Catatan Redaksi, Bakar Uang Rp300 Milyar Setiap Tahun di Jalan Medan – Berastagi

Berita, Catatan Redaksi, Karo4188 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Derasnya tuntutan untuk membangun jalan tol Medan-Berastagi mendapat dukungan dari berbagai pihak, setelah para pelaku pariwisata nyinyir menyuarakannya. Soalnya, jalan Medan-Berastagi yang ada saat ini sudah sangat tidak layak sebagai akses utama karena sering mengalami kemacetan parah.

Namun sayangnya, pemerintah pusat masih menganggap sebelah mata usulan rencana pembangunan Tol Medan – Berastagi.

Teranyar, arus lalu lintas (Lalin) Medan-Berastagi sempat lumpuh total selama 15 jam akibat bencana longsor, Kamis (3/12/2020) Pukul 22.00 WIB hingga Jumat (4/12/2020) Pukul 15.30 WIB. Sementara di medio September – Nopember 2020 saja, sedikitnya sudah terjadi 6 kali macet total.

Banyak wisatawan ke Tanah Karo kerap mengeluhkan perangkap macet tersebut. Maklum jalan pegunungan, badan jalan sempit, tikungan ekstrem, apalagi sering terjadi longsor pula di musim penghujan.

Kondisi jalan yang berliku disertai tanjakan dan turunan tajam pun tak jarang membuat kendaraan, terutama truk dan bus, terguling di sini sebagaimana sering terjadi di kala macet. Makanya, kemacetan panjang sering kali memerangkap pengendara di rute ini.

Sepatutnya rute Medan-Berastagi dapat dilintasi dengan lancar dan nyaman, mengingat Kabupaten Karo merupakan kawasan wisata utama sekaligus sentra pertanian di Sumatera Utara, sekaligus penyumbang terbesar oksigen bagi 2 juta penduduk kota Medan. Tetapi kenyataannya kondisi jalan tersebut selalu dikeluhkan masyarakat.

Karena itu mereka mendesak pemerintah mengembangkannya, sebab selama ini rute Medan-Berastagi masih merupakan jalur utama menuju Tanah Karo, meski sudah ada jalan alternatif dari Binjai ke Berastagi melalui Desa Telagah (Langkat) – Desa Kutarayat (Kabupaten Karo). Tapi sayangnya, belum mampu menguirai kepadatan Jalan Medan – Berastagi.

Kalau perkara sulit, mengingat jalan ke Berastagi diapit pegunungan, toh Kelok 9 di Sumatera Barat juga punya kontur hampir serupa, tapi berhasil dibangun sehingga perjalanan dari Bukittinggi ke Pekanbaru di Riau atau sebaliknya menjadi lebih lancar.

Desakan membangun jalan tol Medan-Berastagi pun semakin kuat setelah pemerintah melalui Kementerian Pariwisata memasukkan Sumut sebagai satu dari sepuluh daerah di Indonesia yang mendapat super prioritas untuk pengembangan potensi pariwisatanya.

Awalnya Sumut ditargetkan bakal dikunjungi 1 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2019 lalu, yang berarti lima persen dari target nasional sebesar 20 juta wisman. Namun sepertinya sulit tercapai, jika Jalan Utama Medan – Berastagi masih sering terjadi kemacetan total.

Pemerintah pusat pun membuat strategi mengembangkan kawasan Danau Toba sebagai “Monaco of Asia”. Maka sepatutnya jalan Medan-Berastagi mendapat perhatian serius dari Bappenas dan Kementerian PUPR maupun Kementerian Perhubungan, mengingat rute ini bukan hanya membuat wisatawan dapat mengeksplorasi kawasan pegunungan sekitar Berastagi saja, tetapi juga bisa mengakses bagian utara Danau Toba dari Tongging Tanah Karo dan mempermudah perjalanan ke Dairi, Pakpak Bharat, serta kawasan Aceh Barat maupun Aceh Tenggara.

Tapi sayangnya, Pemerintah Pusat masih menganggap sebelah mata walau Jalan Medan – Berastagi sudah darurat macet alias emergency, belum terpikir memprioritaskan pembangunan tol sebagai solusi permanen mengatasi kemacetan parah yang menelan kerugian mencapai ratusan milyar jika dikalkulasikan dalam satu tahun.

Solusi lain, rencana pembangunan jalur sejajar via Medan – Simpang Tuntungan – Kutalimbaru – Sembaikan – Lau Gedang – Berastagi. Termasuk pentingnya pembangunan jalan alternatif, Karo – Deliserdang. Lagi-lagi keduanya masih sebatas wacana.

Ketua Ikatan Cendikiawan Karo Sumatera Utara (ICKSU) Dr, Ir Budi Sinulingga, Msi, saat dihubungi redaksi karosatuklik.com, Sabtu (5/12/2020) Pukul 16.00 WIB, menanggapi kerugian kemacetan parah di Jalan Letjen Jamin Ginting Medan – Berastagi, Kamis malam (3/12/2020) hingga Jumat (29/09/2020) Pukul 15.30 WIB, menyebutkan setiap terjadi kemacetan parah diatas 10 jam, kerugian mencapai puluhan milyar.

“Kerugian akibat kemacetan parah di jalan Medan-Berastagi yang terjadi sepanjang tahun berdampak buruk bagi sirkulasi perdagangan dan perekonomian masyarakat 11 kabupaten Sumut/Aceh.

Banyak sektor yang terganggu dan merugi, seperti halnya sayur mayur dan komoditi hortikultura lainnya yang ditaksir mencapai Rp 300 miliar/tahun, belum lagi pemborosan bahan bakar minya (BBM) kendaraan,” sebutnya.

Banyak pengusaha sayur mayur dan buah-buahan serta hortikultura yang rugi akibat kemacatan yang terjadi. Karena barang-barang mereka terpaksa dibuang karena busuk dan tidak jadi dibawa ke Medan, bagaimana pedihnya perasaan yang dialami masyarakat terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini, ucapnya.

“Sayang sekali program pemerintah tentang infrastruktur seperti yang diatur dalam Perpres No 117 Tahun 2015 hanya menetapkan akses cepat ke kawasan Selatan Danau Toba yaitu, jalan tol dan jalan kereta api ke Parapat, serta Bandara Silangit dan Bandara Sibisa,” kecamnya.

Sedangkan ke kawasan bagian utara Danau Toba sama sekali tidak ada akses cepat. Akses utama ke kawasan utara Danau Toba yaitu Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun (bagian atas) dan Pakpak Bharat, juga akses utama ke wilayah Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Aceh Tengah adalah jalan Medan – Berastagi.

“Karena itulah, ICK selama ini selalu berteriak keras menyuarakan agar pemerintah pusat mengambil langkah-langkah konkret penanggulangannya seperti pembangunan tol/jembatan layang, karena jalan ini (Medan – Berastagi) sudah emergency,” kecamnya. (R1)