Mengenal Jalan Asia Afrika di Kota Bandung

Travel19024 x Dibaca

Bandung, Karosatuklik.com – Siapa yang tidak mengenal kota Bandung, kota yang saat ini menjadi destinasi wisata di Jawa Barat. Bukan hanya dari dalam kota saja melainkan dari mancanegara pun turut berkunjung ke kota Kembang tersebut.

Di Bandung sendiri terdapat banyak sekali destinasi wisata yang memang sering dikunjungi oleh para wisatawan, salah satunya yaitu Jalan Asia Afrika Bandung.

Jika ada anekdot di kota Bandung tentang nama jalan yang paling panjang sedunia, maka jawabannya adalah Jalan Asia Afrika. Sebagai bahan candaan, bahwasannya jalan tersebut menempuh benua Asia dan Afrika, yang dipisahkan sebuah sungai.

Spot Foto

Jalan Asia Afrika ini sangat lah bersejarah mulai dari banyak-nya bangunan yang di bangun dari Jaman penjajahan Belanda, maka banyak masyarakat yang berdatangan ke Jalan Asia Afrika ini hanya untuk berburu Foto, bahkan tidak warga Bandung saja, sampai luar pulau bahkan banyak Turis dari luar negeri datang ke Kota Bandung untuk Foto dan ingin tau sejarah yang ada.

Banyak bangunan bersejarah yang ada di Asia Afrika bangunan tersebut yaitu adalah Gedung Merdeka. Bukan hanya gedung Merdeka saja di sekitaran sebelum Gedung Merdeka pun ada gedung yang cukup ikonik yaitu Gedung De Vries.

Gedung Merdeka di Jalan Asia-Afrika ini merupakan gedung bersejarah yang menjadi saksi sejarah pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada Tanggal 18-24 April Tahun 1955. Sebanyak 29 negara pada saat KTT mengirimkan perwakilan-nya dari masing – masing Negara. Tidak hanya itu, sekarang Gedung Merdeka ini juga di gunakan menjadi Museum yang menjadi tempat benda dan koleksi foto pada saat Konferensi Asia Afrika.

Gubernur Jenderal Herman Willem Deaendels

Gedung De Vries pernah di kenal juga sebagai toko serba ada, karena toko tersebut menjual berbagai macam keperluan sehari – hari seperti makanan, minuman, peralatan dapur, pakaian. Toko ini juga merupakan pusat perbelanjaan pertama di Kota Bandung.

Jalan Asia Afrika di Bandung memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendirian kota Kembang ini. Karena pada saat itu, Gubernur Jenderal Herman Willem Deaendels dari Belanda menancapkan tongkatnya saat memerintahkan pendirian kota ini, yang kemudian diabadikan menjadi tugu Bandung Nol Kilometer.

Groote Postweg

Sebelum konferensi Asia Afrika dilaksanakan, jauh sebelumnya memiliki nama Groote Postweg atau disebut juga Jalan Raya Pos. merupakan ruas jalan yang dibangun oleh Deandels yang membentang dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1.000 km, serta memakan korban sampai 30.000 jiwa dalam proses pembangunannya.

Pada saat itu, suasana jalan hanya ramai ketika berlangsungnya pertemuan Konferensi Asia Afrika. Tidak seperti saat ini di mana hampir setiap hari banyak yang berkunjung.

Titik Nol Kilometer

Konon, Bandung yang sekarang kita kenal, dipindahkan dari lokasi sebelumnya Dayeuh Kolot dalam artian Kota Tua, atas permintaan Daendels kepada Bupati Bandung Wiranatakusumah II ketika itu.

Mengapa pusat kota Bandung dipindahkan? Hasil blueprint menjelaskan bahwa pembangunan jalan Groote Postweg di daerah priangan ternyata berselisih jarak sekitar 11 km dari kabupaten Bandung sekitar Dayeuh Kolot. Namun, Daendels berpikir sebuah kota akan maju apabila kota tersebut mudah untuk diakses.

Jalan Tertua di Kota Bandung

Setelah berkali-kali pindah mencari lokasi yang strategis, Wiranatakusumah II memutuskan sebuah lokasi yang kita kenal saat ini sebagai alun-alun kota Bandung. Sekarang sebagai ibu kota Kabupaten Bandung yang baru. Dari sinilah titik kota Bandung berkembang ke segala arah sehingga mencapai ukuran seperti sekarang.

Jalan bersejarah ini pun disebut sebagai titik 0 Kilometer Bandung. Titik nol kerap dikaitkan dengan awal mula perkembangan kota. Pada saat itu pemindahan pemerintahan kota Bandung yang wilayah Dayeuh Kolot dipindahkan ke jalan ini pada tahun 1810. Jalan tertua di Bandung juga dekat dengan Sungai Cikapundung sebagai sumber air pembangunan kota. (Berbagai Sumber)