Pendapatan “The Little Mermaid” Tembus 38 Juta Dolar AS

Entertainment, Musik2894 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Live-action Disney “The Little Mermaid” membuat heboh di box office domestik akhir pekan ini, dengan total pendapatan di hari pembukaan sebesar 38 juta dolar AS atau sekitar Rp570 miliar.

Dikutip dari Variety, Minggu, film fantasi yang dibuka di 4.320 bioskop, diharapkan mampu menghasilkan pendapatan kotor antara 120 juta dolar AS dan 130 juta dolar AS selama empat hari akhir pekan.

Remake musikal yang dibintangi oleh Halle Bailey sebagai putri duyung Ariel, menghasilkan 10,3 juta dolar AS dalam pratinjau pada Kamis (25/5), menempati peringkat ketujuh tertinggi untuk film dengan rating G (General) atau PG (Parental Guidance).

Hal itu menempatkan film tersebut pada jalur yang tepat untuk menghasilkan pendapatan kotor lebih dari 100 juta dolar AS selama liburan akhir pekan.

Dengan anggaran produksi 250 juta dolar AS, “The Little Mermaid” harus memancing kesuksesan box office untuk mendapatkan keuntungan yang masuk akal.

“The Little Mermaid” karya Rob Marshall, dibintangi oleh Melissa McCarthy sebagai Ursula, Jonah Hauer-King sebagai Pangeran Eric, Javier Bardem sebagai Raja Triton, Daveed Diggs sebagai Sebastian si kepiting, Jacob Tremblay sebagai Flounder si ikan dan Awkwafina sebagai Scuttle si burung laut.

Suguhkan Nostalgia dengan Visual dan Musik yang Apik

Mungkin sebuah sinopsis pada awal tulisan tidak terlalu perlu untuk dijelaskan. Siapa yang tak kenal kisah salah satu karakter legendaris terbaik Disney ini?

Tapi biarkan penulis jelaskan kembali secara singkat, sebelum masuk pada bagian ulasan versi live-action-nya.

“The Little Mermaid” adalah sebuah film animasi fantasi musikal klasik yang diproduksi oleh Walt Disney dan dirilis secara perdana pada tahun 1989. Kisahnya diangkat dari dongeng Denmark tahun 1837 karya Hans Christian Andersen.

Mengisahkan tentang Ariel, putri bungsu penguasa lautan, Raja Triton. Putri duyung remaja ini merupakan sosok dengan karakter yang sedikit berbeda dari keenam saudara perempuannya, penuh rasa penasaran, ekspresif, naif, dan sedikit keras kepala, tidak, lebih tepatnya, sangat keras kepala.

Ariel memiliki ketertarikan kuat dengan dunia manusia juga kehidupan di daratan. Ia ingin berjalan, hingga menari dengan sepasang kaki. Hingga suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang pangeran bernama Eric, yang pertama kali dilihatnya sedang berlayar.

Namun, obsesi Ariel membuat sang ayah murka, karena hubungan manusia dengan makhluk laut yang tidak harmonis sejak lama. Perpecahan hubungan ayah dan anak perempuan ini membuat Ariel terjebak dan terikat pada sebuah janji dengan penyihir laut licik, Ursula.

Masalah timbul dengan berbagai upaya agar Ariel dapat lepas dari kutukan Ursula dan dapat menjadi manusia seutuhnya.

“Wouldn’t I love, love to explore that shore up above? Out of the sea, wish I could be part of that world,” harap Ariel pada lantunan ikoniknya “Part of Your World”.

Kisah asli

Film berdurasi 135 menit ini masih menjaga alur dan jalan cerita asli dari versi animasi klasiknya. Ini menjadi nilai positif bagi sebuah film live-action dongeng legendaris, dan tentu sesuai dengan harapan para penggemar “The Little Mermaid”. Alur cerita asli yang tetap dipertahankan tentu berhasil membuat penonton teringat kembali akan dongeng semasa kecil, Ariel si putri duyung.

Alur cerita dalam beberapa film versi live-action kerap ditambah atau bahkan diubah dari versi aslinya. Ini cukup berisiko terhadap tanggapan dan kepuasan penonton. Contoh saja versi live-action “Mulan” (2020) yang menjadi sangat buruk. Beruntung, ini tidak terjadi di “The Little Mermaid”.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada perbedaan sama sekali pada versi live-action ini. Ada beberapa detail yang sedikit berbeda, dan terdapat beberapa adegan dihilangkan dan dimodifikasi, yang akan penulis bahas di ulasan lebih lanjut.

Mengena dan mendalam

Makna dari kisah “The Little Mermaid” kali ini terasa lebih mengena dan mendalam, entah karena memang diperankan dengan tampilan live-action, atau memang penggemar film klasik ini yang sudah bukan lagi anak-anak.

Namun selama menyaksikan film ini, tak terasa sesak dan air mata menetes beberapa kali pada adegan-adegannya, terutama hubungan antara seorang ayah (Raja Triton) dan putrinya (Ariel) yang begitu menonjol di versi live-action ini.

Banyak orang yang menganggap kisah cinta Ariel dan Pangeran Eric sebagai biang permasalahan di “The Little Mermaid”, namun bukan hanya soal itu.

Film ini juga lebih “terasa” soal mengejar impian dan tujuan hidup Ariel yang “berbeda” dari kelompoknya, kebetulan dia kemudian jatuh cinta dengan Eric.

Selain itu, seperti yang telah penulis sebutkan, bentuk cinta seorang ayah, juga pengorbanannya, yakni Raja Triton, sangat mengiris hati di film ini. (Ant)