Jakarta, Karosatuklik.com – Satu juta warga dunia diizinkan mengikuti ibadah haji pada tahun ini, termasuk jamaah internasional. Kedatangan jamaah internasional dalam jumlah besar tentu menjadi kabar baik bagi umat Muslim dunia serta Arab Saudi.
Pasalnya, ibadah haji tidak hanya menjadi ritual agama tetapi juga bisa mendatangkan miliaran devisa bagi Negeri Padang Pasir.
Pada tahun ini, pemerintah Saudi Arab Saudi memberikan kuota haji sebanyak 1 juta baik untuk warga domestik ataupun internasional. Indonesia menjadi negara dengan kuota haji asing terbanyak yakni 100.051 orang.
Jumlah jamaah haji tahun ini merupakan peningkatan besar dibandingkan pada dua tahun sebelumnya.
Pada 2020, jamaah haji hanya berjumlah kurang dari 1.000 orang di mana semuanya merupakan warga negara Arab Saudi. Musim haji 2020 datang pada Juli atau hanya tiga bulan setelah Covid-19 diumumkan sebagai pandemi global.
Pemerintah Arab Saudi pun kemudian melakukan sejumlah pembatasan mobilitas ketat termasuk dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Pada 2021, jumlah jamaah haji meningkat menjadi 58.745. Sebanyak 25.711 jamaah merupakan warga non Arab-Saudi tetapi mereka sudah tinggal di negara tersebut.
Menyusul melandainya kasus Covid-19 serta adanya program vaksinasi, Negeri Raja Salman kemudian mengizinkan lebih banyak umat Muslim untuk pergi ke Tanah Suci tahun ini.
Penyelenggaraan haji dalam jumlah besar tentu saja menjadi kabar baik bagi negara berjuluk “Pelayan Dua Masjid Suci’ tersebut.
Setelah lonjakan harga minyak membuat pundi-pundi Arab Saudi menggunung, kedatangan jamaah haji akan semakin membuat penerimaan negara meningkat. Tidak hanya itu, lapangan kerja juga semakin banyak tercipta.
Penyelenggaraan haji dan umroh diperkirakan mendulang pendapatan sebesar US$ 12 miliar per tahun atau sekitar Rp 174 triliun (kurs 1 US$= Rp 14.500). Penerimaan tersebut setara dengan 7% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) serta 20% dari penerimaan non-oil mereka.
Perputaran uang datang dari konsumsi jamaah, transportasi, penginapan hotel, hingga oleh-oleh. Pendapatan tidak hanya dinikmati pemerintah tetapi juga sektor bisnis di negara tersebut.
Dilansir dari Arab News, Kamar dagang Arab Saudi sebelumnya memperkirakan perputaran uang jamaah haji dan umroh bisa menembus US$ 150 miliar pada periode 2018-2022. Pelaksanaan umroh dan haji juga bisa menciptakan 100.000 tenaga kerja.
Sementara itu, kamar dagang dan industri Mekah juga memperkirakan 25-30% penerimaan sektor swasta di sekitar wilayah Mekah dan Madinah bergantung pada pelaksanaan haji.
Misi Arab Saudi yang tertuang dalam Vision 2030 menyebutkan jumlah jamaah haji internasional diharapkan meningkat menjadi 4,5 juta pada 2030, dari 1,8 juta pada 2019. Jamaah umroh diharapkan bisa ditingkatkan menjadi 30 juta pada 2030 dari 6,2 juta saat ini.
Dalam Vision 2030, industri haji dan umroh ditargetkan menjadi salah satu pilar utama untuk mengerek penerimaan. Vision 2030 juga menargetkan Arab Saudi sebagai salah satu tempat tujuan wisata. Langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi ketergantungan mereka terhadap penerimaan minyak mentah yang sangat fluktuatif.
Pada 2017, sekitar 2,4 juta umat Muslim mengikuti ibaah haji termasuk 1,8 juta masyarakat internasional. Perputaran uang dari haji pada tahun tersebut diperkirakan lebih dari US$ 8 miliar.
Dato’ Dr Azmi Omar, Prseiden dari International Centre For Education In Islamic Finance (INCEIF) Malaysia, dalam laporannya Economics of Hajj memperkirakan perputaran uang jamaah haji pada 2019 mencapai US$ 2-25 miliar. Musim haji 2019 merupakan tahun terakhir di mana ibadah haji diselenggaralam secara normal dan belum terdampak pandemi.
Jumlah jamaah haji pada tahun tersebut mencapai 2,5 juta termasuk 1,9 juta jamaah haji internasional.
Dalam hitungan Azmi Omar, jamaah haji dengan pengeluaran terbanyak adalah Indonesia. Pada tahun tersebut, kuota haji Indonesia sekitar 231 ribu. Dengan menghitung pengeluaran jamaah minimal US$ 5.000 atau ( Rp 72 juta) maka pengeluaran jamaah haji Indonesia mencapai Rp 16,75 triliun.
Berdasarkan data statistik Arab Saudi GASTAT, penyelenggaraan haji pada 2019 juga menggerakkan tenaga kerja sebanyak 350.830 orang. Sektor swasta menikmati porsi paling banyak yakni 257.763 tenaga kerja. Pelaksanaan haji pada tahun tersebut juga mampu mempekerjakan 9.975 sukarelawan.
Jumlah jamaah haji pada tahun ini yang mencapai 1 juta memang jauh lebih kecil dibandingkan 2019 tetapi tetap saja sebuah peningkatan. Kenaikan jumlah jamaah haji tetap bisa mendatangkan cuan bagi perekonomian Arab Saudi. (Tim Riset CNBCIndonesia)