Jakarta, Karosatuklik.com – Hingga saat ini pemberitaan mengenai pengadaan jet tempur Sukhoi Su-35 masih santer diperbincangkan.
Apalagi diketahui jika TNI AU telah memberikan sejumlah pelatihan bahasa Rusia pada calon pilot pengendara Sukhoi Su-35.
Sebagaimana telah diberitakan Zonajakarta.com sebelumnya dikatakan jika sejak tahun 2018 silam, prajurit TNI AU yang ditunjuk telah melakukan pelatihan bahasa Rusia untuk menyikapi kehadiran Su-35.
Hal ini menunjukkan keseriusan Indonesia untuk bisa memiliki jet tempur Sukhoi Su-35.
Dikutip dari tni-au.mil.id, Kadispers Lanud Iswahjudi Kolonel Nav Saeful Rakhmat (29/8/2018) turut memberikan penjelasannya.
Dia mengatakan jika dengan adanya pelatihan bahasa Rusia ini, diharapkan agar personel TNI yang ditunjuk bisa mengerti dan memahami bahasa Rusia.
“Diharapkan dengan dilaksanakannya kursus Bahasa Rusia nantinya personel khususnya sebagian besar Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi bisa mengerti dan memahami Bahasa rusia,” jelasnya.
Tak hanya itu, sumber juga mengatakan jika sumber daya manusia telah benar-benar siap.
“Sehingga kesiapan sumber daya manusia benar benar siap dan dapat mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugasnya sebagai penerbang dan teknisi pesawat Sukhoi nantinya,” imbuhnya.
Meskipun proses pengadaan jet tempur Sukhoi Su-35 mendapat banyak gangguan dan tekanan dari berbagai pihak, khususnya AS dengan sanksi CAATSA.
Namun Rusia seakan enggan melepas Indonesia dalam proyek pengadaan jet tempur Sukhoi Su-35.
Hal ini terlihat dari laporan yang dirilis The Eurasian Times, yang turut mengabarkan terkait pengadaan Sukhoi Su-35.
Dijelaskan jika Rusia berhasil menemukan trik khusus agar bisa melindungi Indonesia dari sanksi CAATSA atas pengadaan jet tempur Sukhoi Su-35.
Kepala Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer (FSMTC) Dmitry Shugaev, menjelaskan trik agar terhindar CAATSA dalam membeli Sukhoi Su-35.
“Meskipun ada upaya terang-terangan dan kasar oleh Amerika Serikat untuk melanggar hak kedaulatan negara-negara merdeka untuk memastikan keamanan mereka sendiri,”
sistem kerjasama militer kami beroperasi dengan efisiensi tinggi,” jelas Dmitry Shugaev.
“Kami berhasil menyusun langkah-langkah untuk melawan tekanan sanksi dari AS dan sekutunya,” tambahnya.
Adapun langkah untuk melindungi Indonesia agar tak terkena sanksi CAATSA, yakni dengan tak menggunakan dolar AS dalam transaksi pembelian.
Oleh sebab itu, tak heran jika Rusia meminta imbal dagang dalam penjualan jet tempur Sukhoi Su-35. (R1/ZonaJakarta)