Darurat Macet, Tol Medan – Berastagi Semakin Urgen!

Karo, Medan, Sumut2687 x Dibaca

Medan, Karosatuklik.com – Untuk kesekian kalinya jalur padat yang menghubungkan Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan dengan Kabupaten Karo, kembali menjadi sorotan dari sejumlah kalangan akibat terjadinya macet total selama 12 jam.

Dari dapur Redaksi Karosatuklik.com di Jalan Pahlawan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumut, Rabu (11/5/2022) malam, kami kembali menyoroti jalur wisata yang dikenal padat itu juga menjadi bagian interkoneksi 12 kabupaten Sumut dan Aceh masih dianggap sebelah mata oleh Kementerian PUPR. Sehingga tak pelak lagi setiap terjadi kemacetan, antrian kendaraan dari ke dua arah langsung mengular puluhan kilometer.

Banyak wisatawan ke Tanah Karo kerap mengeluhkan perangkap macet tersebut. Maklum jalan pegunungan, badan jalan sempit, tikungan ekstrem, apalagi sering terjadi longsor pula di musim penghujan.

Kondisi jalan yang berliku disertai tanjakan dan turunan tajam pun tak jarang membuat kendaraan, terutama truk dan bus, terguling di sini sebagaimana sering terjadi di kala macet. Makanya, kemacetan panjang sering kali memerangkap pengendara di rute ini.

Teranyar, arus lalu lintas Medan – Berastagi itu, tepatnya di Desa Rambung Baru, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang  macet total imbas jalan terhalang pohon berukuran besar dan tiang listrik beton tumbang menimpa truk di Desa Rambung Baru, Kecamatan Sibolangit, Sumatera Utara.

Hujan deras dan angin kencang menyebabkan pohon dan tiang listrik beton tumbang itu tumbang menimpa truk. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun kondisi truk ringsek.

“Sejumlah pohon berukuran besar dan tiang listrik di kawasan itu tumbang setelah hujan deras dan angin kencang yang terjadi pada Selasa (10/5) malam,” kata Kasatlantas Polrestabes Medan, AKBP Sonny Siregar, Rabu (11/5/2022)

Sonny mengatakan pohon dan tiang listrik yang tumbang menimpa truk tersebut memalang jalan sehingga arus lalulintas di Jalan Lintas Medan – Karo, Desa Rambung Baru, Kecamatan Sibolangit macet total.

“Satu pohon tumbang tercabut beserta akarnya dan menimpa truk Fuso BK 8857 SE ringsek hampir rata dengan tanah. Namun tidak sampai mengakibatkan korban jiwa. Proses evakuasi batang pohon besar yang menimpa truk sudah bisa diselesaikan,” kata Sonny.

Sonny mengatakan saat ini proses pembersihan masih dilakukan. Petugas juga telah menurunkan alat berat untuk melakukan evakuasi. Rabu (11/5/2022) pukul 8.00 WIB jalan sudah mulai normal.

Tak hanya itu, kabel kabel listrik bertegangan tinggi juga berserakan di jalan. Petugas PLN pun sudah berada di lokasi dan mematikan arus listrik.

“Horor”

Disinilah harusnya perlunya mitigasi bencana di daerah rawan bencana yang selama ini terkesan lemah, khusunya di titik-titik rawan longsor dan pohon kayu tumbang sepanjang Jalan Letjen Jamin Ginting Medan – Kabupaten Karo.

Walaupun pohon kayu tumbang akibat bencana alam, tapi tidak semestinya kemacetan terjadi sampai 12 jam, kalau sebelumnya ada mitigasi bencana yang kuat dari instansi terkait sehingga tidak menimbulkan dampak kerugian yang cukup besar dialami warga yang terpaksa menginap di tengah jalan.

Pertanyaanya sekarang berapa lagi korban masyarakat baru jalan itu diperbaiki tuntas?

Lantas pertanyaan selanjutnya, kalau masih seperti sekarang kondisi jalan yang tidak mampu lagi tetap dipertahankan tanpa solusi konkret dan terobosan inovatif, bagaimana pula nanti 3, 5 atau 10 tahun kedepan?

Masih ingat peristiwa longsor di tikungan PDAM Tirtanadi, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, pada hari Sabtu, 23 Oktober 2021 lalu, yang mengakibatkan 3 orang meninggal dunia. Berapa sudah mobil warga yang rusak parah hingga ringsek tertimpa pohon kayu tumbang dan ditimbun material longsor?

Kilas balik jalan wisata yang padat ini sudah membuat “horor menakutkan” bagi warga yang melintas akibat seringnya terjadi kemacetan parah tanpa bisa diprediksi sebelumnya.

Penyebab seringnya macet parah jalan padat ini, baik akibat longsor, pohon kayu tumbang atau mobil berbadan rusak atau terguling di tengah badan jalan yang memiliki puluhan tikungan ekstrim dan meliuk-liuk dengan tingkat kemiringan yang tajam.

Sudah banyak desakan hingga gerakan untuk menggolkan jalan ini untuk dibangun Tol Medan – Berastagi. Lima tahun terakhir sejumlah elit politik, tokoh pejabat publik hingga anggota DPR RI mendesak Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR dan Bappens agar membangun Tol Medan – Berastagi – Merek untuk mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba.

Gubernur Sumatera Utara, Bupati Deli Serdang maupun Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) II Medan melalui Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sumut termasuk BPBD dan Dinas Bina Marga dan Konstruksi Pemprovsu harusnya tanggap akan situasi jalan Medan – Berastagi yang sudah berada di titik kritis “Emergency”. Dengan membuat solusi konkret yakni, membangun Tol Medan – Berastagi atau membangun jalan alternatif. Salah satu dari keduanya sudah sangat urgen.

Jika saja tadi jalan ini berada di pulau Jawa maka sudah dipastikan jalan ini nyaman dan diperlebar atau dibangun tol. Namun sungguh disayangkan akibat jalan ini di Sumut maka luput dari perhatian pusat. Miris.

Tol Medan – Berastagi

Mencermati perkembangan jalan Medan-Berastagi yang semakin lama semakin tinggi tingkat kemacetannya, Ikatan Cendekiawan Karo Indonesia (ICKI) Sumatera Utara kembali angkat suara.

Dr, Ir Budi Derita Sinulingga, MSi selaku Ketua Ikatan Cendikiawan Karo (ICK) Sumatera Utara, sudah berunglang kali memaparkan sejumlah poin penting dari kajian akademisi dan pakar USU, terkait urgennya pembangunan infrastruktur berskala nasional di Jalan Letjen Djamin Ginting Medan – Kabupaten Karo.

“Sayang sekali program pemerintah tentang infrastruktur seperti yang diatur dalam Perpres No 117 Tahun 2015 hanya menetapkan akses cepat ke kawasan Selatan Danau Toba yaitu, jalan Tol dan jalan kereta api ke Parapat, serta Bandara Silangit dan Bandara Sibisa,” kecamnya.

Sedangkan ke kawasan Utara Danau Toba sama sekali tidak ada akses cepat. Akses utama ke kawasan Utara Danau Toba yaitu Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun (bagian atas) dan Pakpak Bharat, juga akses utama ke wilayah Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Aceh Tengah adalah jalan Medan – Berastagi.

“Karena itulah, ICK selama ini selalu menyuarakan agar pemerintah mengambil langkah-langkah penanggulangannya seperti pembangunan Tol /jembatan layang,” kata Budi D Sinulingga yang dikenal vokal menyuarakan pentingnya pembangunan Tol Medan – Berastagi.

Menyikapi kabar terakhir, bahwa Kementerian PUPR, belum mengakomodir usulan pembangunan tol Medan – Berastagi sungguh sangat mengecewakan masyarakat Sumatera Utara, khususnya Ikatan Cendikiawan Karo (ICK) Sumatera Utara yang sudah melewati tahapan kelayakan studi yang dibuat oleh dewan pakar ICK.

Dua Jalan Alternatif

Terpisah, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara Baskami Ginting mengatakan, Pemprov Sumut dan DPRD Sumut telah sepakat dibentuk tim percepatan pembangunan dua jalan alternatif yakni:
1. Jurusan Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo – Desa Rumah Liang, Kecamatan STM Hulu – Delitua (Deli Serdang) – Medan.
2. Jalur sejajar jalan alternatif Medan – Tuntungan – Kutalimbaru – Tandukbenua – Sembaikan – Berastagi.

Kedua jalur ini untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di jalur Medan-Berastagi. “Pembentukan tim percepatan tersebut disepakati dalam rapat dengan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Bappeda, Dinas BMBK Sumut, BPJJN (Balai Besar Pemeliharaan Jalan Nasional) II Sumut, Bupati Karo, Bupati Deli Serdang, ICK (Ikatan Cendikiawan Karo), di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman, Medan beberapa waktu lalu.

Menurut politisi PDI Perjuangan ini, pembangunan jalan alternatif tersebut, diperkirakan lebih mudah mendapat izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), karena tinggal beberapa kilometer saja jalan yang melintasi kawasan hutan. Sementara sisanya sudah jalan permanen, tinggal dilakukan pelebaran, ucapnya. (R1)