Tanpa Handphone, Bersyukur Tinggal di Desa Terpencil

Berita, Travel5586 x Dibaca

Juhar, Karosatuklik.com  – Jalan selebar 4,5 meter dengan panjang sekitar 30 km meliuk-liuk naik turun bukit menembus hutan pinus dengan medan yang menguji adrenalin.

Akses jalan menuju desa Ketawaren mulai dari desa Juhar, kondisi jalan belum diaspal dan masih becek jika hujan turun. Akses infrastruktur jalan masih belum memadai hingga ujung perbatasan Desa Lau Kidupen Kecamatan Juhar Kabupaten Karo dengan Desa Sigedang Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi.

Desa Ketawaren dan Lau Kidupen, dua desa terpencil di Kecamatan Juhar yang kali ini dikunjungi tim adventure karosatuklik.com, Sabtu (26/09/2020).

Saat tim adventure karosatuklik.com berangkat dari Desa Tigabinanga melewati Juhar hingga desa Lau Kidupen membutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan menumpang mobil Toyota Hartop Gardan dua milik warga setempat yang sudah dijanjikan sebelumnya.

Jalan selebar 4,5 meter dengan panjang sekitar 30 km meliuk-liuk naik turun bukit menembus hutan pinus dengan medan yang menguji adrenalin. Karosatuklik.com/Robert Tarigan

Saat ini, handphone sudah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Bukan lagi hanya sekadar keinginan untuk memamerkan gaya hidup, namun untuk kemudahan komunikasi.

Hanya saja, itu tak berlaku pada masyarakat Desa Ketawaren dan Lau Kidupen, termausk bagi dusun Pinem, Desa Sigedang Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi.

Setiap hari Selasa, atau sekali seminggu belanja kebutuhan sehari-hari ke pasar Tigabinanga dengan membayar Rp50 ribu naik hartop di luar barang dengan jarak lebih kurang 30 km. Warga umunya mengandalkan tanaman jahe merah sebagai penopang ekonomi keluarga disamping komoditas lainnya seperti coklat dan kopi.

Jalan rusak, signal tidak ada, semuanya serba terbatas. Umumnya di sini masyarakat tak memegang handphone apalagi android. Meski begitu, sangat disyukurinya Desa Ketawaren dan Lau Kidupen yang menjadi ujung perbatasan Kabupaten Karo dengan Kabupaten Dairi sudah ada aliran listrik.

“Nah bersyukur di sini sudah ada listrik,” ujar salah seorang warga K Sinulingga (56) sesepuh dusun Pinem yang menyediakan tempat menginap bagi karosatuklik.com.

Gambaran ketertinggalan warga desa-desa terpencil itu memang sangat membatasi ruang gerak mereka dari akses informasi dunia luar. Namun begitu, mereka tetap hidup penuh bersyukur dengan kebutuhan pokok yang lumayan terpenuhi.

Masyarakat hidup damai, rukun dan selalu mengutamakan runggu (musyawarah mufakat) sesuai kearifan lokal masyarakat Karo dalam setiap mengambil keputusan untuk kepentingan warga.

Ditengah keterbatasan infrastruktur, mereka tidak banyak menuntut. Realitas kami sebagai desa terpencil, memaklumi keterbatasan pemerintah, namun demikian, bicara soal harapan, tentunya kami berharap tersentuh indahnya pembangunan fisik akses jalan dari pemerintah yang telah lama dirindukan, harapnya.

Sehingga mereka tak lagi menganggap diri sebagai ‘anak tiri’ dari induknya Pemerintah Kabupaten Karo maupun Kabupaten Dairi. Dua kabupaten yang bertetangga.

Butuh Peran Serta Masyarakat

Pemandian sungai di dusun Pinem dengan suasana yang masih asri. Karosatuklik.com/Robert Tarigan

Terpisah, Camat Juhar, Jumpana Pinem kepada karosatuklik.com, Senin (28/09/2020) Pukul 16.30 WIB menuturkan, Pemkab Karo terus menggulirkan dana desa serta melakukan pendampingan pemanfaatan dana desa.

“Jika desa melakukan sesuai panduan yang diatur dalam Permendes (Nomor 16/2017), statusnya akan merangkak naik. Masalah ini juga tidak bisa sekadar diatasi melalui dana desa. Namun, butuh peran serta masyarakat,” jelasnya.

Dana itu dikucurkan untuk mengentaskan kemiskinan dan pemerataan ekonomi hingga desa terpencil. Dengan kondisi geografis yang kurang menguntungkan, warga Desa Ketawaren dan Lau Kidupen juga desa-desa terpencil lainnya di Kecamatan Juhar, saat ini bisa meningkatkan kesejahteraan dengan adanya dana desa.

Pihaknya bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Karo terus bersinergi memberdayakan masyarakat kategori terpencil, jelasnya lagi.

Lewat musyawarah, masyarakat bersepakat membuat agenda bersama untuk membangun desa. “Menyangkut infrastruktur jalan sudah kita usulkan ke Pemkab Karo, walaupun tidak sekaligus, kita berharap pembangunan fisik bisa dibuat bertahap,” kata Jumpana Pinem. (R1)