Usai Bauksit, Jokowi Akan Tutup Keran Ekspor Tembaga di 2023?

Nasional623 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah resmi mengumumkan akan menghentikan ekspor mineral mentah berupa bauksit mulai Juni 2023 mendatang.

Hal ini ditujukan agar komoditas mineral yang dijual keluar negeri sudah melalui proses pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri terlebih dahulu, sehingga nilai tambah dirasakan negara ini.

Namun demikian, keputusan Presiden Jokowi ini sebenarnya sejalan dengan amanat Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Berdasarkan UU Minerba, paling lambat pemerintah akan memberlakukan pelarangan ekspor mineral mentah pada Juni 2023.

Lantas, apakah pelarangan ekspor ini juga akan berlaku pada konsentrat tembaga?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, sesuai peraturan seharusnya ekspor tembaga, baik yang selama ini dilakukan PT Freeport Indonesia maupun PT Amman Mineral Nusa Tenggara, juga tidak diizinkan lagi untuk diekspor. Adapun yang boleh diekspor sudah berupa katoda tembaga, hasil pemurnian di smelter dalam negeri.

“Gak lagi membuka izin untuk konsentrat sesuai dengan perjanjian ya. Janjinya gitu,” ungkapnya saat ditanyai apakah selain bauksit, ekspor tembaga juga akan dilarang pada tahun depan, di Kementerian ESDM, Jakarta (23/12/2022).

Dia mengatakan, Freeport saat ini memang tengah membangun dua smelter tembaga, di mana satu smelter merupakan proyek ekspansi di PT Smelting di Gresik dan satu proyek lagi merupakan proyek smelter baru di kawasan industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur.

Untuk proyek ekspansi PT Smelting, dia meyakini proyek ini akan tuntas pada pertengahan 2023 mendatang.

“Jadi kan ada 2 yang dibangun di sana ya, yang sekarang ini bottlenecking di Gresik (smelter baru). Yang kedua, kapasitas yang eksisting itu dinaikin, sehingga bisa nyerap lebih banyak. Itu kelar earlier, sepertinya pertengahan 2023,” ucapnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan, pihaknya saat ini tengah mengebut penyelesaian pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga barunya yang berada di kawasan industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur.

Tony mengatakan, hingga akhir November 2022 lalu progres pembangunan smelter sudah mencapai 47,4%. Dan sampai akhir tahun ini menurutnya progres pembangunan sudah bisa mencapai 50%.

“Ini progres sekarang sudah per akhir November sudah 47,4%, diharapkan akhir tahun ini 10 hari lagi itu bisa mencapai 50%,” ucapnya dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (23/12/2022).

Dia pun menyebut, pada akhir 2023 progres konstruksi fisik smelter ini sudah tuntas, lalu akan dilanjutkan dengan uji coba atau commissioning test. Dan pada Mei 2024 smelter tembaga ini bisa dioperasikan secara komersial.

“Di akhir 2023 ini physical construction mechanical completion sudah selesai, tinggal kita commissioning hingga Mei 2024 sudah mulai berproduksi,” ungkapnya.

Seperti diketahui, awal pembangunan smelter baru Freeport ini dilakukan pada Oktober 2021 lalu yang juga turut dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Smelter dengan nilai investasi US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini disebutkan akan menjadi smelter single line terbesar di dunia.

Smelter ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi produk 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.

Saat ini PTFI juga telah memiliki satu smelter yang telah beroperasi – juga berlokasi di Gresik. Perusahaan bekerja sama dengan Mitsubishi membentuk PT Smelting. PT Smelting yang telah dibangun sejak 1996 lalu memproduksikan 300 ribu ton katoda tembaga dari hasil olahan sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya. (R1/CNBCIndonesia)

Baca juga: Produksi Emas Freeport Indonesia Tahun 2022 Tembus 1,6 Juta Ons