Jakarta, Karosatuklik.com – Selesai tak ubahnya film yang hanya heboh promosi di media sosial namun sebenarnya malnutrisi. Menyuguhkan premis klise, yaitu perselingkuhan, yang gagal dieksekusi secara apik.
Perselingkuhan terjadi di antara rumah tangga Broto Hadisutedjo (Gading Marten) dan Ayudina Samara (Ariel Tatum). Ayu sudah lelah diselingkuhi berkali-kali hingga kali ini meminta cerai.
Perceraian terancam gagal lantaran ibu Broto, Sriwedari Hadisutedjo (Marini Soerjosoemarno), datang ke rumah mereka untuk menginap selama PSBB. Mau tak mau mereka harus berpura-pura mesra dan tidak ada masalah.
Sampai kehadiran Sri, Selesai bisa dikatakan sebagai film yang masih nyaman disaksikan. Arah cerita jelas, pun konflik yang disajikan berdasar sehingga membuat penasaran akan seperti apa rumah tangga Broto dan Ayu.
Tindak-tanduk Broto dan Ayu yang pura-pura mesra juga menarik karena berhasil menjadi bumbu komedi film ini. Walau tidak lucu-lucu amat hingga membuat terbahak-bahak, tapi cukup baik. Sialnya, rasa penasaran yang ditawarkan tidak terbayar lunas seiring film berlangsung.
Selesai seperti kehilangan arah cerita pada bagian tengah film. Setidaknya itu terasa dari adegan yang tidak penting dan terkesan dipaksakan hanya untuk menyajikan komedi.
Sebut saja kisah cinta asisten rumah tangga Broto dan Ayu, Yani (Tika Panggabean), dengan supir bernama Bambang (Imam Darto). Hubungan mereka yang tidak berdampak pada inti cerita terlalu banyak disajikan.
Adegan tersebut mungkin bertujuan sebagai perbandingan dengan Broto dan Ayu. Bahwa masalah pelik dalam hubungan juga terjadi di kalangan bawah, bukan hanya atas. Mengingat tingkah Bambang serupa dengan Broto.
Bila benar demikian, sebaiknya tidak perlu disajikan terlalu banyak hingga mengganggu alur. Cukup sajikan sedikit adegan yang mampu menggigit dan menegaskan perbandingan.
Dari penjabaran di halaman pertama, Selesai bisa dikatakan sudah bermasalah sejak awal, yaitu naskah. Naskah Selesai seperti belum selesai dan belum menjadi naskah film yang benar-benar utuh.
Dalam diskusi film Selesai yang berlangsung Kamis (19/8) malam lewat fitur Spaces di Twitter, Darto selaku penulis naskah mengatakan ia memperlakukan Selesai sebagai serial dengan lima episode.
Kala itu, kata Darto, tim produksi sudah menyelesaikan syuting episode pertama. Namun, karena masalah teknis di lokasi syuting, Tompi selaku sutradara meminta Darto membuat Selesai menjadi tiga episode.
Darto menyanggupi permintaan itu dan langsung dilanjutkan dengan syuting episode kedua serta ketiga. Seakan belum puas, Tompi meminta Selesai dijadikan film meski Darto sudah menegaskan bahwa ia memperlakukan Selesai sebagai serial.
Hal tersebut tampak menjadi jawaban mengapa naskah Selesai terasa belum matang dan belum menjadi naskah film yang benar-benar utuh, karena memang sejak awal tidak diperlakukan sebagai naskah film.
Kembali ke pembahasan awal mengenai premis klise, sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu. Asalkan sineas bisa menawarkan sesuatu yang benar-benar menggugah penonton, seperti plot twist.
Pun dalam selesai ada plot twist yang sebenarnya menarik dan berpotensi. Sialnya, lagi-lagi tidak dieksekusi dengan baik. Plot twist yang mungkin bisa menyelamatkan film ini dibiarkan berlalu begitu saja.
Memang pada akhirnya ketahuan apa yang membuat Broto selingkuh dan apa yang mendasari tindakan tak diduga Ayu selama ini. Tetapi lebih baik bila dieksplorasi lebih lanjut, terutama pada karakter Ayu, bukan sekadar mengungkap fakta lalu ditinggalkan.
Untung saja penampilan Ariel dan Farish Nahdi sebagai Dimas Hadisutedjo pada akhir film cukup memuaskan. Emosi yang ditunjukkan Ariel mampu menggambarkan bagaima perasaan Ayu selama ini.
Namun, hal itu tidak cukup menyelamatkan film ini karena ada kekurangan yang sangat mengganggu, yaitu audio. Musik latar atau skor pada mayoritas adegan Selesai terlalu kencang hingga dialog antar karakter sangat sulit didengar. Lengkap sudah Selesai sebagai film malnutrisi. (cnnindonesia.com)