Medan, Karosatuklik.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) melalui Biro Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah menggandeng Beranda Warisan Sumatra (BWS) merevitalisasi tiga peninggalan sejarah, Pesanggrahan Bung Karno di Parapat, Berastagi dan Kotanopan.
Pelestarian warisan budaya ini dianggap penting sebagai penguatan kepribadian bangsa, jadi destinasi pariwisata dan sumber ilmu pengetahuan bagi para generasi penerus.
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah usai Rapat Kajian Cagar Budaya Mess Pemprovsu Pesanggrahan Bung Karno bersama BWS di Kantor Gubernur, Jalan Diponegoro Nomor 30, Medan, Jumat (14/1/2022).
Hadir dalam pertemuan, Kepala Biro Umum M Mahfullah Pratama Daulay, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Zumry Sulthony, Direktur Eksekutif BWS Sri Shindi Indira, Ketua Bidang Penelitian dan Kebijakan Publik BWS Isnen Fitri, Budayawan Mujib Hermani dan Vera Tobing.
“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mempunyai aset bangunan heritage yang bersejarah untuk bangsa ini, dimana Proklamator atau Presiden Indonesia pertama Soekarno pernah diasingkan dan berorasi di lokasi ini.”
“Melihat hal ini perlulah kita meremajakan kembali karena sudah banyak yang rusak dan berubah karena diperbaiki dengan cara yang salah,” ujar Musa Rajekshah yang akrab Ijeck.
Kali ini, lanjut Ijeck, Pemprovsu merasa revitalisasi harus kembali dilaksanakan dengan baik dan menggandeng para tim ahli agar anggaran yang dikeluarkan untuk proyek ini tidak sia-sia dan bermanfaat hingga jangka panjang.
Tepat guna dan tepat sasaran
“Kami tidak mau renovasi biasa-biasa saja, maka kita gandeng yang memang ahlinya dari Beranda Warisan Sumatra juga dari Jakarta ada Pak Mujib dan Ibu Vera yang memetakan kembali daerah-daerah yang pernah didatangi Bung Karno.”
“Saya mau anggaran yang dikeluarkan itu tepat guna, dan tepat sasaran, tidak berulang-ulang ke tempat yang sama,” ujarnya.
Ijeck menargetkan revitalisasi ini dapat diselesaikan di Tahun 2023 dan berharap perbaikan dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan bahan yang menyerupai bahan asli, sehingga tidak semata-mata renovasi banyak enak dilihat tapi juga memiliki fungsi dan bertahan lama.
“Saya berharap tempat Pesanggrahan Bung Karno ini jadi tempat edukasi bagi generasi penerus bahwa bangsa ini merdeka tidak sendiri dan tidak mudah. Selain itu juga jadi destinasi pariwisata di Danau Toba, Berastagi dan di Madina,” tutupnya.
Nilai historis yang tinggi
Sementara itu, Ketua Bidang Penelitian dan Kebijakan Publik BWS Isnen Fitri menyampaikan bangunan Vila Pesanggrahan Bung Karno di Berastagi, Parapat dan Kotanopan memiliki nilai historis yang tinggi khususnya assosiative value karena Bapak Bangsa Soekarno pernah ditahan selama kurang lebih satu bulan di Berastagi dan 12 hari di Parapat.
“Sementara itu di Pesanggrahan Kotanopan Bung Karno pernah berpidato membangkitkan semangat kepada rakyat Indonesia yang saat itu terancam kemerdekaannya oleh Belanda. Ketiga bangunan tipikal seperti ini tidak banyak lagi yang masih berdiri di Sumatera Utara artinya bangunan vila ini memiliki nilai
kelangkaan,” ujarnya.
Isnen Fitri juga menjelaskan terkait kondisi bangunan di tiga tempat ini yang telah dilakukan pendokumentasian oleh tim BWS. Dari ketiganya, lanjut Isnen sudah banyak perubahan baik itu di dinding, pintu, jendela, atap dan lainnya.
“Konsep perawatan dan pengembangan sebelumnya tidak mengacu kepada pelestarian cagar budaya,” ujarnya.
Pelestarian cagar budaya kata Isnen dasarnya adalah ekonomi warisan. “Inti dari ekonomi warisan adalah kesejahteraan rakyat dan kelestarian alam.
“Budaya dan alam bukan dimanfaatkan tapi dikembangkan dan dilestarikan menjadi ruh dan sumber kehidupan bagi generasi kita,” ujarnya.
Melihat kesiapan Pemerintah Provinsi Sumut, Budayawan Mujib optimis, tiga lokasi Pesanggrahan Bung Karno ini akan menjadi ikon Sumut yang tidak dimiliki oleh Provinsi lain.
Ide Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok
“Lokasi ini akan jadi Ikon Sumut Karena jadi sejarah diplomasi Indonesia, dimana ide mengadakan Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok hingga Soekarno pidato di PBB itu semua melakukan diskusinya di sini, Berastagi dan Parapat.
“Saya tertarik dengan apa yang sudah dilakukan pemerintah di sini apalagi sudah ada tim yang kerja cepat beda dengan tempat lain yang low respon, ini potensi wisata sejarah harus dirawat dan dikembangkan.”
“Harapan saya ini jangan hanya sebatas tiga lokasi ini aja yang direvitalisasi, tapi nanti juga dikembangkan lagi sampai bertaraf internasional seperti Tembakau Deli,” ujarnya. (R1)