Kabanjahe, Karosatuklik.com – Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim ingin menggelar kegiatan sekolah tatap muka pada Juli 2021 mendatang meski pandemi belum mereda. Rencana ini sudah sejak lama dia sampaikan.
Tak disangka. Beberapa bulan jelang belajar tatap muka dilaksanakan sejumlah daerah mengalami lonjakan kasus positif COVID-19. Bahkan, di beberapa daerah yang lebih dulu menggelar sekolah tatap muka malah menjadi klaster penularan virus corona.
Kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan. Per hari Senin (14/6/2021), yakni:
Positif: 1.919.547
Sembuh: 1.751.234
Meninggal : 53.116
Sekedar perbandingan, sehari sebelumnya, atau pada 13 Juni 2021 update Covid-19 di Indonesia, Positif 1.911.358, Sembuh 1.745.091, Meninggal 52.879
Demikian juga di Kabupaten Karo per Senin (14/6/2021) sebagai berikut:
Terkonfirmasi positif: 905
Aktif/Isolasi: 107
Meninggal: 81
Sembuh: 717
Sementara sebelumnya:
Terkonfirmasi positif: 888
Aktif/Isolasi: 90
Meninggal: 81
Sembuh: 717
Persyaratan dari Menkes
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, juga memberikan perhatian serius untuk rencana belajar tatap muka. Apalagi setelah mengetahui adanya klaster besar di Kudus dan Bangkalan.
Salah satu langkah yang dia pilih adalah mengubah jumlah pelajar yang masuk dari 50 persen, kini hanya diperbolehkan 25 persen.
“Bapak Presiden meminta pendidikan tatap muka haris dijalankan dengan ekstra hati-hati. Tatap muka terbatas pertama hanya maksimal 25 persen murid, tidak boleh lebih dari dua hari seminggu,” kata Budi dalam keterangan pers virtual, Selasa (15/6/2021).
Selain itu, ia mengingatkan pembelajaran hanya maksimal hanya dua jam dan hanya dua kali seminggu. “Setiap hari maksimal hanya dua jam,” ucapnya.
Menkes juga mengingatkan seluruh guru harus sudah divaksin sebelum pembelajaran tatap muka dilaksanakan. “Pendidikan tatap muka terbatas. Semua guru harus selesai vaksin sebelum dimulai tatap muka,” tandasnya
Kondisi ini membuat banyak kepala daerah belum bisa memutuskan tetap melaksanakan belajar tatap muka atau kembali menunda. Padahal rencana belajar tatap muka sudah di depan mata.
DPRD Karo
Sementara anggota DPRD Kabupaten Karo, Firman Firdaus Sitepu, SH ketika dimintai tanggapannya, Selasa (15/5/2021), terkait rencana Sekolah Tatap Muka yang sudah didepan mata, menyebutkan, Pemkab Karo diminta tidak terlalu terburu-buru untuk memulai pembelajaran tatap muka.
Lihat kondisi ril daerah kita terkait perkembangan Covid-19. Menurut Politisi Partai Golkar itu, vaksinasi Covid-19 untuk guru dan tenaga kependidikan belum selesai dilakukan Pemerintah Kabupaten Karo. Selain itu, yang lebih penting, kata dia bukan hanya guru dan tenaga kependidikannya yang divaksin. Namun siswa dan keluarga siswa juga harus divaksin karena rawan terjadi penularan setiap saat sehingga rentan terjadi cluster sekolah.
Persoalan lain, kata dia, interaksi sosial untuk pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) pasti tinggi. Mungkin jika di sekolah mereka bisa menjaga jarak untuk tidak berkerumun, namun di luar sekolah tidak ada yang bisa menjamin peserta didik untuk tidak berkerumun dengan teman-temannya.
Firman Firdaus Sitepu, tidak ingin kasus yang terjadi di India terjadi di Indonesia, maupun di Kabupaten Karo akibat kelengahan dan merasa sudah aman. “Sekarang saja bisa kita lihat bagaimana longgarnya protokol kesehatan. Di pusat-pusat keramaian, tidak semua memakai masker,” ucapnya.
Katanya, jika pembelajaran tatap muka tetap berlaku fasilitas kesehatan dan sarana utama prokes tetap harus diutamakan, dan harus betul-betul siap. Bahkan orang tua punya hak untuk mengizinkan anaknya ke sekolah atau tidak.
“Hak orang tua untuk tidak mengizinkan anak ke sekolah juga harus dihargai dan hak pendidikan anak tetap disediakan oleh sekolah,” pesan Firman Firdaus Sitepu.
Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan UI
Sementara itu, Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono memberikan beberapa saran jika sekolah tatap muka diberlakukan. Di antaranya, sekolah tatap muka tidak perlu dilakukan setiap hari.
“Jadi mikirnya itu bukan mikir sekolah seperti dulu yang setiap hari tatap muka sekarang harus kombinasi antara tatap muka dan jarak jauh daring. Jangan dipaksakan dan setiap kali pertemuan jangan lebih dari 2 jam lah jadi setiap pertemuannya direncanakan dengan baik,” kata Pandu.
Ia juga meminta kepada sekolah-sekolah untuk tidak memaksakan diri untuk belajar tatap muka. Misalkan di sekolahnya masuk dalam zona merah penyebaran Covid-19 lebih baik untuk ditunda, ujarnya di kutip Karosatuklik.com dari merdeka.com, Selasa (15/5/2021). (R1)