Pemkab Karo Tegaskan Tidak Ada yang Dicovidkan, Simak Penjelasan Kepala Dinas Kesehatan Irna Safrina Meliala

Karo1989 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Sudah 1,5 tahun pandemi Covid-19 ada di Indonesia, khususnya Kabupaten Karo tapi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa rumah sakit (RS) seringkali mengcovidkan pasien. Di mana pasien yang tidak COVID-19 tapi dibuat COVID-19 oleh RS. Berdasarkan informasi yang berkembang, masyarakat ketakutan masuk ke rumah sakit alasan takut di-covidkan.

Menyikapi tudingan miring, yang sering menjadi perbincangan hangat masyarakat belakangan ini, Redaksi Karosatuklik.com meminta penjelasan Bupati Karo, Cory Seriwaty Sebayang melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, drg Irna Safrina Meliala, Mkes dan Direktur RSU Kabanjahe dr Arjuna Wijaya SpP secara terpisah, Senin petang (12/7/2021) di Kabanjahe.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, drg Irna Safrina Meliala mengatakan, penetapan pasien positif COVID-19 harus sesuai dengan aturan yang ketat. Di mana RS harus melampirkan banyak sekali dokumen pendukung untuk menyampaikan bahwa pasien tersebut COVID-19.

“Jadi masyarakat jangan juga merasa bahwa, kalau memang diagnosa COVID-19 itu pasti akan diklaim oleh RS sebagai pasien COVID-19. Itu juga belum tentu. Dan tentunya kami mengimbau sama-sama kita menaruh kepercayaan bahwa dokter akan mengobati sesuai kondisi pasien,” jelas Irna.

“Nah kemudian satu lagi saya sampaikan, bahwa yang namanya pemeriksaan laboratorium akan tergantung dari individu. Jadi tidak misalnya satu orang diperiksa hari ini negatif, kemudian satu minggu kemudian dia negatif. Bahkan itu bisa ada satu proses dimana replikasi virus itu membutuhkan waktu. Bisa saja ada gejala tapi memang belum terdeteksi oleh alat diagnostic-nya,” papar drg Irna Safrina Meliala.

“Ini memang yang harus betul kita perhatikan. Banyak hal yang bisa menyebabkan hasil diagnostic ini punya satu kekurangan. Jadi ada satu kekurangan bahwa mungkin saja tidak ditemukan pada saat itu tapi bisa ditemukan pada saat yang lain atau sebaliknya,” sambungnya.

Namun, bisa jadi, sambung Irna, ketika orang sakit dibawa ke Rumah Sakit dan dilakukan pemeriksaan dan hasilnya mengarah pada suspect dan kemungkinan itu, ketika meninggal memang harus menggunakan standar COVID-19.

“Nah, jika seseorang diduga terpapar atau suspek perlu dilakukan tata laksana penanganan COVID-19, kata siapa itu? Kata (sesuai) pedoman,” jelasnya.

Menurutnya, sering terjadinya kesalahpahaman itu, akibat kurangnya komunikasi antara RS dan keluarga pasien. Sehingga, ketika ada yang meninggal kemudian dilakukan standar COVID-19, masyarakat menyebut jika RS ‘mengcovidkan’ pasien.

“Ini yang perlu hati-hati juga Rumah Sakit, harus bisa menginformasikan dengan jelas mana yang suspect, probable (kemungkinan), dan terkonfirmasi,” tegas Irna Safrina Meliala.

Jangan Takut Memeriksakan Kondisi Kesehatan ke Rumah Sakit

Sementara Direktur RSU Kabanjahe dr Arjuna Wijaya SpP menjelaskan, bahwa masih banyak masyarakat yang belum paham terhadap proses pencegahan penyebaran Covid-19 di Lingkungan Rumah Sakit.

Masyarakat ketakutan masuk ke rumah sakit alasan takut di covidkan. “Pada dasarnya tidak seperti itu, tindakan swab di awal kepada semua pasien yang masuk ke RSUD Kabanjahe, sebagai langkah antisipasi agar tindakan tergabungnya ruangan antara pasien negatif dan positif,” ungkapnya.

“Virus Corona-19 ini menjadi fenomenal dikarenakan begitu mudahnya proses penyebarannya (penularannya) dibandingkan virus HIV/AIDS,” paparnya.

Untuk diketahui, masih kata Arjuna, memang benar, virus Covid ini pada dasarnya sejenis flu. Akan tetapi yang membedakannya yaitu cara penularannya, yang sangat mudah bisa melalui udara ataupun kontak fisik langsung.

“Kita terus menghimbau, masyarakat untuk terus menjalankan protokol kesehatan sebab ini sangat berpengaruh terhadap laju kenaikan kasus Covid-19,” pungkas Direktur yang juga Dokter penyakit paru ini.

“Jika masyarakat ada keluhan kesehatan, jangan takut memeriksakan kondisi kesehatannya di rumah sakit. Sebab jika terlambat penanganan, maka masyarakat sendiri yang mengalami kerugian,” beber dr Arjuna Wijaya. (R1)