Ini Penyebab Timnas Indonesia di 2 Laga Kualifikasi Piala Dunia Tampil Melempem

Sepakbola, Sport4255 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI Sumardji membeberkan alasan mengapa Timnas Indonesia melempem dalam dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Pada 16 November tim Merah Putih kalah 1-5 dari Irak di Basra, Irak. Selanjutnya pada 21 November ditahan Filipina 1-1 di Manila. Hasil ini membuat Indonesia jadi juru kunci sementara Grup F.

Sumardji mengatakan, hasil kurang baik yang diraih tim asuhan Shin Tae Yong dalam dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 karena faktor kelelahan. Pemain berkumpul dalam durasi singkat di Irak.

“Menurut saya yang perlu menjadikan atensi di kita itu, itu adalah apa namanya waktu berkumpulnya karena kita kemarin itu berangkat itu selesai liga bahkan ada yang selesai bermain langsung berangkat.”

“Terus habis itu ketemu di sana di Irak. Lah kita kan enggak tahu cuaca. Kebetulan kita datang ke sana itu beberapa kali hujan gitu. Jadi ketika datang ke sana cuacanya tidak mendukung,” kata Sumardji.

Situasi ini membuat latihan tim tidak maksimal. Karena latihan yang tidak maksimal, performa pemain ikut menurun. Kekalahan besar dari Irak tak ingin dibela, tetapi ada faktor yang disebut memperburuk.

Perjalanan cukup panjang dari Jakarta sampai dengan Basra. Itu bukan bukan sebentar. Cukup lama. Terus kan jet lag juga. Bagaimana enggak, perbedaannya lima jam,” kata Sumardji di NTMC Korlantas Polri.

“Saya saja yang tidak main datang mengikuti anak-anak saja merasa capek sekali. Saya tentu tidak membela, enggak, karena saya ada di dalam dan saya bisa merasakan sendiri,” ujarnya.

Setelah pertandingan melawan Irak, esok paginya pemain langsung terbang ke Manila. Perjalanan dari Basra ke Manila juga panjang. Pemain baru sampai di Manila pada keesokan paginya.
Setelah perjalanan panjang, lapangan Stadion Rizal Memorial dinilai kurang baik. Bukan soal rumput sintetis yang dipersoalkan Sumardji, melainkan soal kualitas lapangan yang sudah kurang layak.

“Kalau dari mata saya melihat dan hati saya, apa namanya melihat kondisi, kondisi lapangan itu [bikin] mengelus dada gitu. Mohon maaf nih, saya bukan saya membela anak-anak, tidak,” katanya.

Tidak membela coach Shin. Tidak. Kita dari Irak itu langsung ke Filipina itu transit saja enam jam. Bayangkan coba. Jadi kita dari berangkat pagi, ketemunya itu pagi lagi,” ujar Sumardji mengisahkan.

Selepas pertandingan melawan Filipina, kondisi pemain disebut Sumardji banyak mengalami lecet-lecet. Tidak ada pemain yang tidak mengalami lecet. Ini terjadi karena kualitas lapangan yang kurang baik.

Kondisi lapangan, aduh ya, kalau menurut saya mohon maaf enggak layak begitu. Satu, sintetis. Oke enggak apa-apa sintetis. Kedua, lapangannya licin, itu. Yang ketiga, sudah licin, gampang jatuh.”

“Kalau jatuh, luka juga. Saya itu sampai kasihan. Baru kali itu saya melihat pemain bola 11 dimainkan hanya satu yang tidak luka, kiper saja. Yang 10 semuanya luka. Ini kan ya, mohon maaf,” kata Sumardji.

Lelaki yang juga Manajer Timnas Indonesia ini jujur mengungkap hal ini bukan untuk pembenaran. Sumardji hanya ingin publik melihat kisah di balik penampilan kurang efektif pemain di dua laga tersebut.

“Ini saya sampaikan supaya juga jangan terlalu mem-bully anak-anak. Anak-anak sudah mati-matian berjuang. Mereka mati-matian membela negara ini tapi ya terus jangan masyarakat mem-bully yang berlebihan.”

“Tapi, yang harus kita ingat bahwa memang semua itu perlu tekanan. Koreksi kepada individu pemain boleh-boleh saja. Silakan,” ucap lelaki yang juga menjabat di Korlantas Polri tersebut. (CNN Indonesia)