CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia dan Mimpi Mendemokratisasi Gaya Hidup Sehat Masyarakat Indonesia

Catatan Redaksi1795 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Mendemokratisasi gaya hidup sehat, bagi Shinta Nurfauzia bukan hanya jargon semata. Kalimat itu menjadi sebuah mimpi yang ia dan beberapa teman-temannya berusaha wujudkan lewat Lemonilo, sebuah start up yang fokus untuk mengubah gaya hidup di masyarakat Indonesia agar lebih sehat.

Bahkan, Shinta Nurfauzia, yang punya gelar Master Hukum dari Harvard School nekat banting setir dan memberanikan diri menapaki langkah demi langkah membesarkan Lemonilo. Baginya menjadi seorang entrepreneur tak hanya sekadar bagaimana melipatgandakan keuntungan, tapi soal bagaiamana ia dan usahanya bisa memberikan dampak dan menghadirkan solusi bagi masyarakat luas.

“Saya merasa dan saya percaya bahwa entrepreneurship itu memberikan solusi, itulah intisari dari melakukan usaha, dari melakukan kewirausahaan,” kata Co-founder dan CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia saat wawancara eksklusif dengan Suara.com beberapa waktu lalu.

“Entrepreneurship bagi saya bagaimana kita sehari – hari memberikan solusi ke masyarakat.”

Baca Juga: Dubes Jepang Kanasugi Kenji: Rudal Korut Bisa Capai Kalimantan dan Merupakan Ancaman bagi Kawasan

Lantas, bagaimana cerita Shinta untuk mewujudkan mimpi mendemokratisasi gaya hidup sehat lewat Lemonilo? Berikut wawancara eksklusif selengkapnya.

Di tahun 2016 saat Lemonilo berdiri, wacana soal healthy lifestyle belum semasif saat ini. Mengapa memutuskan mendirikan Lemonilo?

Alasan mendirikan Lemonilo, kalau secara personal saya memang tertarik dengan healthy lifestyle. Karena keluarga saya justru cukup tidak sehat ya. Jadi saya tumbuh dengan pemahaman yang sangat rendah bagaimana semestinya gaya hidup yang sehat. Terlihat juga di hasilnya. Jadi keluarga saya memang ada keturunan diabetes. Jadi kakek juga meninggal karena diabetes nenek juga meninggal ada diabetes, paman dan ibu. Jadi memang tidak terlalu healthy. Mungkin seperti keluarga indonesia pada umumnya.

Tapi itu mungkin yang membuat saya cukup tertantang untuk menjadi orang pertama yang seumur hidup terbebas dari penyakit diabetes di keluarga saya. Itu secara personal.

Kalau secara kolektif saya dan dua Co-Founder saya, Ronald (Ronald Wijaya) dan Johanes (Johannes Ardiant), mereka juga ada reason personalnya. Tapi buat kita, yang penting itu kita pengen bantuin Indonesia. Harus apa nih supaya Indonesia bisa lebih produktif. Salah satunya yang harus dijagain, sekarang kita ada target untuk Indonesia emas, pastinya harus sehat. Kalau tidak sehat kita tidak mungkin bisa produktif.

Ngurusin hidup sehat bisa tentang orang sakit dibuat sehat, kuratif atau orang yang memang masih sehat, dibikin terus sehat, jadi preventif. Kita start dengan sebuah produk yang sifatnya kuratif yaitu Konsula, kemudian kita pivot ke Lemonilo yang ngurusin agar orang tetap menjadi hidup sehat.

Jadi tujuannya kalau bersama-sama kita ingin kasih yang terbaik untuk Indonesia, kita ingin agar banyak orang Indonesia yang aware soal healthy lifestyle, bisa afford health lifestyle, dan sebagai hasilnya bisa lebih produktif dan bahagia sebagai sebuah bangsa.

Background Kak Shinta sendiri hukum, apa tidak sayang kemudian beralih ke bisnis yang fokus di hidup sehat ini?

Buat saya gak sayang, karena saya sendiri melihat bahwa formal education bukan merupakan tujuan akhir, atau bahkan limitasi dalam berkarya. Jadi buat saya belajar hukum gak sayang,maksudnya itu sedikit banyak membantu saya dalam bisnis.

Saya memang hanya fokus di Lemonilo. Saya tidak lagi melakukan praktek sebagai pengacara, hanya pengacara internal. Tapi di Lemonilo juga ada tim yang lebih jago dari saya dalam hal legal. Jadi gak sayang, karena itu bukan limitasi dan bukan tujuan akhir. Menurut saya edukasi standar pada masa kini, dan buat saya apa yang saya pelajari dalam hidup mengantarkan saya membuat Lemonila.

Sebetulnya apa tujuan akhir Kak Shinta?

Kalau buat saya pribadi saya akan di Lemonilo selama Lemonilo membutuhkan saya. Kalau nanti Lemonilo sudah tidak membutuhkan saya dalam arit Lemonilo nanti lebih besar, atau ada orang yang lebih pantas untuk menjadi CEO maka saya akan sangat happy. Karena bagaimanapun saya sebagai pribadi akan selalu memberikan yang terbaik untuk Lemonilo.

Untuk Lemonilo sendiri kita ada di Indonesia, kita ingin melakukan ekspansi ke ranah global. Jadi suatu produk healthy yang lidah orang Indonesia ingin saya perkenalkan di dunia?

Di Instagram Kak Shinta sempat menuliskan democratizing healthy lifestyle apa maksudnya, boleh dielaborasi?

Jadi healthy lifestyle ini kan sebenarnya adalah di atas standar kalau di Indonesia. Karena yang paling pertama buat keluarga manapun memastikan ada makanan di rumah. Lapisan kedua yang lebih advancenya, oke sekarang sudah ada makanan pertanyaan yang berikutnya apakah nutrisinya bisa lebih baik, apakah proses yang dari produk itu dibuat bisa lebih baik. Di sinilah Lemonilo berada.

Dan untuk menjangkau lebih luas masyarakat Indonesia dari segi brand, kita harus bisa mengeluarkan produk produk yang healthy dapat, rasanya dapat, dan harganya juga dapat untuk sebagian besar masyarakat Indonesia. Maka Lemonilo itu dibuat dengan tujuan 80 juta masyarakat Indonesia, kenapa 80 juta, karena ini saya melihatnya the middle affluent class, memang belum semuanya. Kita kan sekitar 250 juta orang, tapi it’s a start. Jadi fokus kami memang mencapai 80 juta, nanti kalau 80 juta ini sudah selesai maka kami akan menjangkau lebih bawah lagi. Lebih mendemokratisasi healthy lifestyle.

Karena produk healthy sebelum Lemonilo sudah ada, memang harganya mahal. Dan saat saya mengeluarkan Lemonilo bersama teman-teman saya, memang saat itu yang lebih mahal sudah banyak. Tapi standarnya juga harus kita jaga. Kalau standar dijaga itu juga cost. Makanya kita ingin produk healthy ini bisa dikonsumsi lebih banyak masyarakat Indonesia supaya bisa menjadi jembatan bagi lifestyle yang lebih sehat.

Masyarakat Indonesia masih fokus how to put food on the table, bagaimana Lemonilo mengubah mindset itu, karena berkaitan dengan ekonomi dan edukasi?

Sebenarnya kan kesehatan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Karena indonesia ini angka kematian, salah satu penyebab utamanya adalah penyakit tidak menular. Dan penyakit tidak menular ini kaitannya dengan lifestyle, seperti jantung diabetes, hipertensi. Its a top of our government problems. Jadi kalau kita nggak mau hidup sehat, gak mau jaga, maka penyakit penyakit berkaitan dengan ketidak sehatan ini bisa menghampiri.

Pasti ada kita dengar, dia makan tidak sehat, tapi sejauh ini sehat-sehat aja tuh. Cuma di umur berapa. Berapa persen dari populasi kita yang begitu. The general population akan merasakan efek dari tidak sehat, cepat atau lambat. Jadi ini suatu hal yang tidak bisa ditawar. kalau sudah sakit kuratif pasti lebih mahal.

Dan kuratif ini kita ada BPJS dan sangat membebani pemerintah. Jadi dari Lemonilo sebagai pelaku usaha, pemerintah, masyarakat kita harus bertemu supaya kita bisa memperkenalkan hidup sehat, menjadi sesuatu yang lebih urgen. Waktu pandemi kemarin kami terbantu, makanya akselerasi kita lebih cepat. Karena health awareness sudah di situ. Nah sekarang dengan pandemi sudah relaksasi, bagaimana kita tetap ada di animo yang sama supaya tetap sehat. jangan sampai keluar dari pandemi Covid-19 selesai, penyakit lain datang lagi, akhirnya bedanya sama juga.

Jadi saya rasa awareness ini meningkatkan makanan yang lebih sehat bukan tugas Lemonilo semata, itu tugas kita bersama sebagai bangsa.

Tantangan paling sulit apa selama ini mengkampanyekan gaya hidup sehat?

Edukasi. Itu yang paling susah. karena kita unik sebagai manusia, urgent kalau sudah telat. Itu yang harus kita gali lagi, gimana supaya gak telat. Efek dari sakit sebenarnya dahsyat. Efek dari tidak melakukan healthy lifestyle kaya menanam, jadi sedikit sedikit, mungkin memang gak langsung terasa. Tapi orang yang menjalankan hidup sehat kelihatan dari kulitnya dari body shapenya, dari napasnya yang lebih bugar.

Bisa gak dia naik tangga, kalau ibu bisa gak gendong dua anak. Itu kan hal-hal kecil yang taken for granted. Begitu kita switch ke hidup sehat, hal yang tadinya kita pikir oh ini biasa aja kok tiba tiba napasnya lebih enak. Jalan kaki lebih enak, jadi ada hal yang sangat signifikan terjadi pada hidup kita. Cuma masalahnya mengantarkan barangnya ke hidup sehat ini yang jadi tugas berat.

Lewat apa Lemonilo melakukan edukasi?

Kita 360. Yang standar sosial media. Kita juga melakukan tv commercial, tv ads mungkin sudah sering lihat juga di TV. Dan kalau diperhatikan jenis adsnya Lemonilo enggak melulu tentang produk ya, iklan yang kemarin kemarin ada iklan yang fungsional. Misal kalau kita iklan di dalam sinetron itu kita pasti ada edukasi tentang hidup sehatnya.

Jadi Lemonilo itu sebagai salah satu bentuk solusi, jadi kita pakai 60 persen untuk ngomongin lifestylenya. Jadi harus masif memang. Dan kita banyak terbantu dengan teman-teman selebritis, teman teman influencer yang peduli dengan cause Lemonilo dan mereka menyuarakan tentang pentingnya hidup sehat.

Secara personal ada tantangan kah, karena seringkali sulit memisahkan Kak Shinta sebagai CEO dan Lemonilo sebagai brand?

Mestinya. Tapi kalau saya ngomong dianggap pura-pura. Mestinya cek ke teman-teman di sini atua ke tim. Tapi saya dan Co Founder Ron sama Jo bisa dibilang kita sehat. Kita melakukan hidup sehat. Kita aktif berolahraga, masing masing tiga kali seminggu seminggu untuk olahraga kalau ada waktunya bisa lebih lama. Kita juga menjaga makan sih.

Maksudnya kita tetap makan enak, tapi jaga makan dalam bahasa kita. Dalam bahasa Lemonilo kita tidak regimental, maksudnya kalau kamu hidup sehat sama sekali gak boleh makan gorengan. Enggak loh, makan gorengan lagi mau? Makan aja, tapi in moderation. Sadar efek dari makanan seperti apa . Mau ngunyah -ngunyah aja, tapi habis itu kita atur setelah itu. Jadi kita konsep hidup sehat yang sustainable.

Kita gak pernah bilang satu-satunya cara untuk hidup sehat harus konsumsi produk Lemonilo. Bukan, tapi kami adalah salah satu solusi. Tapi yang aktif lifestylenya gak boleh ditinggalin, makan sayur gak boleh ditinggalin Jadi ini semua harus 360 ya, harus tetap dilakukan. Tapi kalau mau makanan yang instan, we are honestly one of the best health products, it’s not the best healthy product out there.

Ya mungkin karena saya Co Founder jadi bias. Tapi bisa cek the ingredient on the label, dan kami cukup pede dengan ingredients kami, closes to nature. Makanya kita punya produk kan selalu terinspirasi dari alam. Maksudnya terinspirasi dari alam itu bukan terinspirasi dari alam. Kami mencoba meminimize semua produknya, supaya nutrisinya tetap baik untuk masyarakat Indonesia.

Di masyarakat ada mindset kalau makanan sehat tidak enak, bagaimana mengubah mindset itu?

Pastinya harus dibuktikan. Harus sampling kalau dari bahasa Lemonilo sebagai brand. jadi harus sampling karena kita harus kasih coba ke masyarakat. Kami sering memberikan sampel di masyarakat yang kami bagikan gratis. Tujuannya apa? Tujuannya untuk meningkatkan tingkat mencoba di masyarakat. Supaya orang memang tahu bahwa makanan sehat juga bisa enak, contohnya Lemonilo product.

Saya bisa bilang bahwa rasanya memang tidak sekuat yang lain, karena Lemonilo khas, rasa Lemonilo pas, jadi sangat pas. Supaya memang healthya tetap dapat. Rasa pas ini sebenarnya enak. Kalau kita mau makan lebih sering, lebih nyaman di lidah, lebih nyaman di perut. Tapi bagaimana membuktikannya? Harus coba. Dan kami dari brand harus membuktikan bahwa rasanya enak kok. Dan harapannya, dari testimoni trialis semakin banyak yang percaya.

Dari 2016 hingga sekarang, melihat ada perubahan gaya hidup sehat di masyarakat kah?

Kami sangat bersyukur sekali, ada di dalam perjalanan ini. Sebagai salah satu brand yang bisa dikatakan pertama yang benar-benar loud menyatakan produk kami tanpa ABC. Dan itu tidak mudah. Tahun 2016 hingga 2017 bisa dibilang enggak ada ya akan mengira, Lemonila bisa ada di titik ini.

Posisi ini tidak kami take for granted ya ini posisi untuk meraihnya penuh perjuangan. Dan apa bedanya, saya rasa sekarang, kami tidak mau sombong bahwa ini semua hanya karena Lemonilo, tapi saya bisa bilang di tahun 2022 ini awareness untuk hidup sehat lebih tinggi, active lifestyle juga lebih tinggi.

Kita bisa lihat di media sosial, bandingkan dengan tahun 2016, atau 2017 berapa banyak di timeline kita yang melakukan olahraga. Berapa banyak di timeline kita yang menunjukkan mereka bangga, melakukan hidup sehat. Karena itulah posisi Lemonilo sebagai brand, kami memberikan tempat dan spotlight, bagi orang-orang yang memiliki pemikiran yang sejalan dengan Lemonilo, baik dari teman-teman selebritis, atau influencer maupun konsumen rela kami. Kami berikan tempat untuk mereka bersinar, makanya Lemonilo itu sebenarnya sangat community driven, jadi bedanya kalau dari kacamata kami sebagai brand sangat terasa.

Kami sedang melakukan riset juga, secara kuantitatif dan kualitatif, itu bedanya seperti apa sih. Nanti kalau ada hasilnya kita akan share. Tapi saya pikir, lihat saja orang yang melakukan itu secara real di masyarakat saya rasa jauh lebih banyak dibanding 2016- 2017.

Dalam menjalankan bisnis atau usaha, apa dorongan terbesar Kak Shinta?

Saya merasa dan saya percaya bahwa entrepreneurship itu memberikan solusi, itulah intisari dari melakukan usaha, dari melakukan kewirausahaan. Jadi kalau ada mungkin orang yang merasa oh saya pengen jadi entrepreneur karena saya ingin kaya, itu sangat bisa, valid nggak? valid.

Tapi itu bukan tujuan saya karena kalau seperti itu sangat sulit melakukan entrepreneurship, karena entrepreneurship kans untuk suksesnya kan sangat sangat minimal. Dan khususnya untuk generasi pertama ya, itu sangat sangat kecil. Jadi biasanya justru entrepreneurship yang tidak memikirkan uang saja, biasanya akan lebih besar kemungkinan untuk sukses. Karena biasanya lebih kreatif.

Jadi balik lagi entrepreneurship bagi saya bagaimana kita sehari -hari memberikan solusi ke masyarakat. Dan solusi itu harus diterima bahasanya. Dan tes paling akhirnya, kalau respon masyarakat benar-benar baik, mereka akan rela mengeluarkan uang. Karena produk atau jasa itu fixed something in their life, dan karena itu mereka rela mengeluarkan uang, jadi buat saya entrepreneurship is about solving society problem. Dan untuk Lemonilo start dari mi instan. karena itu yang paling disukai masyarakat Indonesia. Kita salah satu konsumen terbesar untuk mi instan.

Seberapa besar kontroversi di dalam mi instan, kita suka banget sama mi instan. Jadi buat kami jelas. We want to go there. Bukan karena kami ingin kayawe want to fixed a problem, yang cukup subjektif. Ada yang merasa ini bisa dibuat lebih baik baik lagi. So we want there, karena kita mau jadi problem solver.

Karena dari kacamata orang mungkin di tahun 2017, kami masuk ke industri mi instan, kami cukup gila. Kami no body . Kami bukan siapa siapa. Kami cuma modal dengkul, modal mimpi. Modal prinsip. But we are here. Fast forward di tahun 2022 kami masih ada, produk kami juga cukup diterima di Indoensia, dan juga sudah ada footprint nya eksoprnya, dan bisa dicek numbernya bisa didapatkan secara umum, kita merupakan salah satu produsen mi instan teratas di Indonesia. Dna kami sangat-sangat menghargai feedback yang kami dapatkan dari market, baik rasanya oh mungkin harus seperti ini, ini semua kami cerna kami olah, sambil menimbang bagaimana kami solving problemnya levelnya naik terus.

Jadi pertama mi instan, lalu kami juga ada di kategori lain di dalam FMCG, chips misalnya, snack, lalu condiments. Prinsipnya tetap sama, kita punya solved problems, jadi kita lihat mana sih kategori yang paling bisa ada impact untuk masyarakat. Jadi kategorinya harus besar dulu, dan kemudian kami masuk dengan segudang challenge yang ada. Tapi kami masuk dengan prinsip bisa gak kami jadi solusi, bisa gak kita other selection untuk masyarakat yang ingin hidup lebih baik.

Adakah target dalam 1 sampai lima tahun ke depan dan harapan untuk pola hidup sehat masyarakat Indonesia?

Saya berharap orang Indonesia bisa hidup lebih sehat. Itu sudah pasti. Terlepas dari hidup sehat itu harus dengan mengonsumsi Lemonilo atau tidak. Karena buat kami tidak semuanya tentang uang. Bahkan kami melakukan edukasi yang sifatnya free, tidak harus beli produknya untuk mendapatkan edukasinya.

Edukasinya bisa didapatkan linknya di media sosial kami. jadi sangat mudah dan gratis. Kemudian kenapa sih kita ingin orang Indonesia lebih sehat? Karena itu tadi, kalau sehat bisa lebih produktif, jadi semuanya balik lagi untuk Indonesia.
Tapi untuk Lemonilo sendiri saya berharap bahwa Lemonilo would outlast my age. Saya ingin Lemonilo menjadi suatu brand yang usianya lebih tua dari usia saya. One day the next generation will grow up with Lemonilo. Saya harap ini bisa jadi history for the next generation. (R1/suara.com)