Kabar Baik: Harga Minyak Goreng Turun, Kabar Buruknya, Ayam & Telur Melambung

Nasional1063 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Harga minyak goreng terpantau turun usai Hari Raya Idul Fitri. Namun kabar buruknya, harga sejumlah kebutuhan pokok lain melambung.

Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata minyak goreng kemasan bermerek I di pasar tradisional per 6 Mei 2022 adalah Rp 25.000/kg. Ini adalah yang termurah sejak 24 Maret 2022.

Sepertinya kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuahkan hasil. Pemerintah memutuskan melarang ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan berbagai turunannya per 28 April 2022 hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Melalui kebijakan itu, pemerintah berharap pasokan CPO di dalam negeri memadai sehingga harga minyak goreng bisa turun. Sebelumnya, harga minyak goreng kemasan bermerek I di pasar tradisional sempat menyentuh Rp 27.050/kg, termahal sejak setidaknya 2016.

Meski berdampak positif, yaitu menurunkan harga minyak goreng, tetapi larangan ekspor CPO harus dibayar mahal. Tanpa pasokan dari Indonesia, produsen dan eksportir nomor satu dunia, harga CPO dunia melonjak tajam, bahkan sempat berada di titik tertinggi sepanjang sejarah. Namun Indonesia belum bisa memanfaatkan tingginya harga CPO, karena pemerintah masih melarang ekspor.

Kabar Baik: Harga Minyak Goreng Turun, Kabar Buruknya, Ayam & Telur Melambung

Kabar buruknya, saat harga minyak goreng turun harga kebutuhan pokok lainnya malah naik. Harga telur ayam ras, misalnya, mencapai Rp 54.000/kg pada 6 Mei 2022. Ini adalah yang termahal setidaknya sejak 2016.

Demikian pula harga biangnya telur, yakni ayam. Per 6 Mei 2022, harga rata-rata daging ayam ras di pasar tradisional mencapai Rp 41.250/kg. Tertinggi sejak 2018.

Kenaikan harga ayam dan telur tidak lepas dari tinggnya harga jagung, yang merupakan bahan baku pembuatan pakan ternak. Penyebabnya apa lagi kalau bukan perang Rusia-Ukraina.

Maklum, Rusia dan Ukraina masuk daftar negara produsen jagung terbesar dunia. Pada musim 2018/2019, Ukraina adalah negara produsen jagung terbesar keenam dunia. Sementara Rusia menempati urutan 10.

Kabar Baik: Harga Minyak Goreng Turun, Kabar Buruknya, Ayam & Telur Melambung

Perang menyebabkan produksi dan distribusi jagung terhambat. Josef Schmidhuber, Deputi Direktur Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), menyebut perang membuat produksi pangan tidak bisa keluar dari pelabuhan.

“Situasi yang buruk di Ukraina membuat hampir 25 juta ton biji-bijian tidak bisa diekspor. Infrastuktur yang rusak dan blokade menjadi penyebabnya,” ungkap Schmidhuber, seperti dikutip dari Reuters.

Padahal, lanjut Schmidhuber, sebenarnya kondisi panen sedang bagus. Tingginya hasil panen akan membuat gudang-gudang penyimpanan akan penuh karena barang tidak bisa dijual.

“Meski ada perang, panen sepertinya tidak terlalu buruk. Jadi nantinya tempat-tempat penyimpanan akan penuh karena tidak ada jalur ekspor,” sambung Schmidhuber. (CNBCIndonesia)