Jakarta, Karosatuklik.com – Petani cabai rawit di Desa Sukorejo, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menggelar acara selamatan di areal persawahan, Selasa (14/11/2023).
Selamatan digelar, karena harga jual cabai rawit di tingkat petani laku terjual seharga Rp 65.000 per kilogramnya. Adanya acara selamatan, merupakan wujud syukur petani, karena di musim tanam cabai kali ini, hasil panen melimpah dan harga jualnya memuaskan.
Hasil pertanian cabai rawit tumbuh subur meskipun diterpa musim kemarau cukup panjang. Sedangkan harga jual cabai rawit di tingkat tengkulak dihargai cukup mahal.
Acara selamatan diisi acara doa bersama petani dan buruh pemetik cabai. Harapan mereka di musim tanam cabai selanjutnya, harganya tetap tinggi. Untuk menambah kesakralan acara selamatan, sebuah tumpeng dengan ayam panggang disiapkan.
Petani cabai rawit, Mohammad Hasin, mengungkapkan doa bersama dengan disiapkannya tumpeng, merupakan wujud syukur harga cabai rawit mahal. Lewat doa bersama, diharapkan mendapat berkah dari Yang Mahakuasa.
“Semoga di musim tanam mendatang, petani cabai kembali beruntung. Hasil panen kembali subur dan harga jual bisa mahal,” kata Hasin, yang juga Ketua Kelompok Tani Kembang Suko.
Dengan tingginya harga jual cabai rawit saat ini, petani sudah tidak perlu pusing mencari tengkulak untuk menjual hasil panennya. Pasalnya, banyak tengkulak yang langsung datang ke sawah untuk membeli hasil panen petani.
“Rata-rata cabai yang dibeli tengkulak, dikirimnya ke kota-kota besar di Jawa Timur. Salah satunya ke wilayah Surabaya,”terang Hasin.
Hasin mengatakan, kenaikan harga jual cabai rawit di tingkat petani, sudah terasa sejak Agustus lalu. Cabai yang semula laku terjual Rp 13.000 per kilogramnya, kemudian naik menjadi Rp 35.000 per kilogramnya, lalu menyentuh harga Rp 65.000 per kilogramnya.
“Untuk jumlah petani di sini yang tergabung dalam kelompok tani Kumbang Suko, jumlahnya ada sekitar 93 orang, mereka umumnya memang petani cabai,” papar Hasin.
Di tengah tingginya harga cabai di pasaran saat ini, Hasin berharap, pemerintah bisa mempertahankan harga yang ada, agar petani bisa menikmati hasil jerih payahnya selama ini. Salah satunya, dengan tidak mendatangkan cabai dari luar atau impor cabai.
Harapan itu, juga diungkapkan Surmi salah seorang buruh pemetik cabai rawit setempat. Surmi berharap, harga cabai tetap tinggi agar upah petik yang didapatkannya juga bertambah. Di mana semula dibayar sekitar Rp 70.000 sehari, saat ini naik Rp 100.000 sehari.
“Semoga tetap mahal harganya, karena uangnya bisa dibuat kebutuhan belanja dapur, seperti beli beras dan jalan-jalan,” ungkapnya. (BeritaSatu)