Jakarta, Karosatuklik.com – Studi terbaru mengungkapkan orang yang tidak divaksin memiliki risiko 17 kali lipat lebih tinggi dirawat di rumah sakit (RS) karena Covid-19 dibandingkan orang yang sudah vaksin lengkap.
Hasil ini didapat dari studi pracetak Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) terhadap 4.700 orang dewasa yang dirawat di rumah sakit pada periode 24 Januari hingga 24 Juli.
Pada periode tersebut, 87 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit tidak divaksin. Sekitar 5,8 persen pasien yang dirawat divaksin kurang dari 14 hari sebelum dites positif Covid-19. Sekitar 5,7 persen dirawat setelah mendapatkan dosis pertama vaksin. Hanya 4 persen saja orang yang sudah mendapatkan vaksin lengkap dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Pasien yang tidak divaksinasi dan dirawat di rumah sakit karena Covid-19 itu rata-rata memiliki usia 59 tahun. Sekitar 56 persen juga memiliki tiga atau lebih kondisi yang mendasari atau komorbid.
Sedangkan pasien yang sudah divaksin dan memiliki kasus berat rata-rata memiliki usia 73 tahun. Sebanyak 71 persen diantara mereka memiliki tiga atau lebih komorbid seperti diabetes, penyakit jantung, dan kondisi autoimun.
CDC menyimpulkan hanya 1 dari 13 ribu orang yang sudah divaksin yang mungkin memiliki kasus parah jika terinfeksi Covid-19. Umumnya kasus berat ini terjadi
Data CDC ini berdasarkan pada pelaporan sukarela. Hasil studi ini juga belum ditinjau rekan sejawat. Kendati demikian sejumlah penilitian lain juga menunjukkan hasil yang serupa.
Studi yang dipulikasikan di The Lancet menunjukkan lanjut usia dengan komorbid berisiko mengalami kasus Covid-19 yang parah. Penelitian ini menganalisis data 1.000 pasien Covid-19 yang dirawat di RS pada Maret hingga Juli.
Sebanyak 18 pasien sudah mendapatkan satu dosis vaksin dan hanya 6 persen saja yang sudah divaksin lengkap. Selebihnya belum divaksin.
Hasilnya, rata-rata kasus berat terjadi pada usia di atas 80 tahun dan lebih dari setengahnya mengalami obesitas, penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, dan diabetes.
“Jelas bahwa vaksin sangat efektif,” kata peneliti dari Yale School of Medicine, Hyung Chun, dikutip dari CNN. (cnnindonesia.com)