Kisah Susi Evanta Sembiring “Super Woman” Melawan Virus Corona

Berita, Karo, Kesehatan2294 x Dibaca

Pandemi Covid-19 menyisakan banyak kisah yang menyedihkan, tapi tidak sedikit juga melahirkan kisah-kisah menginspirasi.

Inilah masa di mana semua emosi bercampur aduk. Tidak hanya rasa takut dan kesepian, tapi juga cinta yang luar biasa.

Sungguh sebuah ironi yang menyayat hati antara perjuangan bertahan hidup, takut tapi juga ada harmoni. Banyak potongan-potongan atau cuplikan kisah yang mengharukan.

Seperti halnya dialami Susi Evanta Sembiring. Selain cantik, berprofesi dokter, kepala Puskesmas dan hebatnya lagi ia mengaku “Super Woman”. Alasannya, ia berhasil lolos dari jeratan virus corona dengan menjalani isolasi berjenjang.

Kepala Puskesman Kecamatan Birubiru, Deliserdang Provinsi Sumatera Utara ini menjalani isolasi di RS Mitra Sejati Medan, sejak 10 November 2020 dan kembali ke rumah 15 November 2020. Selepas itu, ia meneruskan isolasi mandiri di rumahnya sampai 24 November 2020.

Saat ini ia kembali aktif melayani masyarakat sebagaimana kesehariannya. Ketika ditawari untuk membagikan pengalamannya
selama isolasi, dokter ramah ini menyatakan kesediaannya.

“Kalau memang bermanfaat untuk edukasi, saya tidak keberatan,” ujarnya kepada jurnalis Jenda Bangun.

Inilah petikan wawancaranya dimuat di karosatuklik.com :

Tanya : Setelah menjalani isolasi, pesan apa yang dapat disampaikan sebagai edukasi kepada masyarakat ?
Dr Susi : Pesan yang ingin saya sampaikan kepada masyarakat, patuhi protokol kesehatan yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup serta kelola stress dengan baik.

Tanya : Beban apa yang dirasakan terberat selama menjalani isolasi ?
Dr Susi : Beban terberat adalah harus berpisah dengan keluarga.

Tanya : Secara pribadi peran apa yang mesti dilakoni selama itu ?
Dr Susi : Peran yang mesti dilakoni saat itu, harus siap menjadi pejuang atau super woman, karena harus melawan virus corona yang sangat ganas dan bisa menyebabkan kematian.

Tanya : Memang benar, karantina itu sudah cukup 14 hari saja ?
Dr Susi : Menurut keterangan dari dokter spesialis paru saat itu, sudah cukup 14 hari karena sudah selesai masa inkubasi virus di dalam tubuh manusia.

Tanya : Bagaimana peran anggota keluarga serta asisten rumah tangga ?
Dr Susi : Peran dan dukungan anggota keluarga sudah pasti sangat dibutuhkan, khususnya dukungan mental maupun logistik antara lain asupan makanan dan kebutuhan lain yang harus tercukupi dengan baik. Peran asisten rumah tangga juga sangat penting karena harus ada yang menyiapkan semua kebutuhan saya termasuk keluarga yang saya tinggalkan di rumah.

Tanya : Lalu bagaimana soal bantuan orang lain untuk kelancaran jalannnya isolasi ?
Dr Susi : Bantuan orang lain seperti teman – teman atau saudara juga sangat dibutuhkan.Terutama, dalam hal sapaan melalui telepon sangat membantu sekali bagi saya.Juga dukungan materi dan kiriman makanan bergizi yang sudah pasti semakin mempercepat kesehatan saya.

Tanya : Apa yang dikonsumsi selama itu agar efek virus segera nihil ?
Dr Susi : Selama karantina saya selalu mengonsumsi telur ayam rebus 1-2 butir per hari, susu 1-2 gelas per hari, vitamin C 1000 mg per hari, madu 2 sendok pagi dan malam, banyak minum air hangat, jamu-jamu tradisional dan berjemur matahari.

Tanya : Perjalanan karantina ini sepengetahuan atasan ya ? Apa kata mereka ?
Dr Susi : Ya, sudah pasti. Atasan saya sangat peduli dan mengutamakan kesehatan saya dengan memberi ijin untuk isolasi mandiri.

Tanya : Akhirnya ketahuan sumber penularan virusnya ?
Dr Susi : Sumber penularan virus ini sebenarnya ada dimana-mana karena aktifitas saya cukup banyak di luar rumah.

Tanya : Setelah ini apa yang dilakukan di lingkungan Puskesmas ?
Dr Susi : Di Puskesmas tetap kita lakukan protokol kesehatan dan sistem kerja berjadwal untuk mencegah penularan Covid-19. Selanjutnya pelaksanaan desinfeksi setiap ruangan sebelum dan sesudah pelayanan.

Semoga kisah Susi Evanta Sembiring yang berhasil lolos dari jeratan virus corona dengan menjalani isolasi berjenjang, bisa dipetik menjadi pembelajaran berharga. Kuncinya, perubahan perilaku menjadi budaya baru mutlak dijalankan untuk memutus mata rantai penularan pandemi virus corona. (Jenda Bangun)