Kabupaten Karo Sentra Produksi Terbesar Jagung di Sumatera Utara, Namun Petani Sering Tak Berdaya

Berita, Karo6824 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Kabupaten Tanah Karo penyumbang terbesar komoditas jagung di Sumatera Utara (Sumut). Petani jagung yang tersebar di enam kecamatan yakni Lau Baleng, Mardinding, Juhar, Munthe, Kutah Buluh dan Barus Jahe memiliki luas lahan 92.000 hektare.

Komoditas unggulan Kabupaten Karo selain jagung, kopi, wortel, cabai, bawang, sayur-mayur, juga buah-buahan. Kalau produksi jagung, Karo paling jago, dengan luas lahan 92.000 hektare, hasil rata-rata 7 ton per hektare. “Kalikan saja langsung berapa produksi jagung dari Karo,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Ir Metehsa Karo-karo Purba kepada tim liputan pertanian karosatuklik.com, Kamis petang (17/12/2020) di Kabanjahe.

Dengan luas lahan 92.000 hektare dan produksi rata-rata 7 ton perhektare maka produksi jagung dari Kabupaten Karo diperkirakan 644.000 ton per sekali panen. Dengan komoditas jagung dari Kabupaten Karo penyumbang terbesar di Sumut, maka tak heran kalau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo sangat memperhatikan petani jagung yang tersebar di enam kecamatan tersebut.

Metehsa Karo-karo Purba mengakui produksi jagung dari Kabupaten Karo masih bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi kalau petani mau melakukan pola tanam sela atau tidak menanam jagung secara terus menerus.

Kalau petani mau melakukan tanam sela, habis tanam jagung diganti kedelai atau tanaman lainnya, maka produksinya bisa mencapai 9 ton per hektare. Tapi, petani maunya yang gampang, tanam jagung tinggal menunggu panen. Itu yang dipilih petani, kata Metehsa.

Diakui Metehsa dengan produksi 7 ton hingga 8 ton per hektare, petani sudah memperoleh untung dengan harga jual panen Rp3.200/kg. Saat ini, katanya, harga jagung lagi bagus. “Harga lagi bagus, dengan harga Rp3.200/kg sudah mahal, petani sudah untung, sebutnya.

Kalau ditanya harga berapa baru untung, ya maunya lebih dari itu (Rp3200 per kg), kita maunya diatas Rp3.500 per kilogram, harapnya.

Saya juga sekaligus sebagai petani, jadi sangat memahami kondisi petani jagung kita. Disaat harga jual berfluktuasi, petani tidak berdaya, namun kita tak berpasrah diri, berbagai upaya tetap kita lakukan seperti bantuan benih dan lainnya, kata Metehsa. (R1)