Jakarta, Karosatuklik.com – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk hadir dalam KTT G20 pada November mendatang. Namun, Amerika Serikat (AS) tidak terima dengan keputusan itu.
Dalam sebuah sesi pers, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Presiden AS Joe Biden telah menyatakan secara terbuka penentangannya terhadap kehadiran Putin. Meski begitu, ia mengatakan AS sangat menyambut baik kehadiran Ukraina.
Sebelumnya dikabarkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara langsung mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk hadir di acara KTT G20 pada November mendatang. Acara ini akan digelar di Pulau Dewata, Bali.
Namun, keputusan Jokowi ini disambut kurang baik oleh Amerika Serikat (AS), terutama terkait undangan yang disampaikan ke Putin tersebut.
Dalam sebuah sesi pers, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Presiden AS Joe Biden telah menyatakan secara terbuka menentang kehadiran Putin. Tapi disisi lain, ia mengatakan AS sangat menyambut baik kehadiran Ukraina.
“Kami telah menyampaikan pandangan kami bahwa kami tidak berpikir mereka (Rusia) harus menjadi bagian dari itu (G20) secara publik dan pribadi,” katanya seperti dilansir The Straits Times, dikutip Senin (2/5/2022).
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter mengatakan secara terpisah bahwa AS tidak percaya bisa hubungan ‘bisnis seperti biasa’ dengan Rusia di panggung internasional. Ia juga tidak berkomentar mengenai apakah Biden akan hadir di Bali.
Seperti diketahui, Jokowi mengundang kedua kepala negara yang tengah berselisih tersebut melalui sambungan telepon. Menurutnya, G20 memiliki peran sebagai katalis dalam pemulihan ekonomi dunia sehingga diharapkan melalui pertemuan ini kedua negara bisa berkomunikasi makin baik dan perang bisa segera dihentikan.
Tak lupa, Jokowi juga menekankan agar solusi damai dapat terus dikedepankan dan Indonesia siap berkontribusi dalam upaya damai tersebut.
“Saya ingin menekankan bahwa Indonesia ingin menyatukan G20. Jangan sampai ada perpecahan, perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia,” pungkasnya. (R1/CNBCIndonesia)