Jakarta, Karosatuklik.com – Kompol Ronasa Albertina Labobar yang kerap dipanggil Ocha yang juga Wakasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, mengungkap kisahnya diladang ganja seluas 12 hektare di Sumatera Utara.
Untuk sampai di lokasi ladang barang haram itu bukan pekerjaan gampang, butuh mental dan fisik yang kuat, Ocha harus melalui perjalanan selama tiga hari dan perjalanan ke ladang ganja ini tidaklah mudah.
Butuh kesiapan fisik dan mental untuk terjun langsung ke lokasi ‘yang berbahaya’. Apalagi cuaca kurang mendukung saat itu.
“Perjalanan sangat berat dan sulit dijangkau karena perjalanan kaki yang sangat jauh, kemudian situasinya juga cukup terjal. Untuk naik saja kita harus merayap, pada saat turun situasi cuaca udah nggak bagus, udah mulai hujan, itu becek di mana-mana,” kisah Ocha, Sabtu (13/3/2021).
“Kita dari Kota Mandailing Natal ke sana perjalanan mobil kurang lebih-2 jam nyampe di Desa Hutatinggi, kemudian kita naik mobil offroad gitu ke desa yang lebih dalam lagi, itu kurang-lebih perjalanan 1 jam. Dari situ kita jalan kaki lagi, tracking 3 jam,” tuturnya.
Saat di perjalanan, Ocha dan tim sempat menghadapi kendala. Salah satunya ialah gardang mobil yang dia tumpangi pecah sehingga dia harus jalan kaki selama 3 km karena mobil yang dia naiki ialah mobil terakhir dalam rombongan.
“Gardangnya pecah, kemudian kita harus jalan kaki kurang-lebih 3 km jalan kaki karena mobil itu yang terakhir. Jadi yang di depan tidak monitoring bahwa mobil kami itu mogok, kan,” ungkapnya.
Medan lokasi cukup terjal. Perjalanan ke ladang pun memakan waktu yang cukup lama dan sangat melelahkan.
“Kami harus jalan kaki ke sana, itu kendala pertama sih. Tapi pada saat naik ke atas gunung itu, ke ladang ganja itu, Puji Tuhan, nggak ada kendala sih. Memang kalau capek ya capek banget. Napas itu udah ada di ujung hidung kan karena memang situasinya sangat tidak memungkinkan untuk jalan kaki,” lanjutnya.
Ocha juga mengungkapkan motivasinya ikut ke lokasi ladang ganja tersebut. Ocha merasa tertantang untuk terjun langsung ke ladang ganja, mengingat sebelumnya ia pernah mengungkap sabu, ganja kering, hingga ekstasi.
Nah, itu motivasi saya, semangat saya. Saya nggak pernah putus asa, aduh saya nggak mampu, aduh saya nggak kuat nggak. Itu bukan saya banget. Saya mentalnya kuat kalau untuk seperti itu.
“Jadi, ketika diperintahkan, saya malah mau dan mengajukan diri, saya harus ikut karena itu merupakan poin terpenting buat saya,” ungkap mantan Wakasat Narkoba Polresta Depok itu.
Ocha mengatakan perjalanannya mengungkap ganja itu memakan waktu tiga hari. Menurutnya, ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan baginya.
Tentunya ini menjadi contoh kepada satuan lainnya misalnya polres mana atau polda mana-pun, kita harus mampu mengungkap kasus sampai akar-akarnya.
“Jika menemukan tindak pidana narkoba dalam bentuk apa pun, harus memotivasi diri untuk mengungkap sampai akar-akarnya, sampai ke ladang ganja. Yakin pasti bisa, demi menyelamatkan generasi masa depan bangsa kita,” tutupnya. (R1)