Kabanjahe, Karosatuklik.com – Pandemi Covid-19 hingga saat ini belum menunjukan titik terang akan berakhir. Dalam situasi ini, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dituntut untuk adaptif mengikuti perubahan yang terjadi. Apalagi, pemanfaatan platform online membantu para UMKM lokal untuk meningkatkan visibilitas produk mereka di pasar yang lebih luas.
Pandemi Covid-19 dan pemberlakuan physical distancing mengubah cara berbelanja masyarakat menjadi online. Pandemi Covid-19 datang di tengah dunia yang semakin digital menghantan semua sektor tanpa terkecuali.
Kehadiran “makhluk halus” bernama virus Corona mempercepat proses digitalisasi tersebut, termasuk digitalisasi ekonomi. Virus ini memaksa manusia melakukan pembatasan kegiatan yang bersifat tatap muka langsung atau kontak fisik. Akibatnya berbagai kegiatan kemasyarakatan, ekonomi dan bisnis, serta layanan publik harus dilakukan secara online.
Rempah-rempah tradisional suku Karo
Tidak terbayangkan sebelumnya, begitu banyak perubahan yang terjadi menyesuaikan kondisi kehidupan di tengah pandemi Covid-19. Banyak produk yang saat itu laku berkaitan dengan kondisi pandemi seperti bahan pangan, kuliner, dan kesehatan seperti jamu dan herbal termasuk obat tradisional rempah Karo yang leading masa pandemi.
Obat tradisional berdasarkan keputusan BPOM ada tiga jenis, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka, dengan telah dilakukan upaya pembuktian secara ilmiah agar obat tradisional yang digunakan aman, bermanfaat, dan bermutu.
Pencegahan dan meningkatkan daya tahan tubuh
Pemanfaatan obat tradisional di era pandemi Covid-19 sangat bermanfaat sebagai pencegahan yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, atau sebagai pelengkap (komplemen) obat konvesional yang diberikan pada pasien Covid-19 sehingga daya tahan tubuh seseorang menjadi semakin baik.
Pemanfaatan obat tradisional ini juga dapat sebagai imunomodulator (tanaman obat yang mengandung zat aktif seperti jahe merah, temulawak, kunyit, meniran, empon-empon), mengurangi gejala Covid-19 (batuk pilek memakai rimpang kencur, sakit kepala memakai bawang putih, sulit tidur memakai biji pala, dan mual muntah memakai jahe), mengatasi faktor komorbid Covid-19 (tekanan darah tinggi memakai seledri juga bawang putih, diabetes memakai daun salam juga sambiloto, obesitas memakai daun jati belanda juga daun ceremai).
Banyak orang Indonesia percaya, termasuk di Kabupaten Karo, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari paparan virus corona adalah dengan menjaga kekebalan tubuh. Maka dengan meminum obat-obatan tradisional dari bahan tanaman obat itulah mereka merasa sehat dan terhindar dari penyakit.
Tawar Bulan Jahe
Terbukti, saat pandemi Corona merebak, ‘tawar bulan jahe’ yang sudah terkenal lama di daerah itu laris manis dalam pencegahan dan menjaga daya tahan tubuh dari paparan virus corona. Walau belum terbukti secara ilmiah dan ilmu medis, namun pemanfaatan obat tradisional ini diyakini mampu sebagai imunomodulator (tanaman obat yang mengandung zat aktif seperti jahe merah, temulawak, kunyit, meniran, empon-empon), mengurangi gejala Covid-19 (batuk pilek dan lainnya).
Namun penjualan obat rempah tradisional itu harus didukung pemerintah dengan mendorong ke penjualan atau pemasaran adaptasi berbasis berbasis digital.
Naiknya permintaan akan kebutuhan layanan jasa kesehatan paska dua tahun pandemi telah menyadarkan kita betapa pentingnya proses digitalisasi yang terjadi secara lebih cepat, di mana semakin banyak penduduk yang memiliki perangkat digital dan semakin besar permintaan konsumen yang dilakukan secara digital.
Saling membantu agar ekonomi tidak terkapar
Kondisi ini semestinya menjadi pembuka mata para pengambil kebijakan, bahwa di tengah himpitan yang dialami pelaku obat tradisional ada peluang yang dapat dihimpun menjadi “titik balik”. Karena itu ide mengenai digitalisasi obat tradisional yang nota bene warisan leluhur suku Karo adalah penting untuk diimplimentasikan.
UMKM offline sudah selayaknya dibantu untuk di-online-kan. Jadi, digital ini tidak hanya memberikan layanan kepada pengguna, tapi juga membantu sektor lain yang terdampak. Ini sifatnya kegotongroyongan. Dengan begitu, kita optimistis bahwa pandemi dapat dilewati dengan kepedulian. Masyarakat harus saling menjaga agar sesamanya tidak terpapar dan juga saling membantu agar ekonomi tidak.
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia
Apalagi pemerintah telah meluncurkan program atau Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 14 Mei 2020 lalu, untuk membantu pelaku UMKM go digital. Hingga 10 Juni sebanyak tercatat 400 ribuan UMKM sudah merambah pasar digital.
Menurut Bupati Karo Cory Seriwaty Sebayang beragam kekayaan alam dan potensi kebudayaan masing-masing suku bangsa, sejak dulu kala menjadi keistimewaan dan keunggulan masing-masing daerah. “Termasuk citra masakan kuliner, adat, musik (tarian) etnik maupun obat tradisional yang punya keunikan tersendiri,” ucap Bupati yang juga berlatarbelakang medis dan memiliki rumah sakit di kota Medan itu kepada jurnalis Karosatuklik.com, Kamis (16/12/2021) di Kabanjahe.
“Tak kalah menarik tentang peran penting obat tradisional yang sejak dahulu kala diyakini dan dipergunakan untuk mengobati segala bentuk dan ragam penyakit. “Secara khusus misalnya, orang Karo sebelum mengenal rumah sakit, memanfaatkan obat-obat tradisional yang terbuat dari rempah-rempah alami,” sebutnya didampingi Kepala Dinas Kesehatan drg Irna Safrina Meliala, Mkes.
Diwarisi dan dilestarikan
Warisan turun temurun dari leluhur Karo, sambung Bupati, telah meninggalkan sejumlah catatan emas, ramuan obat tradisional seperti rempah (baca sembur-Karo), obat param (tawar/kuning-Karo) termasuk minyak (minak pengalun-Karo) yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, harus terus dilestarikan, ujarnya.
“Sembur, Kuning atau Tawar, Minyak Pengalun dan lainnya hingga sekarang masih dipergunakan. Namun munculnya pandemi ini, telah membukakan mata kita, bahwa warisan leluhur itu sudah saatnya go nasional di era digital yang semakin pesat dan masif dengan mendorong pelaku-pelaku usaha obat tradisional Karo itu untuk mematenkan hak obat tradisionalnya ke pemerintah,” kata Bupati Karo.
Inventarisir Ramuan Tradisi
Terpisah, Ketua DPP Lembaga Adat dan Budaya Karo (Lakonta) Malem Ukur Ginting, menjelaskan, menurut keyakinan suku Karo, segala sesuatu yang diciptakan Tuhan di bumi ini juga berguna bagi ciptaan lainnya.
Dengan demikian, imbuh Malem Ukur Ginting, warisan turun temurun telah meninggalkan sejumlah catatan ramuan obat tradisional seperti rempah (baca sembur-Karo), obat param (tawar/kuning-Karo) termasuk minyak (minak pengalun-Karo) yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Beragam ramuan tradisi leluhur suku Karo, diantaranya Tawar Bulan Jahe, Kuninglas, Tawar Mbentar, Tawar Buluh, Sembur Simesera, Sembur Dilam, Sembur Anak-anak dan Minyak Pengalun. Seperti kena bakar, sakit gigi, gatal-gatal, patah tulang, terkena gigitan ular berbisa atau penyakit pada anak baru lahir “Batu Keling” dan lainnya, lanjutnya.
Juga masih banyak jenis tawar atau kuning orat tradisional Karo yang punya khasiat luar biasa seperti tawar latih (khusus bagi pekerja capek), tawar mencibut (tawar tupai), obat sakit pasar dan lainnya.
“Nah, salah satu program Lembaga Adat dan Budaya Karo (Lakonta) menginventarisir ramuan tradisional itu kedalam sebuah buku, namun akibat Covid-19 untuk sementara dihentikan, padahal sebelum merebaknya virus corona, sudah mulai dikerjakan,” tutur Malem Ukur Ginting.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai satu sarana ajang refleksi sekaligus mendorong kiprah para pelaku UMKM yang bergerak di sektor obat-obat tradisional untuk go digital yang berdaya saing untuk memperkuat pelayanan kesehatan khususnya membantu menanggulangi pandemi Covid-19 di tanah air khususnya di Kabupaten Karo dan Sumatera Utara.
Terlebih lagi, Ketua Dewan Rempah Indonesia Sumatera Utara (Sumut) Nawal Lubis sangat mendukung menjadikan rempah-rempah Indonesia khususnya Sumut semakin mendunia. (R1)