Jalan Medan – Berastagi “Emergency” 12 Jam Macet, Petani Karo Alami Kerugian Milyaran Rupiah

Berita3479 x Dibaca

Berastagi, Karosatuklik.com – Kerugian akibat kemacetan parah di jalan Medan-Berastagi yang terjadi sepanjang tahun berdampak buruk bagi sirkulasi perdagangan dan perekonomian masyarakat 11 kabupaten Sumut/Aceh.

Banyak sektor yang terganggu dan merugi, seperti halnya sayur mayur dan komoditi hortikultura lainnya yang ditaksir mencapai Rp 300 miliar/tahun. Kemacetan parah kembali terjadi, Senin (28/09/2020) Pukul 21.00 WIB hingga Selasa (29/09/2020) Pukul 13.30 WIB.

Hal itu diungkapkan Ketua Ikatan Cendikiawan Karo Sumatera Utara (ICKSU) Dr, Ir Budi Sinulingga, Msi, saat dihubungi karosatuklik.com, Selasa (29/09/2020) Pukul 16.00 WIB, menanggapi kerugian kemacetan parah di Jalan Letjen Jamin Ginting Medan – Berastagi, Senin (28/09/2020) Pukul 21.00 WIB hingga Selasa (29/09/2020) Pukul 13.30 WIB.

Banyak pengusaha sayur mayur dan buah-buahan serta hortikultura yang rugi akibat kemacatan yang terjadi. Karena barang-barang mereka terpaksa dibuang karena busuk dan tidak jadi dibawa ke Medan, bagaimana pedihnya perasaan yang dialami masyarakat terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini, ucapnya.

“Sayang sekali program pemerintah tentang infrastruktur seperti yang diatur dalam Perpres No 117 Tahun 2015 hanya menetapkan akses cepat ke kawasan Selatan Danau Toba yaitu, jalan tol dan jalan kereta api ke Parapat, serta Bandara Silangit dan Bandara Sibisa,” kecamnya.

Sedangkan ke kawasan bagian utara Danau Toba sama sekali tidak ada akses cepat. Akses utama ke kawasan utara Danau Toba yaitu Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun (bagian atas) dan Pakpak Bharat, juga akses utama ke wilayah Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Aceh Tengah adalah jalan Medan – Berastagi.

“Karena itulah, ICK selama ini selalu berteriak menyuarakan agar pemerintah mengambil langkah-langkah konkret penanggulangannya seperti pembangunan tol/jembatan layang, karena jalan ini (Medan – Berastagi) sudah emergency,” katanya.

Mengingat seringnya macet parah akibat longsor maupun mobil-mobil berbadan besar yang sering terguling/rusak di tengah jalan. Padatnya volume kendaraan baik siang maupun malam hari dititik lokasi rawan macat, seperti Simpang Selayang, Lau Cih (Hairos), Pancurbatu, Sembahe, Sibolangit (Hillpark), Bandar Baru, Doulu, Tugu Jeruk Tongkeh, Hotel Micki Holidai Resort, Bukit Kubu dan Berastagi sangat merugikan masyarakat, ungkapnya.

Kemacetan di titik-titik lokasi tersebut tidak akan pernah berkurang kecuali semakin parah kedepannya, karena berbagai jenis moda transportasi akan bertambah pesat setiap saat, sementara ruas badan jalan tetap, sehingga kebutuhan tol Medan – Berastagi semakin urgen direalisasikan. “Pembangunan tol ini mutlak dibutuhkan mengatasi kerugian akibat ditimbulkan kemacetan,” kecamnya.

Sampai Kapan Kemacetan Bisa Teratasi

Terpisah, sesuai keterangan pengusaha ekspedisi sayur mayur dari Kabupaten Karo ke pasar Induk Medan, K Ginting (54), akibat kemacetan parah Jalan Medan – Berastagi dia mengaku mengalami kerugian besar.

“Selain banyak yang busuk, akibat lama tertahan terjebak kemacetan parah, langganan di Medan tidak mau lagi beli. Bayangkan saja, truck cold diesel yang berangkat pukul 10.00 WIB semalam ke Medan, baru siang ini bisa bergerak perlahan ke Medan, siapa lagi yang mau beli,” kecamnya.

Dia mengaku sangat kecewa dengan kondisi yang senantiasa berulang-ulang tanpa solusi. Peristiwa macet panjang jalan utama Medan-Berastagi bukan sekali dua kali saja, bahkan dalam satu bulan ini saja sudah terjadi tiga kali kemacetan parah 5 – 6 jam, ujung-ujungnya selalu berimbas terhadap penurunan pendapatan hasil jual petani. Terparah, kemacetan Senin malam sejak Pukul 21.00 WIB hingga Selasa Pukul 13.00 WIB.

Amatan karosatuklik.com, selain ratusan calon penumpang telantar dan terpaksa menginap di tengah jalan, kerugian dialami perusahaan bus AKDP mencapai ratusan juta rupiah per hari, belum lagi ekspedisi sayur mayur ke pasar induk Medan.

Termasuk untuk ekspor ke Pelabuhan Belawan, pengusaha rugi miliaran rupiah hal yang sama dialami pengusaha grosir sembako di 11 kabupaten Sumut/Aceh. Belum lagi tiket pesawat hangus sia-sia bagi warga yang mau berpergian ke luar Medan dengan pesawat akibat terlambat sampai di Bandara KNIA. (R1)