Lunturnya Budaya Tradisional Karo di Era Digital

Karo7565 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Lunturnya budaya tradisional di era digital bisa jadi dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin masif dan canggih, permainan modern juga lebih menarik dan lebih asik dikalangan remaja.

Gadget saat ini lebih menarik perhatian anak generasi milenial daripada budaya tradisional, justru kita sebagai para pemuda dan anak-anak seharusnya bisa melestarikan budaya tradisional agar tidak dijajah dan dicuri oleh negara tetangga.

Sudah banyak sekali kasus yang terjadi bahwa budaya kita banyak yang diklaim negara lain karena ketidakpedulian kita. Hal itu diperparah lagi akibat masyarakat kita kini sudah banyak meninggalkan nilai-nilai luhur warisan leluhur tersebut, padahal inilah identitas budaya kita. Jangan sampai kita terjajah oleh budaya luar bukan hanya kebudayaan kita tetapi cara berbicara kita pun sudah mulai terjajah. Kita lancar berbahasa kekinian atau bahasa luar lainnya tetapi mengapa kita tidak tahu bahkan tidak bisa berbicara bahasa daerah kita sendiri.

Tak hanya budaya, Indonesia juga memiliki banyak alat musik tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Salah satu yang banyak dijumpai adalah alat musik tiup dari bambu dan lainnya.

Alat musik tradisional Indonesia yang ditiup ini memiliki suara yang tak kalah indah dibandingkan alat musik tiup modern yang populer seperti klarinet, terompet, dan trombon.

Hampir setiap daerah atau suku di Indonesia memiliki alat musik tiup khas yang digunakan untuk hiburan maupun suasana duka. Seperti halnya Kabupaten Karo, dikenal kaya akan warisan budaya dan musik tradisional.

Sayang memang, alat musik daerah Karo ada yang masih lestari hingga kini dan ada pula yang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi sekarang. Tapi jika ingin melihat dalam bentuk fisiknya, Anda bisa lihat di museum daerah, bisa dikota Medan atau di daerah Kabupaten Karo sendiri.

Beberapa alat musik khas Karo ini juga dapat dibeli pada toko alat musik yang ada di Desa Budaya Lingga atau juga bisa membelinya secara online di marketplace yang kini sudah menjamur jumlahnya.

Masyarakat etnis Karo memang unik dan memiliki ke-khasan tersendiri. Musik tradisional Karo merupakan musik yang hidup di masyarakat suku Karo secara turun temurun, dari generasi ke generasi dan dipertahankan sebagai sarana hiburan maupun sarana ritual. Ada tiga komponen yang saling terkait, yakni Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Musik dalam masyarakat Karo yaitu;

1. Genggong

Genggong adalah alat musik yang secara tidak langsung memiliki fungsi sebagai alat telekomunikasi pada masa lalu. Alat musik ini biasanya digunakan oleh seorang lelaki untuk memanggil kekasihnya agar keluar rumah. Lagu yang dimainkan biasanya adalah lagu yang sudah diketahui oleh kedua belah pihak. Genggong dibuat dari besi yang dimainkan dengan cara ditiup sesuai dengan irama lagu yang akan dimainkan.

2. Tambur

Tambur adalah alat musik tradisional Karo yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari kayu yang dilapisi oleh kulit binatang dikedua sisinya. Alat musik ini dimainkan dengan memukul kedua bagian sisinya secara bersamaan namun dengan cara yang sedikit berbeda. Salah satu sisinya akan dipukul dengan menggunakan alat pemukul khusus sedangkan sisi lainnya dipukul dengan menggunakan telapak tangan saja. Saat ini alat musik Tambur sudah mulai hilang dari masyarakat Karo.

3. Gendang Singanaki

Alat musik ini tidak dapat menghasilkan suara naik turun hanya bunyi yang berulang – ulang saja. Gendang Singanaki terbuat dari bahan kayu nangka dengan dua palu yang digunakan sebagai alat pemukulnya. Biasanya alat musik ini akan dimainkan bersama dengan dengan grantung dalam tampilan musik penggual. Permainan musik dari alat ini diadakan bersamaan dengan acara upacara adat setempat.

4. Sarune

Sarune ini terdiri dari lima alat musik yaitu anak-anak sarune, Sarune, Tongkeh, Ampang-Ampang, Batang Sarune, Gundal. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup. Teknik bermain Sarune batak Karo ini sama dengan teknik bermain Sarune Batak Toba.

Alat ini juga mirip dengan seruling cara memainkannya, yaitu dengan cara ditiup.

5. Kulcapi

Pada awalnya alat musik ini terbuat dari bahan akar pohon aren sebagai senarnya, namun seiring dengan perkembangan jaman senar yang digunakan untuk membuat kecapi adalah senar metal. Kulcapi dimainkan dengan cara dipetik. Berbeda dengan Gotar, alat musik Kulcapi memiliki lubang pada bagian belakangnya. Lobang dibagian belakang ini berfungsi sebagai penggubah efek suara yang dihasilkan.

6. Gendang Singindungi

Alat musik ini terbuat dari bahan kayu nangka dengan dua buah palu sebagai alat pemukulnya. Gendang Singindungi memiliki bentuk yang sama dengan gendang singanaki namun nada yang dihasilkan jauh berbeda. Jika Gendang Singanaki hanya menghasilkan nada yang berulang maka Gendang Singindungi akan menghasilkan nada yang naik turun. Pemain alat musik Gendang Singindungi ini disebut sebgai penggual.

7. Keteng – Keteng

Keteng – Keteng adalah salah satu alat musik yang unik karena dapat menghasilkan suara tiruan dari empat alat musik. Alat musik ini terbuat dari bahan bambu dan memiliki dua buah senar yang juga terbuat dari bambu yaitu kulit bambu. Keteng-keteng merupakan alat musik pengiring dalam satu parade pertunjukan musik. Bisa disimpulkan si bambu bersuara merdu.

8. Penganak

Penganak adalah alat musik yang terbuat dari kuningan yang terdapat bagian yang menonjol dibagian tengahnya. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul khusus yang terbuat dari bahan kayu yang dibalut karet mentah dibagian atasnya. Memainkan alat musik ini hanya cukup memukul Pencu (bagian tengahnya yang menonjol). Penganak memiliki ukuran yang lebih kecil dari gung dan menghasilkan suara yang berulang.

9. Gung

Gung adalah alat musik yang dimiliki hampir diseluruh kebudayaan suku yang ada diindonesia. Gung memiliki ukurang yang besar dan terbuat dari bahan logam atau kuningan. Memainkan alat musik ini juga dengan cara dipukul pada bagian tengah yang menonjol. Alat pemukul yang digunakan akan disesuaikan dengan ukuran dari Gung agar suara yang dihasilkan sesuai dengan nada yang diinginkan.

10. Balobat

Balobat adalah alat musik yang terbuat dari bahan bambu. Alat musik ini memiliki enam buah lobang nada yang terletak disepanjang badan Seruling. Alat musik tiup ini niasanya akan dimainkan bersamaan dengan alat musik lainnya dalam satu parade musik. Pemain alat musik ini dinamakan Perbalobat.

Ketersediaan tanaman bambu menjadi pentong demi lestarinya alat musik Balobat. Masyarakat Karo yang terkenal sebagai kebanyakan bertani, rasanya tidak mungkin akan mengalami kelangkaan tanaman bambu.

11. Murab

Alat musik Murbab terbuat dari kayu dan bagian penghasil suaranya terbuat dari bahan tempurung kelapa. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek. Murab memiliki dua buah senar. Alat musik ini biasanya dimainkan secara solo sebagai salah satu alat hiburan. Saat ini alat musik murab tidak bisa lagi didengarkan karna sudah punah dan beberapa sumber menyebutkan bahwa alat musik ini ada di museum Belanda, namun belum ada yang mengkonfirmasi kebenarannya.

12. Surdam

Surdam dimainkan dengan cara ditiup dari belakang dengan ruas bambu yang terbuka. Alat musik ini terbuat dari bahan bambu dan untuk memainkannya diperlukan teknik khusus agar dapat menghasilkan suara. memang memainkan alat musik ini cukup sulit sangat berbeda dengan Balobat yang secara langsung dapat menghasilkan suara hanya dengan meniupnya saja.

Itulah beberapa alat musik tradisional suku Karo yang mulai luntur di era digital, yang bisa kami sampaikan kepada pembaca setia kami. Untuk tulisan berikutnya akan kami sajikan budaya Karo lainnya. (R1/Berbagai Sumber)