Tiga Indikator Ini Bukti Ekonomi RI Tokcer di 2022

Bisnis606 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengapresiasi kinerja perekonomian Indonesia di tahun 2022 yang menunjukkan kinerja ciamik di tengah guncangan ekonomi global. Ia menilai hal tersebut dapat dilihat dari tiga indikator perekonomian yakni, inflasi, neraca perdagangan, dan neraca fiskal.

Hal tersebut disampaikan dalam paparannya mengenai gambaran perekonomian Indonesia dalam kegiatan Stakeholders Gathering 2022 dengan tema “Sinergi Pembiayaan APBN yang Adaptif dan Inovatif dalam menghadapi Dinamika Perekonomian Global” di Kementerian Keuangan, Rabu (21/12/2022).

“Gambaran ekonomi Indonesia 2022, saya apresiasi pemerintah karena gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia memang diperkirakan akan lebih lambat di kuartal 4 2022. Namun ada 3 indikator dalam beberapa bulan ini yang sangat baik ya,” ujarnya.

“Pertama, indikator angka inflasi Indonesia, ini merupakan game changer, setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi mayoritas analis memperkirakan inflasi bisa sampai 7%. Namun, inflasi di Indonesia relatif manage well, bahkan akhir tahun mungkin di bawah 5,5%. Itu adalah suatu prestasi dibanding negara-negara lain,” pujinya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi November 2022 tercatat sebesar 5,42% (yoy). Lebih lanjut, Andry mengatakan di tahun 2023 Bank Mandiri memproyeksikan angka inflasi akan turun di bawah 4%.

“Bahkan 2023 nanti proyeksi kami di bawah 4%. Dengan angka tersebut memang real yield kita jd relatif menarik dibanding negara lain,” tambahnya.

Indikator kedua yang dilihat oleh Andry adalah kinerja neraca perdagangan Indonesia yang menunjukkan surplus selama 25 bulan ke belakang. Melihat ini, ia memprediksi current account Indonesia akan mengalami surplus menuju 1% dari PDB tahun ini. Bahkan, menurutnya meskipun tahun depan ada kemungkinan penurunan harga komoditas namun ini tidak lantas membuat current accountnya turun signifikan.

“Kedua, kinerja dari neraca perdagangan kita yang lebih dari 25 bulan surplus berturut-berturut. Kemungkinan current account kita akan surplus menuju 1% dari PDB tahun ini,” ujarnya.

“Bagaimana dengan tahun depan? Tahun depan dengan deselerasi harga komoditas dan kita tidak berpikir akan jatuh. Misal batu bara harga terendahnya di US$ 40 sementara CPO di sekitar US$ 400, saya tidak melihat walaupun terjadi penurunan komoditas kemudian akan jatuh ke arah situ,” lanjutnya.

Selanjutnya indikator ketiga yang ia lihat menunjukkan angka yang baik adalah neraca fiskal. Sebelumnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan sampai dengan 14 Desember 2022, total defisit postur APBN 2022 mencapai Rp 237,7 triliun atau 1,22% dari PDB. Menurutnya, angka tersebut menunjukkan keadaan yang relatif terjaga.

“Ketiga, fiscal balance. Kemarin pemerintah mengeluarkan performance budget kita di 2022, kita perkirakan budget defisitnya di bawah 2,5% atau maksimalnya di 2,5%,. Jadi kalau Pak Febrio (Kepala BKF Kemenkeu) menetapkan 2023 minus 2,85% itu sebenarnya fiskal consolidation-nya sudah terjadi di 2022 minus 2,5% dengan kondisi itu relatif terjaga,” pungkasnya. (CNBCIndonesia)