Anis Matta Sebut Jokowi Setuju Koalisi Besar, tetapi PDI-P Tiba-tiba Deklarasi Ganjar Capres

Catatan Redaksi1298 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta menceritakan kronologi bagaimana koalisi besar bisa gagal terbentuk pada pertengahan 2023.

Anis mengatakan, saat itu, PDI Perjuangan tiba-tiba mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai capres. Dia menyebutkan, ide koalisi besar yang telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo ini gagal diwujudkan.

Hal tersebut Anis sampaikan dalam program Gaspol! Kompas.com, seperti disiarkan di akun YouTube Kompas.com, Kamis (2/11/2023).

Mulanya, Anis mengaku mengusulkan kepada Jokowi agar merangkul Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada tahun 2019.

Dia menilai, legacy Jokowi ketika sudah tidak menjabat Presiden lagi bukan infrastruktur, melainkan konsolidasi elite politik. “Saya waktu itu usulkan ke Pak Jokowi supaya rangkul Pak Prabowo, ‘legacy Bapak yang paling besar itu nanti bukan infrastruktur, tapi konsolidasi elite’. Jadi, legacy Pak Jokowi saya bilang, ‘Pak, bukan infrastruktur. Tapi legacy-nya adalah rekonsiliasi politik, itu konsolidasi elite’. Nah, ini terjadi,” beber Anis.

Anis menjelaskan, ketika Prabowo dirangkul masuk ke kabinet pada 2019, itu adalah peristiwa yang luar biasa.

Pasalnya, Prabowo dan Jokowi sama-sama menghadapi perbedaan pemikiran para pengikutnya.

“Pak Prabowo tentu kalau tengok balik ke pengikutnya pasti dia pikir, ‘saya dituduh pengkhianat ini’. Pak Jokowi juga kalau dia tengok ke pengikutnya dia juga pikir, ‘terus ngapain kita bertengkar selama ini, capek-capek kan. Habis itu gabung lagi’,” tuturnya.

Menurut Anis, rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo membawa berkah bagi Indonesia. Sebab, pada tahun 2020 awal, pandemi Covid-19 mulai masuk Indonesia.

Dia tidak terbayang jika Prabowo dan Jokowi masih berseberangan di momen pandemi Covid-19. “Oposisi akan memanfaatkan Covid sebagai alat untuk menjatuhkan pemerintah, dan sangat mungkin itu terjadi,” ucap Anis.

Kemudian, Anis loncat ke bulan Februari 2023. Saat itu, dirinya bertemu dengan Jokowi. Anis mengaku mengusulkan agar rekonsiliasi ini perlu dilanjutkan ke depannya. Caranya, kata dia, adalah dengan mewariskan suatu koalisi besar pada Pemilu 2024. Masalahnya, pemerintahan Jokowi sudah agak pecah saat itu karena Nasdem telah mendeklarasikan Anies Baswedan.

Jadi satu (Nasdem) sudah mulai, tapi tidak keluar dari pemerintah. Tapi maksudnya koalisi pemerintah ini beda-beda. Itu bulan Februari,” katanya.

Pertahankan Rekonsiliasi

Anis menyebutkan, Jokowi setuju dengan ide koalisi besar demi mempertahankan rekonsiliasi. Walhasil, Anis menyarankan kepada Jokowi untuk mengumpulkan semua yang tersisa dari pemerintahan ke satu koalisi yang sama.

“Dan beliau mengatakan, ‘ini ide yang luar biasa. Kalau begitu silakan coba ngobrol sama para pimpinan partai’. Kita cuma punya niat baik,” tutur Anis.

Selanjutnya, Anis bergerak dengan mengajak Prabowo bicara di bulan yang sama dan saat Ramadhan 2023. Mereka berbincang-bincang di kantor Kementerian Pertahanan.

Namun, secara tiba-tiba, PDI-P yang juga masuk rencana koalisi besar tiba-tiba mendeklarasikan Ganjar sebagai capres.

“Tapi di luar dugaan kita ini, tiba-tiba satu hari jelang Lebaran, PDI-P tiba-tiba mengumumkan Ganjar sebagai capres,” jelasnya.

Melihat kejadian itu, Anis kembali bertemu Jokowi. Dia bertanya kepada Jokowi, apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan bagaimana nasib dari koalisi besar ini. Sebab, tidak bisa dimungkiri sudah ada penjajakan kepada PDI-P untuk membentuk koalisi besar.

Rupanya mengajak PDI-P masuk ke koalisi besar tidak berhasil. Anis tidak ingin berbicara secara mendetail perihal ini.

Mungkin teman-teman PDI-P juga punya pertimbangan yang lain yang kita tidak tahu secara persisnya. Yang jelas ide koalisi besar ini tidak berhasil,” kata Anis. “Jadi saya bicara ke Pak Presiden, ‘Pak, kalau begitu, ini sudah jadi tiga kelompok kabinet Bapak ini. Nasdem sudah punya capres sendiri. PDI-P sudah punya capres sendiri. Jangan-jangan jadi empat lagi ini’,” sambungnya.

Anis mengaku mengusulkan kepada Jokowi untuk tidak mencoba memaksakan pasangan calon pada Pilpres 2024 hanya menjadi dua. Sebab, koalisi di dalam pemerintahan sendiri saja sudah pecah.

Dia menyarankan kepada Jokowi agar membiarkan pemilih yang memiliki ide lain untuk berekspresi.

Biarlah orang yang nolak Bapak mungkin yang misalnya di pemilih Anies Baswedan, beri ruang mereka untuk berekspresi. Dan kalau Mas Ganjar ini kalau masih ada jalan untuk ketemunya, supaya ada dalam koalisi besar, itu lebih bagus,” imbuh Anis memungkasinya. (R1/Kompas.com)

Baca Juga:

  1. Partai Gelora Nyatakan Siap Gabung dengan Koalisi Besar
  2. Partai Gelora Deklarasikan Capres Anis Matta dan Cawapres Fahri Hamzah
  3. Partai Gelora: Apa Pun Ide Soal Pilpres 2024 Tergantung Partai di DPR dan Anggota DPD
  4. Ketum Gelora: Ramadan Momentum Bangun Koalisi Rekonsiliasi
  5. Rembuk Indonesia: Jokowi Tunjukkan Sikap Negarawan

Komentar