Kabanjahe, Karosatuklik.com – Semakin baik peningkatan iklim kompetisi olahraga maka akan semakin membawa arah pengembangan olahraga Kabupaten Karo menuju perwujudan pembangunan yang semakin baik demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai visi misi Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karo.
Olahraga tradisi leluhur Karo, yakni satur Karo telah resmi dan sah menjadi anggota FORMI nasional dan pada FORNAS ke VI 2021 mendatang di Palembang, Sumsel akan ikut dipertandingkan.
Ketua Umum FORMI Nasional, Hayono Isman saat berkunjung ke Berastagi sebelum merebaknya pandemi, mengaku telah secara resmi mengumumkan satur Karo masuk Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORNAS) ke V, di GOR Sempaja Samarinda, Kaltim Tahun 2019.
“Semoga Satur Karo dapat berkembang di seluruh provinsi supaya bisa di pertandingkan di event-event baik di tingkat provinsi dan nasional serta bukan tidak mungkin bila suatu saat Satur Karo dapat dipertandingkan di tingkat internasional seperti Olimpiade,” harapnya ketika itu.
Sebelumnya, kontingen tim satur Karo mewakili Sumatera Utara dalam prosesi pembukaan FORNAS V di Samarinda, Sabtu (16/11/2019), yang dibuka secara resmi Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Zainuddin Amali didampingi Ketua Umum FORMI nasional Hayono Isman dan Gubernur Kalimantan Timur H.Isran Noor, di GOR Sempaja, Samarinda.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karo, Robert Billy Peranginangin selaku Ketua PB ISAKI – Pengurus Besar Ikatan Satur Karo Indonesia, kepada karosatuklik.com, Senin (05/10/2020) petang di ruang kerjanya menjelaskan, tiga jenis permainan Satur Karo, yakni: Satur Sibujur, Satur Simurjah dan Satur Simbue Anak.
Menurut Robert Billy Peranginangin yang juga sudah melahirkan sebanyak 11 (sebelas) karya buku ini, mengaku yang paling paling populer dan sering dimainkan adalah Satur Sibujur. Nama buah satur dalam bahasa Karo hampir sama dengan nama buah catur dalam bahasa Indonesia. Kecuali Benteng dinamai Tir, dan Pion disebut Bidak, katanya.
Masyarakat Karo dikenal sangat cerdas di bidang olah raga catur dan satu-satunya suku di Indonesia yang memiliki warisan olahraga “Satur Karo”. Permainan catur gaya Karo yang punya menteri (mesah) dua buah, sebutnya sedikit mengkisahkan sejarah Satur Karo.
Pandangan orang Belanda tentang bangsa Karo dimuat di koran De Sumatra Post, 19-04-1919, bahwa kecerdasan anak laki-laki Karo (menggunakan otaknya) sekitar nilai 8, dasar pengembangan intelektual Karo sudah lama ada.
Mereka adalah sebuah bangsa yang telah mengadopsi catur dan diketahui bahwa game ini populer di Karo pada tingkat yang begitu tinggi, bahwa di antara mereka, jiwa-jiwa yang memiliki nilai 8 saat itu melebihi seratus ribu (orang), nilai delapan apakah sama dengan IQ tinggi di masa sekarang, masih perlu dikaji secara ilmiah.
Era 80-an Kejayaan Pecatur Karo
Dari lima pemain tim olimpiade catur Indonesia di era 1970 – 1980-an, tiga berasal dari Kabupaten Karo, yakni Cerdas Barus, Monang Sinulingga, dan Nasib Ginting. 10 pecatur terbaik Indonesia, setidaknya 4-5 berasal dari Tanah Karo. Luar biasa, katanya.
Monang Sinulingga adalah putra Tanah Karo kedua yang pernah “menggegerkan dunia catur Indonesia” setelah era Merlep Ginting. Merlep Ginting, seorang pemain alam, nyaris mengalahkan Master Internasional Belanda Prins pada tahun 1953 yang juga ditakuti lawan-lawannya ketika itu
Prof Dr Max Euwe yang ditakuti pecatur – pecatur tangguh dunia ketika itu, pernah mengatakan pecatur hebat datang dari Rusia, Belanda, India dan Indonesia. Pernyataan itu juga dibuktikan bekas juara dunia catur dari Belanda, Jan Timan yang kagum pada Cerdas Barus.
Uniknya, sambung Robert Billy Peranginangin, Cerdas yang tuna rungu bisa jadi grandmaster super, karena elo ratingnya saat itu di atas 2500. Maka kata Timan, “Karo memiliki pecatur alam setara grandmaster dunia”. Selanjutnya era Merlep Ginting yang juga sangat dikenal dan ditakuti lawan-lawannya pada zamannya.
Tidak mau kalah dengan pecatur laki-laki, Karo juga memiliki pecatur perempuan yang tangguh yakni, Sri Rahayu Sinuhaji, MFW, Pecatur Nasional dan masih banyak lagi pecatur-pecatur lain dari daerah itu yang sudah memiliki prestasi hebat yang semakin meneguhkan bahwa Karo memang identik dengan permainan olahraga satur.
Anggapan itu diperkuat dengan adanya “Tugu Catur Kuda” di kota Kabanjahe, dan mungkin tidak banyak kota di Indoensia yang memiliki tugu catur. (R1)