Bupati Karo Cory Sebayang Tinjau Sabo Dam yang Jebol Diterjang Lahar Dingin Gunung Sinabung

Karo1846 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Di tengah meningkatnya pandemi Covid-19, banjir lahar dingin bersamaan luncuran guguran awan panas dan debu vulkanik dari Gunung Api Sinabung kembali terjadi, Jumat (14/5/2021).

Laharan itu turut disertai sejumlah material bongkahan kayu, batu dan pasir dalam jumlah yang cukup besar.

Diketahui banjir lahar dingin Gunung Sinabung memiliki sifat merusak. Selain itu, banjir jenis ini pun memicu tingginya erosi di bantaran sungai yang dilalui banjir lahar yang cukup besar dan deras.

Tak pelak lagi warga seputaran lingkar Gunung Sinabung sempat was-was. Parahnya lagi, banjir laharan menyapu areal pertanian warga sekitar, karena arus laharan tidak masuk ke jalur Sabo Dam yang sudah selesai dibangun Kementerian PUPR.

Sabo Dam Tidak Mampu Merelokasi Laharan

Sabo Dam sebagai solusi pengendalian banjir lahar dingin dari Sinabung agar tidak lagi merugikan masyarakat di kaki gunung namun sayangnya laharan tidak terelokasi sepenuhnya ke sabo dam. Otomatis luncuran laharan menjadi liar dan meluncur bebas.

Bupati Karo, Cory Seriwaty Sebayang didampingi Wakil Bupati Theopilus Ginting, Kapolres AKBP Yustinus Setyo, Dandim 0205/TK Letkol Kav Yuli Eko Hadiyanto, Kepala Dinas PUPR, Edward Pontianus Sinulingga dan sejumlah Kadis OPD terkait lainnya langsung bergerak ke lapangan meninjau jalan kabupaten penghubung Kecamatan Tiganderket – Kuta Buluh ryang usak parah akibat diterjang lahar dingin dari gunung Sinabung, Jumat (14/5/2021 di Simpang Desa Sukatendel Kecamatan Tiganderket.

Menurut Bupati Karo, pada kemiringan lereng curam, mengalirnya banjir lahar ke arah dataran lebih rendah berlangsung sangat cepat.

Lanjutnya, daya kikis atau daya tumbuk arus banjir lahar terhadap tepi sungai akan semakin kuat. “Sayangnya arus laharan yang terjadi tidak terlokalisir ke area sabo dam, sehingga arus laharan ini meluap dan menyapu areal pertanian dan sempat menutup badan jalan,” kata Cory Seriwaty Sebayang.

Setelah kita tinjau, sabo dam yang dibangun Kementerian PUPR dengan dana yang tidak sedikit untuk mengendalikan jalur lahar dingin, tidak mampu mengakomodir arus lahar yang membawa material bongkahan kayu, batu, pasir dan kerikil dengan jumlah yang sangat banyak, beber Bupati.

“Sabo Dam jebol, akibat ganasnya terjangan arus aliran sungai Bakerah dari Gunung Sinabung, sabo dam yang kelihatan kokoh dan kuat jebol juga. Otomatis dampak laharan ini memunculkan persoalan baru. “Banjir lahar dingin Sinabung dari dulu memang memiliki daya rusak yang kuat,” ungkap Cory S Sebayang.

Menyinggung solusi sementara, Bupati Karo langsung mengerahkan alat berat excavator, grader dan dumtruk untuk menormalisasikan 4 sabo dam maupun menormalisasi badan jalan penghubung Tiganderket – Kutabuluh yang sementara sulit dilalui kendaraan roda empat tanpa double cabin.

Selain itu, alat berat ini akan membersihkan material berupa bongkahan batu kecil dan besar, kayu, pasir dan kerikil, guna antisipasi terburuk lahar dingin susulan, sebut Cory.

Untuk tanaman pertanian warga yang diselimuti abu vulkanik, imbuh Cory S Sebayang, akan dibantu pembersihannya. “Sebanyak 40 unit blower direncanakan akan diturunkan. Alat ini nantinya akan dioperasikan oleh kelompok tani (Poktan) yang berada di desa terdampak,” ujar Bupati.

Berdasarkan catatan Karosatuklik.com, pertama sekali banjir lahar dingin Gunung Sinabung terjadi pada tanggal 18 April 2017, kemudian tanggal 19 April 2018 disusul tanggal 21 April 2019 dan terakhir 23 April 2020 pukul 15.00 WIB dengan durasi 2,5 jam berlangsung.

Sekedar mengingatkan kembali, dua paket proyek pengendali banjir lahar dingin Sinabung (Sabo Dam) mencapai Rp280 miliar (dua paket) dengan rincian, masing-masing memiliki nilai kontrak Rp170,92 miliar dan Rp111,18 miliar dibangun selama tiga tahun sejak tahun 2017 hingga 2019. (R1)