Over Produksi, Pabrik Semen Mati Bergelimpangan & Tutup

Nasional1508 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Industri semen di Indonesia dalam kondisi kelebihan pasokan atau over supply. Saat ini tingkat utilisasi atau pemanfaatan dari kapasitas produksi pabrik hanya 67%, penambahan pabrik baru akan semakin menekan pabrikan semen yang sudah ada saat ini.

Dari data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) total produksi total kapasitas terpasang industri semen di 2021 mencapai 116 juta ton. Hingga semester 1 penjualan domestik dan ekspor mencapai 35,72 juta ton dengan tingkat utilisasi 61%.

Ketua Umum ASI Widodo Santoso menolak adanya penambahan pabrik semen baru di Indonesia, melihat adanya izin pabrik baru di Kalimantan Timur (Kaltim).

Jika hal ini terjadi tentu akan merusak industri semen nasional yang saat ini dalam kondisi kelebihan pasokan.

Pabrik baru dengan orientasi ekspor ini nggak masuk akal, karena kompetitornya berat. Asosiasi minta izin perusahaan itu ekspor harus ekspor, jangan digeber ke Jawa, Ke Sulawesi. Kasihan pabrik semen pemerintah di Tonasa BUMN berdiri tahun 1968, berjasa pembangunan Indonesia timur,” jelasnya kepada CNBC Indonesia TV, Jumat (3/9/2021).

“Bosowa dibangun dari tahun 1985, sekarang utilisasi baru 50%, kasihan, karena over supply. Kalau ada pabrik di Kaltim dan dia tidak memenuhi janjinya habis sudah Bosowa dan Tonasa,” tambahnya.

Anggota DPR RI Komisi VI Andre Rosiade mengatakan kondisi industri semen di Indonesia sudah jelas kelebihan pasokan. Pemerintah seharusnya tidak lagi menerbitkan izin pabrik baru.

“Solusinya pemerintah harus konsisten moratorium pabrik baru. Ini solusi terbaik menyelamatkan industri strategis kita,” katanya.

Line Produksi Pabrik Ada yang Mati

Widodo Santoso mengatakan dengan pertumbuhan 4% tiap tahun, hingga 2025 industri semen Indonesia masih dihantui dengan kondisi kelebihan pasokan. Saat ini saja ada beberapa line produksi pabrik semen yang harus mati karena kelebihan stok produksi.

Dari datanya, 2025 mendatang diperkirakan penjualan semen domestik dan ekspor dari Indonesia hanya 88,74 juta ton, dengan tingkat utilisasi pabrik yang mencapai 76,3%.

Sementara total kapasitas produksi terpasang mencapai 116,3 juta ton, pada 2025 kapasitas produksi yang tersisa masih ada sekitar 27,3 juta ton.

“Ini masih ada sekitar 30 juta ton kelebihannya yang nganggur itu sama dengan 10 pabrik besar. Dan ini sudah kejadian kemarin di Tuban dua pabrik mati (ada line of production yang mati karena kondisi stok penuh), Rembang pabrik juga mati, karena silo atau tempat penyimpanan penuh. Begitu susahnya pabrik semen sekarang. Itu kira kira utilisasi sampai 2025 masih 78%,” jelasnya.

Widodo mengatakan kelebihan pasokan ini terjadi di semua pulau di Indonesia. terlebih di pulau Jawa yang paling besar hingga over supply mencapai 40%, melihat banyak pabrik yang dibangun di Jawa. Sementara konsumsi hanya separuhnya dari total produksi.

Di Kalimantan, kapasitas produksi mencapai 10,3 juta sementara realisasi konsumsi semen di Kalimantan Timur pada 2020 hanya 3,9 juta ton per tahun. artinya masih kelebihan pasokan mencapai 6,4 juta.

Sehingga menurut Widodo tidak perlu lagi untuk membangun pabrik semen tambahan di Kalimantan. (R1/cnbcindonesia.com)