompkan dengan tiga pendekatan.

“Pada Pilpres 2024 ini ada tiga pasang capres-cawapres yang dapat dikelompokkan dengan tiga pendekatan, yaitu berbasis gagasan, nilai dan kepentingan. Kelompok pertama adalah mereka yang bertemu karena kekuatan gagasan. Kedua mereka berkumpul karena persamaan nilai, dan ketiga mereka berjuang karena pertemuan kepentingan,” tuturnya.

Gagasan yang Kuat akan Bersatu dalam Narasi Besar Indonesia Maju dan Tangguh

“Kekuatan gagasan dari kelompok pertama tadi ada pada Jokowi dan Prabowo. Dua tokoh ini sesungguhnya dipertemukan dalam gagasan dan narasi besar untuk Indonesia maju dan tangguh. Nilai dan budaya berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan gagasan yang kuat. Pada masa pemerintahan Jokowi, sesuatu yang awalnya dianggap naif atau aneh, sekarang berubah dan dinilai biasa saja,” lanjutnya.

Menurut Rahmat banyak nilai dan budaya baru dalam pemerintahan Jokowi. Hal itu bisa terjadi karena gagasan dan nilai yag disesuaikan dengan perkembangan zaman.

“Itulah yang namanya dinamika dan perkembangan zaman sesuai kaidah ushul fikih menjaga nilai-nilai lama sekaligus berinovasi dan menerima nilai baru yang baik. Saya berpendapat apa yang dikerjakan Jokowi jika menggunakan standar nilai-nilai dan budaya lama kita sebenarnya sering berbenturan. Oleh karena itu, banyak nilai dan budaya baru dalam pemerintahan Jokowi. Ini terjadi karena gagasan yang kuat dan nilai serta budaya berkembang menyesuaikan zaman,” ucapnya.

Rahmat yakin gagasan yang kuat akan bersatu dalam narasi besar Indonesia maju dan tangguh. Dia menyebut narasi itu yang membuat Jokowi berani mengambil terobosan baru.

“Saya meyakini, gagasan yang kuat, nilai-nilai baru serta kepentingan strategis akan bersatu dalam narasi besar Indonesia maju dan tangguh. Narasi besar itu menjadi energi bagi Jokowi untuk melakukan terobosan yang sangat berani. Misalnya Jokowi berani mengakuisisi Freeport, Vale dan banyak perusahaan asing lain yang menguasai sumber daya alam (SDA). Selanjutnya Jokowi juga menghentikan ekspor bahan baku dan memaksa hilirisasi yang merupakan langkah strategis bagi Indonesia,” jelasnya.

Langkah Berani: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Pertama di Asia Tenggara

Langkah berani Jokowi ini memaksa kita bergerak cepat dalam semua hal, baik sumber daya manusia, regulasi, dan lainnya. Langkah cepat Jokowi yang fenomenal adalah saat membangun kereta cepat Jakarta-Bandung dan itu baru pertama di negara-negara Asia Tenggara. Alat transportasi modern itu adalah simbol sebuah negara maju. Jokowi menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi negara maju,” lanjutnya.

Menurutnya simbol kemajuan suatu negara bisa dilihat dari moda transportasinya. Salah satunya dengan kehadiran kereta cepat.

“Kita tahu pesawat bukan sebuah simbol kemajuan. Negara berkembang, maju, miskin atau kaya pasti punya pesawat. Justru yang melambangkan kemajuan itu adalah kereta cepat. Kereta cepat adalah simbol negara maju, karena tidak semua negara memiliki kereta cepat.”

“Saat ini jika kita melihat dalam setiap kesempatan kunjungan atau kegiatan kenegaraan, Jokowi bersalaman dan berdiri sejajar dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Presiden UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) dan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammad bin Salman Al Saud (MBS),” tuturnya.

“Posisi Jokowi seperti itu menjadi sebuah pesan kuat ke seluruh dunia bahwa Indonesia bukan negeri kelas dua,” imbuhnya. (Dtc)