Catatan Redaksi, Gaya Hidup Baru di Kota Kabanjahe dan Berastagi

Catatan Redaksi, Karo10026 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Seiring berjalannya waktu, kopi mulai menjadi simbol pertukaran gagasan dan informasi. Segelas kopi mampu merajut beragam kisah peradaban manusia.

Dari suguhan Kopi, kini menjadi simbol gaya hidup masyarakat modern. Namun, di balik itu, kopi juga menyimpan kisah pahit pergumulan para petaninya dari masa ke masa, seperti yang kini tengah membayangi di kala pandemi.

Mendjamurnya Cafe & Resto di kota Kabanjahe dan Berastagi, Kabupaten Karo, menjadi tempat nongkrong dengan konsep dan menu yang menarik yang cocok untuk pengunjung dinilai ekonomi tetap bergeliat di daerah itu meski masa pandemi berdampak buruk ke semua sektor.

Kafe-kafe yang nyaman dan interior yang minimalis dan unik membuat kita ingin mencoba semuanya. Terutama kafe-kafe yang menyajikan kopi sebagai menu utama. Banyaknya tempat ngopi dengan konsep beragam dan menu jagoannya masing-masing terkadang membuat kita bingung karena banyaknya pilihan.

Segelas kopi di salah satu kafe & resto di Kabanjahe. Karosatuklik.com/Robert Tarigan

Beragam Cafe & Resto di kota Kabanjahe dan kota wisata Berastagi merupakan kafe dengan perpaduan konsep modern, minimalis, dan tradisional dengan menu andalannya yaitu minuman kopi asli dari racikan buah sempurna hasil pertanian dataran tinggi Kabupaten Karo.

Bangunan kafe yang minimalis didominasi dengan warna coklat dan putih. Sementara kafe di Berastagi terdapat ruangan indoor dan outdoor dengan dihiasi banyak tanaman hijau di sekeliling kafe.

Bisa dikatakan, kopi merajut peradaban modern sebagai potret gaya hidup yang melintasi lapisan sosial. Kopi juga melahirkan profesi di berbagai lapisan kelas, mulai dari petani, pengepul atau pembeli (green buyer), tenaga pemasar, penyangrai biji kopi (coffee roaster), penilai rasa kopi (coffee cupper), dan barista.

Tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang melahirkan aneka ragam kopi, antara lain kopi Gayo, kopi arabika Karo, kopi Bali Kintamani, kopi Lampung, kopi Toraja, kopi Jawa, kopi Bajawa, dan kopi Papua Wamena.

Jenis Kopi yang dikembangkan oleh petani tangguh dari Karo, adakah jenis kopi Arabika. Secara umum, tanaman kopi tumbuh pada ketinggian 500 s/d 2000 mdpl dengan suhu rata-rata 21-24O C dengan curah hujan 2000 – 3000 mm, dan didukung oleh struktur tanah yang baik dengan kandungan bahan organik 3% serta Ph 5,5 – 6,5.

Tanaman kopi yang terdapat di Kabupaten Karo tersebar di seluruh kecamatan, yang paling luas terdapat di Kecamatan Merek, Tiga Panah, Barusjahe, Simpang Empat, Naman Teran, Payung dan Munthe.

Frustasi menghadapi serangan hama lalat buah, yang tidak kunjung bisa dijinakkan, banyak petani Karo “banting stir” mengalihkan tanaman jeruk yang lama bertahan sebagai tanaman primadona perlahan menjadi lahan kebun kopi.

Seiring waktu, pertanian kopi semakin berkembang menggantikan tanaman jeruk. Walaupun akhirnya, kopi juga tidak memberi jaminan kesejahteraan bagi petani ditengah semakin menjamurnya usaha kafe dengan menu utama kopi.

Segelas kopi di salah satu kafe & resto di Kabanjahe

Saat ini tanaman kopi di Karo sudah mulai berkembang puncaknya ditahun 2019 petani menanam kopi mencapai 10.178,44 ha dengan luas panen 6.875 ha, produksi 13.279.74 ton produktifitas 1.931,60 kg/ha per tahun.

Disatu sisi, kata Andreas Milala, salah pemilik cafe & resto di Siosar, Kabanjahe dan Medan, sebagai tempat bertatap muka atau ‘tempat ketiga’ baik itu dengan keluarga, teman ataupun rekan bisnis. Begitu juga sebagai sentral berbagai kegiatan perekonomian, terlebih masa pandemi.

Karena kitapun harus memahaminya sebagai bentuk tuntutan globalisasi yang berdampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat Karo seperti perubahan manifestasi gaya hidup saat ini, yakni kebiasaan nongkrong khususnya kawla muda.

Sehingga tidak dipungkiri keberadaan cafe dan resto kian berpengaruh terhadap kehidupan generasi milenial. “Bagus kalau di kota kita sudah banyak cafe dan resto. Itu tandanya perekonomian tetap bergeliat meski masa sulit,” sebutnya sembari menyuguhkan segelas kopi arabika jenis natural kepada penulis, Sabtu (24/10/2020) Pukul 19.30 WIB.

Udara sejuk sepanjang musim dengan sajian panorama perbukitan dan pegunungan yang indah, menjadi sebuah karunia dan keunggulan yang hadir di daerah wisata Kabupaten Karo. Ya, pertanian dan pariwisata, dua sektor andalan yang menjadi nafas warga daerah itu secara umum sangat membutuhkan inofasi dan sentuhan total dari pengambil kebijakan. (Redaksi)