Mengatasi Rendahnya Tingkat Literasi di Papua Melalui Gerakan Baca Tanpa Batas

Edukasi711 x Dibaca

Papua, Karosatuklik.com – Keterampilan literasi merupakan fondasi yang penting bagi setiap anak untuk belajar dan meraih impian mereka. Sayangnya, tingkat literasi di kalangan anak-anak di Papua masih rendah.

Menanggapi permasalahan ini, Wahana Visi Indonesia (WVI) sebagai organisasi yang berfokus pada anak-anak, telah meluncurkan kampanye Baca Tanpa Batas.

Tujuan kampanye ini adalah meningkatkan keterampilan literasi anak-anak di Papua melalui pendirian Kampung Literasi, yang mencakup pembangunan rumah baca, mobil pustaka, penyediaan materi dan alat peraga, serta pelatihan bagi para tutor. Melibatkan masyarakat dan pemerintah juga menjadi bagian penting dari kampanye ini.

Menurut Yuventa, Kepala Public Engagement & Communications WVI, kampanye Baca Tanpa Batas bertujuan untuk meningkatkan sektor pendidikan, khususnya pendidikan anak-anak di Papua. Membaca pada tahun-tahun awal sekolah dasar sangatlah penting karena berkontribusi pada memori dan kelanjutan pendidikan anak di masa depan.

Meskipun anak-anak di Papua memiliki potensi yang luar biasa dan semangat untuk belajar, terdapat kesenjangan signifikan antara tingkat literasi anak-anak di Papua dengan anak-anak di daerah lain. Oleh karena itu, WVI mengajak masyarakat luas untuk ikut serta menciptakan ekosistem literasi yang baik bagi anak-anak di Papua.

Data survei literasi yang dilakukan oleh WVI di wilayah Sentani, Biak, Pegunungan Tengah, dan Asmat pada akhir 2022 menunjukkan bahwa hanya 36,1% anak kelas 3 SD di Papua yang memiliki keterampilan membaca dengan pemahaman.

Tingkat literasi anak-anak di kabupaten Asmat bahkan tercatat paling rendah, yaitu hanya 26,5%. Fakta mengejutkan lainnya adalah bahwa kurang dari 10% guru di Asmat melaksanakan kegiatan literasi dasar di sekolah. Hal ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih serius untuk meningkatkan literasi di Papua.

Marthen S. Sambo, Pimpinan Tim Pendidikan WVI, menambahkan bahwa guru-guru di Papua jarang membacakan buku cerita di kelas, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada anak-anak tentang apa yang mereka baca, serta jarang mengajarkan kosakata baru.

Sebagai contoh, anak-anak kelas 3 SD di Asmat hanya mampu membaca 5 kata dengan benar dalam waktu satu menit, sedangkan standarnya adalah 80 kata per menit.

Kampung Literasi

Masalah ini juga berkaitan dengan budaya Papua yang lebih mengutamakan tradisi lisan daripada tulis, sehingga menyebabkan masalah literasi menjadi turun-temurun. Selain itu, ada juga guru-guru yang kurang menguasai literasi, yang berdampak pada kesulitan mendampingi anak-anak dalam membaca.

Di Biak, banyak guru yang sudah lanjut usia sehingga sulit bagi mereka untuk mengikuti metode pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keterampilan siswa. Pengawasan sekolah juga kurang efektif karena kekurangan pengawas yang pensiun. Data WVI menunjukkan bahwa hanya 40,9% anak kelas 3 SD di Biak yang terampil membaca dan memahami isi bacaan.

Kampung Literasi (KL) merupakan program kolaboratif antara WVI dengan berbagai pihak yang terlibat di kampung, seperti anak-anak, orang tua/wali, pejabat kampung, lembaga keagamaan, masyarakat, dan pemerintah.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses anak-anak terhadap kegiatan literasi berkualitas di kampung-kampung di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Dengan adanya Kampung Literasi, diharapkan akan terjadi peningkatan persentase anak usia sekolah dasar yang mampu membaca dan memahami bacaan.

Monita Tahalea, Penyanyi dan Duta Harapan WVI, yang baru-baru ini mengunjungi Biak, menyatakan keprihatinannya karena anak-anak di sana kesulitan mengeja nama mereka sendiri.

Menurutnya, kesadaran diri sangatlah penting. Anak-anak yang mengenal identitas mereka akan memiliki jiwa kepemimpinan dan tidak takut untuk bertanya.

Selain itu, kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di Papua menunjukkan pentingnya keterampilan literasi bagi anak-anak. Dengan memiliki keterampilan literasi, anak-anak ini dapat memahami identitas mereka, memiliki wawasan yang luas, mengetahui mana yang benar dan salah, serta bermimpi untuk kehidupan yang lebih baik.

Mewujudkan Mimpi dan Potensi Anak-anak Papua

Berbagai tokoh publik, seperti Gaby Cristy, Joanna Alexandra, Sidney Mohede, Becky Tumewu, Kezia Aletheia, dan Jovial Da Lopez, juga turut mendukung kampanye Baca Tanpa Batas ini. Jovial Da Lopez menyampaikan impian untuk anak-anak Papua agar mereka dapat mencapai potensi maksimal.

Menurutnya, penting bagi anak-anak Papua diberikan kesempatan untuk meraih potensi mereka tanpa harus dibandingkan dengan anak-anak di Pulau Jawa atau negara-negara Barat. Mereka perlu diberikan tempat dan kondisi yang mendukung agar mereka dapat mencapai potensi maksimal.

WVI mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk turut serta dalam mewujudkan harapan anak-anak di Papua untuk masa depan yang lebih baik melalui kampanye Baca Tanpa Batas.

Publik dapat memberikan dukungan melalui donasi untuk mendirikan Kampung Literasi atau berpartisipasi dalam pembuatan video kreatif yang dapat menjadi materi pembelajaran bagi anak-anak di Papua.

Melalui partisipasi aktif masyarakat, harapan akan tercapainya tingkat literasi yang lebih baik bagi anak-anak di Papua semakin nyata. Bergandengan tangan, mari kita wujudkan mimpi dan potensi anak-anak Papua untuk masa depan yang cerah. (Dedy Hutajulu)