Mengenal D-dimer yang Membuat Ashanty Kritis dari Covid-19

Nasional1453 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Penyanyi Ashanty dikonfirmasi dalam kondisi kritis karena peningkatan D-dimer setelah terinfeksi Covid-19. Kondisi Ashanty tersebut disampaikan oleh suaminya, Anang Hermansyah lewat sebuah pernyataan.

“D-dimer naik,” kata Anang menjelaskan kondisi Ashanty kepada melalui pesan singkat, Kamis (25/1/2021).

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Damay memaparkan bahwa D-dimer ini berhubungan dengan kekentalan darah atau lebih tepatnya pembekuan darah.

“Pada kasus Covid-19 sering terjadi kasus pembekuan darah, bisa dikatakan salah satu penyebabnya karena reaksi karena infeksi virus SARS-CoV 2,” ungkapnya saat dihubungi secara terpisah.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ketika infeksi Covid-19 terjadi inflamasi atau peradangan, di mana peradangan bisa dikatakan membuat kerusakan pada sel.

Kerusakan pada sel ini lantas mengaktifkan sistem pengentalan darah, pembekuan darah yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah vena, pembuluh darah balik yang mengarah ke jantung, dan menyumbat pembuluh darah yang dari jantung ke paru-paru.

“Akibatnya saturasi oksigen bisa menurun dan bahkan pasien bisa perburukan kondisi klinisnya dengan cepat hingga meninggal,” ujar dokter Vito seraya mengungkapkan bahwa sekitar 30-40 persen pasien Covid-19 mengalami peningkatan d-dimer.

Apa itu D-dimer?

Dokter Vito menjelaskan bahwa mekanisme pembekuan darah ini sebenarnya normal. Salah satunya berguna agar apabila terjadi luka darah tidak terus menerus mengucur.

Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Gangguan mekanisme pembekuan darah disebut koagulopati, dan ini adalah salah satu komplikasi Covid-19 yang ditakuti.

“Jadi berjalan normal artinya ada pembekuan ada diluruhkan atau diencerkan dilarutkan kembali. Dan ketika dilarutkan, sebagian proteinnya itu namanya D-dimer dan bisa diukur,” jelasnya.

Dia menambahkan, “Jadi makin banyak pembekuan darah makin banyak proses untuk melarutkan kembali, makin banyak D-dimernya.”

Namun, dia mengungkapkan D-dimer ini bukan nama penyakit melainkan parameter yang diukur apabila dokter mencurigai ada aktivitas pembekuan darah yang abnormal.

“Nama penyakit yang terkait d dimer meningkat ini adalah Tromboemboli Vena. Bekuan atau gumpalan darah di vena itu namanya Deep Vein Thrombosis, dan sumbatan bekuan darah di pembuluh darah jantung yang mengarah ke paru paru itu namanya Emboli Pulmonal,” paparnya.

Vito juga menjelaskan bahwa saat hasil pengukuran D-dimer tinggi maka itu menandakan ada pembekuan darah.

“Ini yang diatasi dengan pemberian pengencer darah, tapi tidak sembarang pengencer darah, namanya antikoagulan. Antikoagulan yang disuntikan. Biasanya orang bilang suntikan di perut ya, karena biasanya disuntiknya di kulit perut,” paparnya.

Dokter yang praktek di RS Siloam ini juga mengatakan bahwa peningkatan D-dimer merupakan bagian dari penyakit Covid-19 yang masih menyimpan misteri.

“Sudah dibilang sembuh kok kadang bisa perburukan lagi, itu akibat peperangan antibodi dengan virus ini maka terjadi kerusakan sel, kerusakan sel mengaktifkan pembekuan darah,” kata Vito.

“Walau ke arah perbaikan, virusnya sudah mati, maka akibat peperangan ini masih ada. Ini yang bahaya, masih ada potensi terjadi pembekuan darah tersebut.”

Potensi ini akan semakin bahaya jika seseorang terlalu tiduran atau rebahan dalam waktu lama. Menurutnya itu akan meningkatkan pembekuan darah, bahkan pada yang bukan kasus Covid-19 ini juga menjadi salah satu faktor risiko misalnya pada kasus kanker atau pasien yang sakit kritis dan harus berbaring lama. Selain itu, faktor risiko lainnya adalah obesitas.

“Obesitas membuat peradangan kronik yang terus-menerus. Orang yang obesitas sudah dalam kondisi peradangan terus menerus, karena dari sel-sel lemaknya itu dan berisiko meningkatkan aktivitas pembekuan darah,” tambahnya. (cnnindonesia.com)