Jakarta, Karosatuklik.com – Merefleksi kondisi ekonomi tahun 2021, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengatakan bahwa Indonesia mampu membuktikan sebagai negara yang kuat di tahun pandemi. Pasalnya, sampai kuartal III 2021, perekonomian Indonesia tumbuh 3,24 persen.
Ia pun optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan naik.
“Melihat pergerakan sektor riil di kuartal IV 2021, saya optimis pertumbuhan ekonomi kita di sepanjang 2021 bisa tumbuh minimal 4 persen. Prestasi ini menjadi modal yang baik untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,5 persen di tahun depan,” ujar Said dalam keterangan kepada Parlementaria, Kamis (30/12/2021)
Ia menjelaskan, tahun 2021 dimaknai bersama sebagai tahun pandemi, kelanjutan dari kisah pilu tahun 2020 saat pandemi Covid-19 menimpa Bangsa Indonesia.
Efek pandemi Covid-19 ini begitu dahsyat ke segenap kehidupan rakyat kita. Covid-19 menjangkiti lebih dari 4,2 juta rakyat, dan 144 ribu diantaranya meninggal dunia. Pandemi Covid-19 mengakibatkan sektor riil melambat, dan sesekali terhenti, dampaknya sangat dahsyat, 1,62 juta rakyat kita kehilangan pekerjaan, dan 2,76 juta orang diantaranya jatuh miskin sejak 2020.
Pada masa tersebut, menurutnya, Banyak tudingan bahwa negara demokrasi besar tidak efektif pemerintahannya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Namun dengan dukungan politik yang kuat, membuat pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo sangat efektif. Hal tersebut terlihat dari capaian Indonesia yang mampu mengendalikan Covid-19 dalam 3 bulan, yakni dari akhir Juni hingga akhir September 2021.
“Sampai penghujung tahun 2021, kita masih berhasil mempertahankan flattening the curve. Capaian ini patut kita syukuri, dengan tetap waspada atas ancaman varian omicron,” terang Anggota Komisi XI DPR RI itu. Said pun mengungkapkan, beberapa prestasi berhasil dicapai Indonesia. Diantaranya seperti Pendapatan negara hingga Desember 2021 mencatatkan kinerja yang luar biasa.
Kinerja perpajakan, bea cukai, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melampaui target yang diamanatkan oleh Undang Undang APBN 2021.
“Selama dua belas tahun, terhitung sejak 2008 kinerja perpajakan kita secara beruntun langganan shortfall. Berkat kerja keras banyak pihak, khususnya Ditjen Pajak realisasi penerimaan perpajakan kita melampaui 100 persen,” sambung Said.
Tak hanya itu, neraca perdagangan Indonesia, lanjut politisi PDI-Perjuangan ini, mencatatkan torehan surplus selama 19 bulan secara beruntun.
Puncaknya pada Oktober 2021 lalu, neraca perdagangan Indonesia mencapai 5,73 miliar dolar AS, mengalahkan torehan pada Agustus 2021 sebesar 4,74 miliar dolar AS.
Menurutnya, fenomena supercycle commodity, atau lonjakan harga komoditas dasar akibat adanya kenaikan permintaan secara global inilah yang menjadi berkah neraca perdagangan Tanah Air.
Said memperkirakan defisit APBN Indonesia akan berada di kisaran 5,3 persen PDB, capaian yang lebih baik dari patokan APBN di angka 5,7 persen PDB. Dampak ikutannya juga akan mengurangi porsi pembiayaan, khususnya pembiayaan utang.
“Prestasi ini menambah modal ekonomi kita menghadapi tahun 2022. Sukses pencapaian pendapatan negara di tahun ini akan berkontribusi menurunkan defisit APBN kita,” terang Said.
Terakhir, indikator kesejahteraan sosial menunjukkan keadaan yang lebih baik. jumlah pengangguran di Indonesia ada sebanyak 9,1 juta orang per Agustus 2021.
Jumlah itu turun sekitar 670.000 orang dari posisi per Agustus 2020 yang mencapai 9,77 juta orang. Penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14 persen atau 27,54 juta orang, capaian ini lebih baik bila dibandingkan September 2020 dimana jumlah penduduk miskin mencapai 10,19 persen atau 27,55 juta.
“Saya memperkirakan jumlah penduduk miskin kita hingga akhir tahun 2021 akan sedikit naik sebagai efek panjang gelombang kedua Covid-19. Hal ini menjadi pekerjaan besar kita di tahun 2022,” tutup legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur XI tersebut. (R1)