Petani Karo Menjerit, Mafia Pangan Disebut Bermain

Berita, Bisnis4307 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Mayoritas harga jual hortikultura petani Kabupaten Karo anjlok, tak pelak lagi di masa sulit ini petani menjerit. Komoditi wortel merupakan salah satu hortikultura andalan petani sayur mayur di Kabupaten Karo. Sayangnya, wortel dan kubis, hampir lima (5) bulan ini tidak memiliki harga jual.

Seperti diutarakan petani wortel dari Tigapanah, Natnael Tarigan,kepada karosatuklik.com, Sabtu (3/10/2020) Pukul 18.00 WIB, harga dua komoditas sayuran yakni kol (kubis) dan wortel tidak memiliki harga jual, alias anjlok. “Bahkan banyak petani membiarkan saja ke dua komoditas yang siap panen membusuk di ladang,” sebutnya.

Sentra produksi wortel di Kabupaten Karo ditemui di sejumlah hamparan pertanian di Kecamatan Simpangempat, Merdeka, Berastagi, Doulatrakyat, Barusjahe, Tigapanah, Merek, Kabanjahe dan sebagian wilayah Munte.

“Coba bayangkan dengan harga yang sangat rendah, petani kubis dan wortel yang tersebar di sejumlah kecamatan itu menanggung kerugian mencapai milyaran rupiah. Disaat seperti ini dimana peran pemerintah, apakah cukup prihatin saja,” kecamnya.

Sementara, aktivis Pengembangan dan Pemberdayaan Potensi Daerah (PPPD) Kabupaten Karo, Hendra Ginting, mengaku bingung, mayoritas harga jual petani sekarang ini anjlok. “Kalau dikatakan akibat pandemi, saya tidak sependapat, ini jelas-jelas permainan kartel, mafia pangan ikut bermain diatas jeritan petani,” bebernya.

Kuat dugaan praktik permainan harga oleh kartel pangan. Dia berpendapat, sektor pangan memang sangat menggiurkan. Sebab, pelaku usaha hitam, bisa meraup untung besar tanpa perlu kerja keras, lontarnya.

Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

Aktivitas jual beli di Pasar Roga Berastagi terlihat lesu. Karosatuklik.com/Robert Tarigan

Faktanya, sambung Hendra Ginting, belum lama ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjatuhkan hukuman pada 12 perusahaan unggas hingga 19 perusahaan importir bawang putih lantaran dianggap melanggar Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.Ini menjadi bukti, sekaligus diakui KPPU bahwa sektor pangan merupakan ladang subur bagi aksi main mata dan tipu-tipu yang berujung keuntungan pihak tertentu melalui pengadaan komoditas pangan, ungkapnya.

Tanaman jenis umbi ini sudah sekitar lima bulan tidak memiliki harga jual. Apakah akibat gudang penyimpanan dingin (cold storage) semakin menjamur, sehingga memiliki dampak terhadap rendahnya harga jual, sorot Ginting.

Menurut Hendra Ginting, melihat seringnya komoditi hortikultura tidak memiliki harga jual dipasar, apalagi di masa sulit ini, pertanyaanya sekarang, kapan pemerintah bisa menetapkan harga jual standar, paling tidak petani tidak buntung, harapnya.

Karena, salah satu faktor utama, kunci keberhasilan dalam menghadapi dan menangani pandemi virus corona, adalah ketahanan pangan. “Menjaga ketahanan pangan ini menjadi penting, ditengah ketidakberdayaan pemerintah, karena ia menjadi bantalan akhir kita untuk terjadi sesuatu, maka ketahanan pangan harus diperkuat, karena dampak Covid-19 akan menghantam segala lini,” tuturnya.

Pantauan karosatuklik.com, di Pasar Hasil Bumi Tigapanah dan Pasar (Pajak) Roga Berastagi, harga kubis masih di jurang klasmen Rp 600/kg dan wortel Rp 1000/kg. Padahal harga ideal dua komoditas tersebut adalah, kubis Rp 1.500/kg dan wortel Rp 3.000/kg.

Sedang untuk cabai merah sudah ada kenaikan harga signifikan dari Rp 6.000 – Rp8000 per Kg, sekarang sudah merangkak naik Rp12.000/kg. Kemudian untuk kentang, harganya cukup stabil dengan harga Rp 8.500/kg walau harga normal untung seharusnya kisaran diatas Rp 11.000/kg. (R1)