Medan, Karosatuklik.com – Ketika Sumatera Utara masih berwacana dengan Flyover ‘Kelok 11’ di Sembahe – Sibolangit Jalan padat Medan – Berastagi, Sumatera Barat sudah lebih maju dengan Flyover keduanya.
Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik di Sumatera Barat sebuah langkah monumental yang diharapkan dapat mengubah wajah destinasi wisata di Sumbar.
Dikenal dengan jalur Padang-Solok yang menantang, flyover Sitinjau Lauik ini bertujuan untuk mengatasi berbagai tantangan, meningkatkan keselamatan, dan mendukung perekonomian lokal.
Mengatasi Tantangan Jalur Padang-Solok
Jalur Padang-Solok, terutama di kawasan Sitinjau Lauik, terkenal dengan tanjakan terjal dan tikungan tajam.
Kondisi jalan yang sempit dan ekstrim sering menyebabkan kecelakaan, yang mengancam keselamatan pengendara.
Flyover Sitinjau Lauik dibangun untuk meminimalisir risiko tersebut dengan merancang jalan yang lebih aman dan efisien.
Dengan perubahan geometri jalan, dari kemiringan 26% menjadi 8% serta radius tikungan yang lebih lebar.
Proyek ini diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan dan membuat perjalanan lebih nyaman dan aman.
Dampak Positif untuk Perekonomian
Keberadaan Flyover Sitinjau Lauik diharapkan akan memberi dampak signifikan terhadap perekonomian Sumatera Barat.
Jalur Padang-Solok merupakan jalur vital bagi distribusi barang dan logistik. Kemacetan dan kecelakaan di kawasan ini sering kali mengganggu kelancaran arus perdagangan.
Dengan peningkatan infrastruktur, arus barang dan logistik diperkirakan akan lebih lancar, yang akan berdampak positif.
Terutama pada pertumbuhan ekonomi, memperkecil biaya distribusi, serta mengurangi inflasi di wilayah tersebut.
Desain Estetis dan Keamanan Tinggi
Selain fungsinya sebagai infrastruktur transportasi, Flyover Sitinjau Lauik juga dirancang dengan mempertimbangkan estetika dan keindahan alam sekitarnya.
Pembangunan flyover ini tidak hanya mengutamakan aspek keamanan, namun juga memberikan ruang bagi pengendara untuk menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Dengan tambahan trotoar dan bahu jalan yang mendukung keselamatan, flyover ini akan meningkatkan kenyamanan pengendara dan mendukung kelancaran lalu lintas di kawasan tersebut.
Mendukung Indonesia Maju 2045
Proyek Flyover Sitinjau Lauik sejalan dengan visi besar pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Maju 2045. Dikutip dari youtube Kaba Anak Rantau, Minggu 19 Januari 2025.
Proyek ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif bagi Sumatera Barat, tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan.
Flyover ini akan menjadi simbol kemajuan dan transformasi pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.
Selain itu flyover Sitinjau Lauik menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan lokal dan internasional.
Dengan berbagai manfaat yang diharapkan, Flyover Sitinjau Lauik bukan hanya akan memperbaiki aspek transportasi dan ekonomi.
Akan tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat Sumatera Barat.
Proyek ini akan menjadi ikon kemajuan dan representasi nyata dari pembangunan Indonesia yang lebih maju dan merata.
Flyover Sitinjau Lauik diharapkan dapat mencegah kemacetan dan memajukan destinasi wisata di Sumatera Barat.
Menuju Era Baru Kemajuan Sumatera Barat
Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik dengan panjang sekitar 7,81 km dan nilai investasi sebesar Rp4,8 triliun akan mengatasi berbagai masalah tersebut.
Flyover Sitinjau Lauik di Sumatera Barat ini dirancang untuk mengurangi gradien kemiringan jalan dari 26% menjadi 8%, yang diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara.
Selain itu, radius tikungan yang sebelumnya sangat tajam, yakni 15 meter, akan diperlebar menjadi 95 meter, memudahkan kendaraan berat melintas dengan lebih aman.
Flyover ini juga akan menawarkan dua panorama megah, dengan lebar badan jalan 2×3,5 meter dan jembatan layang yang memberikan pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan Menteri BUMN, pembangunan Flyover Sitinjau Lauik kini sudah memasuki tahap market sounding dan diharapkan dapat segera dimulai.
Pembangunan proyek flyover Sitinjau Lauik di Sumatera Barat ini tidak hanya berfokus pada aspek transportasi, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui infrastruktur yang lebih modern dan aman.
Flyover Sitinjau Lauik akan menjadi simbol kemajuan dan modernisasi bagi Sumatera Barat, membawa provinsi ini ke era baru dengan infrastruktur kelas dunia yang siap mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial.
Proyek ini menandai awal dari sebuah perjalanan panjang menuju Sumatera Barat yang lebih terintegrasi, maju, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.
Sumut Masih Berwacana Tol/Flyover Medan – Berastagi
Ketua Ikatan Cendikiawan Karo Sumatera Utara, Dr, Ir Budi Derita Sinulingga, Msi, kepada Redaksi Karosatuklik.com, Kamis, 23 Januari 2025, mengaku bahwa Provinsi Sumatera Barat serius mempersiapkan diri untuk memasuki era baru dalam kemajuan infrastruktur modern dengan proyek besar Flyover Sitinjau Lauik.
“Proyek di Sumatera Barat ini diproyeksikan akan menjadi salah satu flyover termegah di Indonesia bahkan di dunia dilihat dari desaign, bentuknya yang unik dan megah. Desain estetis, modern dan keamanan tinggi,” ucapnya.
“Kita iri melihat Sumatera Barat yang mendapat Jembatan Layang Kelok 9 pada tahun 2003, padahal masalah kemacetan tidak separah jalan Medan – Brastagi yang menjadi urat nadi perekonomian 11 kabupaten dari dua provinsi, Sumut dan Aceh. Jembatan Layang Kelok 9 Sumbar bahkan menjadi icon kemajuan pembangunan infrastruktur modern berskala nasional. Sekarang sudah mulai pula dengan jembatan layang di Sitinjau Lauik yang spektakuler,” katanya.
Jalur Sitinjau Lauik yang menghubungkan Kota Padang dan Solok selama ini dikenal dengan tanjakan ekstremnya, mencapai gradien hingga 26%. Jalur ini menjadi tantangan besar, terutama bagi kendaraan berat seperti truk, yang sering menghadapi kesulitan dalam menanjak atau melaju di turunan curam. Tak beda jauh dengan jalur Medan – Kabupaten Karo, yang berliku dengan tingkat kemiringan tajam, turunan dan tanjakan ekstrem.
Selain itu, kondisi jalan yang berliku dan sering diliputi kabut tebal di seputaran Bandar Baru hingga Taman Hutan Raya Bukit Barisan, menambah tingkat kesulitan dan berisiko menimbulkan kecelakaan.
Pembangunan berskala modern ini bukan gagah gagahan, tapi bagaimana menjawab kemacetan parah beberapa tahun kedepan yang tidak mungkin terelakkan sekaligus mengimbangi disparitas pembangunan bagian selatan KSPN Danau Toba yang sangat jauh lebih maju, mulai dari jalan tol, bandar udara, hingga jalur kereta api sudah lebih dulu dibangun.
Pentingnya pembangunan tol atau flyover Medan – Kabupaten Karo untuk meningkatkan daya saing bagian Utara Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba. Bukan itu saja, tol atau jalan layang ini untuk menghindari tanah longsor disejumlah lokasi yang sering terjadi tanpa bisa diprediksi.
Mengingat seringnya macat parah akibat longsor maupun mobil-mobil berbadan besar yang sering terguling/rusak di tengah jalan. Padatnya volume kendaraan baik siang maupun malam hari di titik lokasi rawan macat, seperti Simpang Selayang, Lau Cih (Hairos), Pancurbatu, Sembahe, Sibolangit (Hillpark), Bandar Baru, Doulu, Tugu Jeruk Tongkeh, Hotel Micki Holidai Resort, Bukit Kubu dan Berastagi sangat merugikan masyarakat, ungkapnya.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, lanjut Ketua ICK Sumut, perlu mengambil pelajaran dari Pemprov Sumatera Barat, yang tidak hanya meninjau lapangan dan mengirim surat ke pemerintah pusat, tapi memperjuangkannya secara kolektif. Beda dengan Sumbar, kesannya selama ini Pemprov Sumut malah menganaktirikan jalan Medan Berastagi dari pembangunan berskala modern. Miris memang, jalan vital bagi 11 kabupaten Sumut/Aceh, tapi Pemprov Sumut tidak pernah serius memperjuangkannya ke pusat.
Menunggu Aksi 30 Anggota DPR RI dan 4 DPD Asal Sumut
Terpisah, hal senada dikatakan akademisi Universitas Sumatera Utara (USU), Prof, Dr Bengkel Ginting, MSi. Ia mengungkapkan rasa kecewanya kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, termasuk legislator kita di Senayan yang lambat memperjuangkan tol/flyover di jalan Medan – Berastagi khususnya di kawasan Lau Kaban PDAM Tirtanadi Sembahe.
Pasalnya, lanjut akademisi USU ini, jalan Medan-Berastagi sering terjadi kemacetan parah memerangkap pengguna jalan tanpa bisa diprediksi sebelumnya. Coba bayangkan, setiap terjadi kemacetan, antrean kendaraan langsung mengular puluhan kilometer dari ke dua arah. Dari seharusnya waktu tempuh normal Medan Berastagi 2,5 jam bisa menjadi 7-8 jam bahkan bisa 10 jam lebih, dan ini sering terjadi. Hal ini diperparah lagi rendahnya disiplin sopir bus yang saling serobot dan terabas sehingga antrean kendaraan berlapis dan tidak bisa bergerak lagi.
“Sudah banyak korban jiwa meninggal dunia di kawasan Lau Kaban PDAM Tirtanadi Sembahe, belum lagi dampak kemacetan parah yang sangat memukul perekonomian masyarakat dari sejumlah kabupaten khususnya Kabupaten Karo,” kecamnya.
Menurut Dosen dan Sekretaris Magister Ilmu Politik FISIP USU ini, dari 30 anggota DPR RI dan 4 DPD asal Sumatera Utara kompak, mereka peka, responsif dengan fakta-fakta kemacetan selama ini, selain berdampak kepada perekonomian masyarakat khususnya supply dan pemasaran produk pertanian dari sejumlah daerah khususnya Kabupaten Karo, harusnya mereka all out memperjuangkannya ke pusat, pungkasnya. (Foto: Layar tangkap Desain Estetis dan Keamanan Tinggi Flyover Sitinjau Lauik Sumbar). (R1/TimeNews)
Baca Juga:
- ICK Sumut dan Guru Besar USU: Tol Medan-Berastagi Pacu Daya Saing 12 Kabupaten Sumut dan Aceh
- Sumbar Punya Kelok 9, Harusnya Sumut Punya Kelok 11 di Jalan Medan Berastagi
- Akademisi USU Prof Dr Bengkel Ginting, MSi: Jangan Tunggu Korban Lagi, Segera Bangun Tol/Fly Over Jalan Medan – Berastagi