Update Covid-19 di Indonesia 23 Desember 2021: Positif 4.261.208, Sembuh 4.112.524, Meninggal 144.042

Kesehatan987 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Masih terus dilaporkan adanya penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia yang disebakan oleh virus Corona yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia.

Per data hari ini, Kamis (23/12/2021), ada penambahan 136 orang positif Corona, dilaporkan Tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.

Total akumulatifnya di Indonesia hingga saat ini terdapat 4.261.208 orang terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

Sedangkan kasus sembuh pada hari ini bertambah 232 orang. Di Indonesia total akumulatif ada 4.112.524 pasien sudah berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 sampai kini.

Sementara itu, angka kasus meninggal dunia ada penambahan 8 orang pada hari ini. Dengan begitu sampai kini sebanyak 144.042 orang meninggal dunia di Indonesia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

Data update pasien Covid-19 tersebut tercatat sejak Rabu 22 Desember 2021 pukul 12.00 WIB, hingga hari ini, Kamis (23/12/2021) pada jam yang sama.

WHO soal Booster Vaksin Covid-19

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa terburu-buru meluncurkan dosis vaksin Covid-19 tambahan atau booster, berpotensi memperdalam masalah ketidakadilan yang memperpanjang pandemi.

Tedros Adhanom Ghebreyesus bersikeras prioritas harus tetap diberikan kepada orang-orang yang rentan di mana-mana daripada memberikan dosis tambahan kepada mereka yang sudah divaksinasi.

“Tidak ada negara yang dapat meningkatkan jalan keluar dari pandemi,” katanya seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (23/12/2021).

Badan kesehatan PBB telah lama mengecam ketidakadilan yang mencolok dalam akses ke vaksin Covid-19.

“Membiarkan Covid-19 menyebar tanpa henti di beberapa tempat secara dramatis meningkatkan kemungkinan munculnya varian baru yang lebih berbahaya, katanya.

“Program penguat kemungkinan akan memperpanjang pandemi, daripada mengakhirinya, dengan mengalihkan pasokan ke negara-negara yang sudah memiliki cakupan vaksinasi tingkat tinggi, memberi virus lebih banyak kesempatan untuk menyebar dan bermutasi,” sambung Tedros.

Menurut angka PBB, sekitar 67 persen orang di negara-negara berpenghasilan tinggi telah memiliki setidaknya satu dosis vaksin.

Tetapi, angka miris lainnya menunjukkan bahwa tidak ada 10 persen di negara-negara berpenghasilan rendah.

“Terus terang sulit untuk memahami bagaimana setahun sejak vaksin pertama diberikan, tiga dari empat petugas kesehatan di Afrika tetap tidak divaksinasi,” kata Tedros. (R1/Liputan6.com)