Medan, Karosatuklik.com – Menjaga dan merawat warisan situs-situs budaya yang ikonik dan bersejarah di Kota Medan terus digeber Walikota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution.
Tekad yang sudah diapungkan itu, tidak lagi sekedar wacana, atau hanya indah di tataran diskusi, tapi langsung dieksekusi dengan meluncurkan Kesawan City Walk. Langkah menuju brand di level Asia “The Kitchen of Asia” semakin mendekati kenyataan.
Irwansyah Harahap, budayawan yang juga akademisi USU langsung memberikan support kepada Walikota. “Saya menilai gagasan wali kota dengan me-launching Kesawan City Walk itu merupakan langkah yang sangat baik. Di sana wali kota juga mengutamakan kenyamanan masyarakat di ruang publik,” kata Irwansyah, Selasa (6/4/2021).
Dia mengatakan, kenyamanan masyarakat di ruang publik harus dijamin. Tempat parkir harus tersedia. Jika itu bisa dimanajemen dengan baik. “Ruang publik yang digagas Wali Kota Medan tentunya akan menjadi lebih baik lagi,” sambung pria berambut gondrong itu.
Menurutnya, revitalisasi cagar budaya juga akan menampilkan identitas kota. Maka itu, Medan terkenal dengan keberagaman. “Itu juga yang harus ditonjolkan di Kesawan City Walk,” lanjutnya.
Mengambil titik star me-launching Kesawan City Walk di depan Rumah Tjong A Fie, ‘kode keras’ tekad kuat sang walikota. Sekedar diketahui, Kesawan City Walk adalah bagian dari program mengembalikan kejayaan Kota Medan. Secara garis besar, jargon yang diambil adalah Medan sebagai The Kitchen of Asia.
Nama besar Tjong A Fie dari jejak sejarah di kota Medan adalah sosok tersohor di masanya sebagai contoh persatuan dalam keberagaman yang ada saat itu.
Medan Paris Van Sumatera
Berdasarkan catatan Redaksi Karosatuklik.com, Kesawan City Walk dengan jargon The Kitchen of Asia adalah bagian dari rencana besar Bobby Nasution mengembalikan Medan menjadi Paris Van Sumatera layak mendapat apresiasi dan dukungan dari semua komponen masyarakat kota Medan.
Jika selama ini kita sering mendengar Kota Bandung sebagai ‘Paris van Java’, ternyata di tanah Sumatera ada juga kota yang dijuluki sebagai ‘Paris van Sumatera’. Kota Medan adalah kota yang mendapatkan julukan tersebut.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dulunya Kota Medan merupakan sebuah kampung kecil yang berpenduduk 200 jiwa pada 1823. Kini Kota Medan telah menjelma menjadi kota yang baru sejak dirintis dari 1869 oleh Bangsa Belanda.
Ungkapan ‘Paris van Sumatera’ ini dipopulerkan orang-orang Belanda penguasa perkebunan tembakau Deli sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Guru Patimpus Sembiring Pelawi sang pendiri Kota Medan yang semula rawa-rawa, kini disulap menjadi kota berperadaban dengan gedung-gedung bergaya Eropa. Sebagai kota nomor 3 terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya kota Medan terus berkembang pesat di tengah berbagai kemajuan dan kekurangannya.
Chairil Anwar pernah berkata, ‘’Ketika Medan tumbuh menjadi kota yang makmur, terbuktilah apa yang kerap diucapkan oleh Dr. H Van Der Veen, guru ilmu bumi yang diucapkannya sering diajarkan kepada anak- anak sekolah Sumatra: ‘Molukken is het verleden, Java is het heden en Sumatra is de toekomst’. Maluku adalah masa lalu, Jawa adalah masa sekarang, dan Sumatra adalah masa depan.”
Deliaan alias Belanda-Deli yang membuat Medan identik dengan suasana Eropa sehingga muncul istilah Parijs van Sumatra. Tak heran Medan pernah sempat dihiasi oleh gedung-gedung bercorak art deco bercat putih, beragam monumen, dan simbolisasi di ruang publik yang erat kaitannya dengan perkebunan tembakau, citra Eropa, dan aktualisasi kebanggaan diri dari seorang Deliaan.
Mengembalikan Kejayaan Kota Medan
Jauh-jauh hari sebelum terpilih menjadi orang nomor satu di Pemko Medan, Bobby Nasution pernah menyebutkan, untuk mengembalikan kejayaan Kota Medan ini, dia dan tim sudah membuat suatu rancangan tata kelola wisata yang menghubungkan Istana Maimoon, Masjid Raya Al-Mashun dan Kolam Sri Deli.
Tata kelola ini dibuat lantaran Istana Maimoon, Masjid Raya Al-Mashun, dan Kolam Sri Deli merupakan satu kesatuan.
Harusnya bisa menjadi suatu destinasi wisata yang bisa mengundang banyak wisatawan, terutama wisatawan asing untuk mendatangkan lebih banyak devisa.
“Kunci pelaksanaanya, jika anggaran pemerintah dikelola dengan pas dan dikolaborasikan dengan pas. Kawasan ini bisa jadi suatu icon Kota Medan yang bisa meningkatkan pariwisata serta devisa Kota Medan,” katanya.
“Objek-objek wisata yang ada di Kota Medan memiliki potensi besar untuk mewujudkan sistem wisata terintegrasi. Jika sudah terintegrasi, maka objek wisata Kota Medan akan memberi kontribusi besar terhadap perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat,” ucap Wakil Ketua Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI ini.
Karena itu, Bobby menyebut fokus utama pekerjaan yang akan dilakukannya adalah tetap berupaya, agar pengelolaan anggaran dan birokrasi di Kota Medan bisa tepat. Sehingga infrastruktur dan pariwisata bisa dikelola dengan baik.
Kini, setelah menjadi Walikota Medan, Bobby Nasution terus menggeber brand di level Asia “The Kitchen of Asia”. Sehingga layak mendapat dukungan dari semua komponen masyarakat Kota Medan untuk mengembalikan kembali kejayaan kota Medan yang didirikan Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada 1 Juli 1590 atau tepatnya kini setelah 431 tahun lalu. (R1)