Ini Sejarah hingga Indonesia Dipercaya Jadi Tuan Rumah KTT G20

Nasional1184 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Bali tinggal menghitung hari. Group of Twenty atau G20 adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia.

Sesuai namanya, G20 memiliki 20 anggota yang terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa. Anggota G20 adalah Australia, Argentina, Brasil, Kanada, China, Uni Eropa, Jerman, Perancis, India, Indonesia, Meksiko, Jepang, Italia, Arab Saudi, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.

Sejarah dari G20 bermula pada tahun 1999 dengan tujuan mendiskusikan kebijakan-kebijakan dalam rangka mewujudkan stabilitas keuangan internasional.

Khususnya pada masa krisis keuangan global tahun 1997-1999, forum tersebut melibatkan negara berpendapatan menengah dan memiliki pengaruh ekonomi secara sistemik, termasuk Indonesia.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G20 mulai mengadakan pertemuan untuk membahas respon terhadap krisis keuangan global yang terjadi. Setelah itu pertemuan tingkat menteri dilaksanakan secara rutin.

Presiden Amerika Serikat mengundang pemimpin negara G20 pada 14-15 November 2008 dalam Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 pertama.

Pada saat itu, pemimpin negara melakukan koordinasi respon global terhadap krisis keuangan di Amerika Serikat dan sepakat untuk melakukan pertemuan lanjutan.

G20 tidak memiliki sekretariat permanen. Dalam sistem kerjanya, G20 memiliki tuan rumah atau yang disebut presidensi dan ditetapkan secara konsensus pada KTT berdasarkan sistem rotasi kawasan.

Hingga pada tahun 2022, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah KTT Tahunan G20. Presidensi G20 akan berdampak langsung bagi perekonomian melalui peningkatan penerimaan devisa negara. Lebih dari 20 ribu delegasi internasional akan hadir di pertemuan yang diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia.

Presidensi Turki, Argentina, China, dan Jepang sebelumnya menunjukkan adanya dampak positif terhadap pendapatan dalam negeri. KTT G20 diperkirakan menghasilkan pemasukan lebih dari Rp1,4 triliun kepada tuan rumah.

Adapun G20 Summit membahas dua arus isu yakni Finance Track dan Sherpa Track. Fokus isu yang dibahas pada arus Finance Track adalah ekonomi dan keuangan, seperti kebijakan fiskal, moneter dan riil, investasi infrastruktur, regulasi keuangan, inklusi keuangan dan perpajakan internasional. Pembahasannya dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral masing-masing negara anggota.

Sedangkan isu Sherpa Track membahas lebih luas seperti geopolitik, anti korupsi, pembangunan, perdagangan, energi, perubahan iklim dan kesetaraan gender. Adapun pembahasan isu ini dilakukan oleh kementerian terkait pada tingkat Menteri masing-masing negara anggota.

Sebelum dibahas pada tingkat Menteri, isu-isu tersebut akan dibahas secara detail dan teknis pada tingkat Working Group (WG) terlebih dahulu agar optimal dan komprehensif.

Rangkaian pertemuan G20 dalam setiap presidensi normalnya mencakup 3-4 pertemuan tingkat working group (WG), 3-4 pertemuan tingkat deputi, 2-4 pertemuan tingkat Menteri dan diakhiri dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri oleh Kepala Negara anggota G20.

Masing-masing jalur di atas berjalan secara paralel dimulai dari tingkat teknis (WG) kemudian di eskalasi ke tingkat deputi untuk mendapat konsep kesepakatan (communique) dan menyusutkan isu-isu untuk dibahas pada tingkat menteri.

Dengan siklus tersebut, pada akhirnya G20 akan menyepakati kesepakatan final atas aksi kebijakan yang diambil atas isu-isu prioritas pada KTT sebagai penghujung rangkaian kegiatan. (R1/okezone)