Apa yang Harus Dilakukan saat Kontak Erat dengan Pasien Covid-19, Simak Penjelasan Ini

Kesehatan1235 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com — Kabar seorang teman yang terkonfirmasi positif Covid-19 memang menakutkan. Apalagi jika Anda sempat bertemu dalam beberapa hari terakhir.
Namun, jangan biarkan rasa panik menguasai tubuh. Rasa panik hanya akan membuat Anda berujung pada keputusan gegabah.

Alih-alih gegabah, cek langkah-langkah berikut untuk memastikan kondisi jika Anda sempat berkontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

 

1. Pastikan kontak erat

Definisi kontak erat sering kali simpang siur. Ada yang menganggap kontak erat berarti bertemu dalam waktu lama dengan pasien positif.

Ada pula yang tidak mempedulikan waktu, sebab berapa pun lamanya, tetap termasuk kontak erat. Namun, sebenarnya pengertian kontak erat bukan demikian.

“Kontak erat itu bukan kontak biasa. Kita lihat gimana kita menerapkan protokol kesehatan. Kalau ada orang positif, kontak erat dengan yang enggak pakai masker, hati-hati,” jelas Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan, Rita Rogayah, saat sesi live YouTube bersama IDI, Kamis (24/6).

Jika Anda masih mematuhi protokol kesehatan, pertemuan Anda dengan teman yang positif Covid-19 belum bisa disebut kontak erat. Namun, jika ada pelanggaran prokes, sebaiknya lakukan tes.

2. Tidak ada akses PCR, minimal tes swab antigen

Demi memastikan kondisi diri, Rita menyarankan untuk melakukan tes PCR. Namun, jika akses layanan tes PCR sulit dijangkau atau terbatas, minimal Anda melakukan tes swab antigen.

Staf Pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK Unair, Arief Bakhtiar, dalam wawancara terpisah menambahkan, tes Covid-19 bisa dilakukan tiga hari setelah kontak atau paparan. Dalam kurun waktu tiga hari, biasanya virus sudah menampakkan tanda infeksi sehingga bisa dengan mudah dideteksi alat tes.

3. Lapor Satgas RT/RW atau puskesmas terdekat

Jika Anda terkonfirmasi positif Covid-19, segera lapor ke satgas Covid RT/RW, kemudian lapor ke Puskesmas terdekat. Menurut Rita, Puskesmas biasanya akan melakukan pendataan dan pelacakan terhadap lingkungan sekitar juga pemantauan terhadap pasien.

“Melapor itu wajib. Ini kalau kita sudah positif, jangan sampai keluarga dan lingkungan jadi terpapar,” imbuhnya.

4. Isolasi mandiri atau ke rumah sakit?

Konfirmasi positif Covid-19 akan diikuti tindak lanjut isolasi mandiri atau rujukan ke rumah sakit.

Pasien tanpa gejala secara otomatis akan disarankan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah atau di lingkungan terpisah.

Raveinal, dokter spesialis penyakit dalam, menyarankan Anda untuk berkonsultasi dengan dokter di puskesmas jika merasakan gejala.
Gejala Covid-19 dibedakan menjadi gejala ringan, sedang, dan berat. Tingkat gejala ini ditentukan oleh pihak medis, bukan pasien itu sendiri.

Untuk awam akan sulit dan sebaiknya jangan diagnosis sendiri. Ringan menurut masyarakat belum tentu ringan menurut dokter. Ini agar jangan sampai terlambat penanganan,” ujar Raveinal.

5. Ketentuan isolasi mandiri

Jika Anda tidak merasakan gejala atau hanya gejala ringan, isolasi mandiri sudah cukup. Jika tinggal bersama anggota keluarga lain di rumah, sebaiknya anggota keluarga juga melakukan tes untuk melacak penularan.

Raveinal mengatakan, isolasi mandiri harus dilakukan dengan benar supaya anggota keluarga yang negatif tidak turut terpapar. Isolasi mandiri dilakukan dengan ketentuan berikut:

– pasien berada di ruangan, kamar tidur dan kamar mandi terpisah
– alat makan dan alat mandi terpisah
– ruangan isolasi mandiri memiliki jendela atau ventilasi baik
– ada sudut ruangan yang bisa masuk sinar matahari atau kalau tidak ada pasien sebaiknya rajin berjemur
– konsumsi makanan dengan gizi seimbang
– konsumsi vitamin dan obat (jika ada gejala)
– mematuhi protokol kesehatan saat bertemu dengan anggota keluarga.

6. Tetap dipantau

Meski melakukan isolasi mandiri, pasien harus senantiasa dipantau. Ini terutama pada pasien yang mengalami gejala.

Segera berkonsultasi dengan dokter saat muncul keluhan. Jangan sampai menunggu keluhan berubah menjadi berat.

Raveinal mengingatkan ada beberapa sinyal bahaya yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah gejala sesak napas.

“Warning ini, kalau gejalanya sesak, kemungkinan akan berat. Selain itu keluhan demam yang tinggi sekali, pasien enggak mau makan, mungkin bisa jadi akan perburukan,” imbuhnya.

Oleh karena itu, pasien sebaiknya memantau kondisi dirinya dengan oxymeter. Pantauan dengan alat ini pun musti dibarengi dengan konsultasi dengan dokter.

7. Kategori sembuh

Rita berkata, status sembuh atau belum sembuh tidak melihat hasil tes PCR, tetapi kondisi klinis pasien. Artinya, meski PCR masih positif tetapi klinis mengalami perbaikan, pasien tidak perlu mengulang PCR hanya demi hasil negatif dengan catatan setelah 10 hari dari dinyatakan PCR positif.

Namun, jika masih ada gejala, perlu memperpanjang isolasi mandiri selama 3 hari.

“Virus itu dalam waktu itu akan mati. Ini ada kasus, misal, klinis bagus enggak ada keluhan, tapi PCR positif terus. Ini bisa terjadi karena ada bangkai virus. Apa ini dianggap belum sembuh? Sebetulnya sembuh. Minimal isolasi mandiri 10 hari,” jelasnya. (R1/CNNindonesia.com)