Senjata Kolonial Jaman Baru, Covid-19 Dipakai Psywar

Berita, Nasional843 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Eko Sriyanto Galgendu, Ketum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia mengatakan dampak yang terjadi dalam kondisi sekarang di belahan bumi akibat pandemik Covid-19.

Karena itulah, menjadikan kita ingin mengutarakan pemikiran yang paling tidak ingin kita utarakan. Tetapi karena dampak sedemikian luas dan kerugian sedemikian besar khususnya di Indonesia.

“Maka para pemimpin mesti waspada serta berpikir pada kondisi yang paling jelek. Yaitu kondisi Kolonial Jaman Baru dan senjata dari para kolonialis tersebut adalah Covid-19 yang dipakai untuk Psywar,” ungkapnya saat menjadi salah satu pembicara di webinar \\\’Pilkada 2020: Mencari Pemimpin Perubahan Penggerak Perekonomian\\\’ yang diadakan oleh Mappilu PWI, Kamis (26/11/2020).

Eko Sriyanto Galgendu juga membahas masalah psywar dan kolonial gaya baru. Mengapa psywar dan kolonial gaya baru ini penting diutarakan?. “Karena para pemimpin ini mesti sadar, bahwa Negara Indonesia sedang dalam kondisi dipertaruhkan dan bangsa ini bisa menjadi tumbal,” selorohnya.

Rekonsiliasi Ekonomi Negara juga dibahas Eko Sriyanto Galgendu, dijelasakannya, Rekonsiliasi ekonomi negara adalah memperkuat kembali Negara (Wadah) yang memiliki suatu sistim ekonomi yang kuat guna menuju tujuan yang ingin dicapai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan tantangan Perubahan Jaman Baru yang dimaksud Eko Sriyanto Galgendu adalah kondisi yang dihadapi didalam memenangkan perubahan sistim dan aturan ekonomi dunia yang mengalami era jaman baru.

Sementara itu, untuk psywar Covid -19 dijelaskan Eko Sriyanto Galgendu adalah perang urat syaraf yang memakai media propaganda sebagai senjata, untuk melakukan serangan psikologi.

“Sehingga mengakibatkan manusia tidak bisa berpikir secara jernih, bingung, stres, panik sehingga akhirnya menurut kehendak perancangnya atu jadi manusia robot,” tuturnya.

Strategi membumi dikemukakan juga oleh Eko Sriyanto Galgendu, menurutnya yang dimaksud disini adalah adalah upaya bertahan dengan strategi gerakan membumi (kerakyatan, adat istiadat & kebudayaan, memaksimalkan hasil alam dan bumi, pertanian, perkebunan dan lain lain).

Untuk itu Eko berharap seorang pemimpin itu harus memilki kecermatan, kecerdasan dan kecerdikan. “Kalau para pemimpinnya tidak 3C, (Cermat, Cerdas, Cerdik ) dalam menilai, memahami dan menyelesaikan masalah Covid-19, mesti beradu strategi dengan bangsa negara lain. Dan disisi lain kita masih saja ribut dengan kondisi politik dalam negeri. Era perubahan jaman baru yang terjadi di Abad 21 ini,” ujar Eko.

Eko Sriyanto Galgendu juga mengatakan akan banyak negara di dunia yang akan bertahan dahulu dan selanjutnya menemukan jalan peluang untuk maju kedepan. Hanya sedikit negara di dunia yang diuntungkan dalam kondisi pandemi covid-19. Karena mampu memanfaatkan peluang yang ada.

Yang menjadi permasalahannya adalah menurut Eko adalah bagaimana kalau negara atau sekelompok orang di dunia jni , dikarenakan mendapatkan keuntungan besar dari Covid-19.

“Maka mereka kemudian menjadikan Covid-19 sebagai psywar untuk menguasai dunia. Maka, kalau pertanyaan diatas itu kemudian terjadi. Maka kami berharap pada para pemimpin untuk waspada dan hati-hati, kalau kata orang jawa ojo grusa grusu dalam mengambil kebijakan,” tandasnya.

Dalam kesempatan lain, Eko Sriyanto Galgendu juga membahas masalah pemimpin di Indonesia, menurutnya, para pemimpin di Indonesia harus mampu membaca gerak strategi perang, tipu muslihat, kekerasan, jebakan batman dari negara-negara atau orang orang yang mau menghancurkan negara lainnya.

“Tantangan besar pertama bagi para pemimpin dan kepala daerah di seluruh Indonesia adalah penyelesaian Covid-19 dan memenangkan tantangannya. Maka hal pertama mesti dilakukan adalah bersatu bersama melawan Covid-19,” katanya.

Menurut Eko Sriyanto Galgendu, hal pertama yang harus dilakukan adalah kita hanya bisa berharap dan menghimbau kepada para pemimpin untuk, Pertama, mengedepankan kepentingan bangsa negara lebih dari kepentingan pribadai, kelompok dan golongan. Kedua, mengedepankan semangat nilai nilai yang dimiliki oleh Prabu Siliwangi yaitu Silih Asah, Saling Mendidik Silih Asih, Saling Menyayangi dan Silih Asuh, Saling Membimbing.

Ketiga,memiliki semangat nilai nilai Filsafat Ki Hajar Dewantara, Ing ngarsa sung tuladha yang didepan memberikan contoh Ing madya mbangun karsa : Yang ditengah membangun semangat untuk mencapai tujuan.

“Tut wuri handayani, yang dibelakang mengikuti dan memperkuat tujuan pemimpinnya. Yang kedua, kita mengharap kepada PWI dan siapapun pengguna media, untuk mengedepankan nilai nilai, Silih Asah, Saling mendidik. Silih Asih, Saling menyayangi. Silih Asuh, Saling membimbing. “Supaya tidak terjadi Media Virus dan Viru,” ujar Eko. (PWInews.id)