Sembur, Kuning dan Ramuan Tradisi Karo Saatnya Go Nasional di Era Digital

Berita, Budaya6335 x Dibaca

Berastagi, Karosatuklik.com – Bupati Karo Terkelin Brahmana, SH, MH menyebutkan, dalam waktu dekat ini Pemkab Karo akan membuat panduan acara pesta-pesta adat dan budaya dengan melibatkan tokoh adat dan agama, masa Pandemi Covid-19. Sebelum membuat panduan itu, tentunya akan digelar simulasi, bagaimana tata acaranya dengan mengedepankan protokol Covid-19.

Belum lama ini, melalui zoom meeting yang digagas Forum Kita Kalak Karo (F-K3) dengan tema utama “Protokol Kesehatan dan Adat Budaya Karo” dimoderatori Drs Liasta K Surbakti.

Daro zoom meeting itu, melahirkan sejumlah saran dan gagasan sejumlah tokoh-tokoh informal dan formal masyarakat Karo dari beragam latar belakang praktisi dan akademisi. Tokoh peduli Karo itu dari Pulau Jawa, Padang, Medan dan sejumlah daerah lainnya, diantaranya, Elias Ginting Dubes Indonesia untuk Finlandia dan Estonia, Senator Dr Badikenita Putri Br Sitepu, SE Msi, Dr. Sentosa Sembiring, SH., MH (pakar hukum dan akademisi), kata Bupati.

Intinya, “Biarlah pandemi Covid-19 berjalan, tapi adat dan budaya Karo jangan ditiadakan,” sebutnya. Nelson Barus, misalnya menekankan, adat dan budaya Karo perlu tetap dilestarikan sesuai dinamika dan perkembangan zaman terlebih di masa pandemi sekalipun.

Namun pelaksanaanya berbeda dengan sebelum adanya pandemi Covid-19, tentunya adat dan budaya harus adaptif dengan mengedepankan protokol kesehatan, kata Terkelin Brahmana kepada karosatuklik.com, Jumat (11/09/2020) Pukul 17.00 WIB di Berastagi, ketika bincang-bincang soal ramuan obat tradisional Karo seperti rempah, sembur dan lainnya di era tekhnologi digital perlu didorong bahkan di hak patenkan.

Menurut Bupati Karo, beragam kekayaan alam dan potensi kebudayaan masing-masing suku bangsa, sejak dulu kala menjadi keistimewaan dan keunggulan masing-masing daerah. Termasuk citra masakan kuliner, adat, musik (tarian) etnik termasuk obat tradisional yang punya keunikan tersendiri.

Tak kalah menarik tentang peran penting obat tradisional yang sejak dahulu kala diyakini dan dipergunakan untuk mengobati segala bentuk dan ragam penyakit. “Secara khusus misalnya, orang Karo sebelum mengenal rumah sakit,  memanfaatkan obat-obat tradisional yang terbuat dari rempah-rempah alami,” sebutnya.

Warisan turun temurun dari leluhur Karo, sambung Bupati, telah meninggalkan sejumlah catatan emas, ramuan obat tradisional seperti rempah (baca sembur-Karo), obat param (tawar/kuning-Karo) termasuk minyak (minak pengalun-Karo) yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, harus terus dilestarikan, ujar Terkelin Brahmana.

“Sembur, Kuning atau Tawar, Minyak Pengalun dan lainnya hingga sekarang masih dipergunakan. Namun munculnya pandemi ini, telah membukakan mata kita, bahwa warisan leluhur itu sudah saatnya go nasional di era digital yang semakin pesat dan masif dengan mendorong pelaku-pelaku usaha obat tradisional Karo itu untuk mematenkan hak obat tradisionalnya ke pemerintah,” kata Bupati Karo.

Inventarisir Ramuan Tradisi

Salah satu titik pusat kota Kabanjahe, terlihat tugu Rumah Adat Karo, di perempatan “Tiga Serangkai”
Salah satu titik pusat kota Kabanjahe, terlihat tugu Rumah Adat Karo, di perempatan “Tiga Serangkai” dengan background Gunung Sinabung. Karosatuklik.com/robert tarigan

Sementara Ketua DPP Lembaga Adat dan Budaya Karo (Lakonta) Malem Ukur Ginting, menjelaskan, menurut keyakinan suku Karo, segala sesuatu yang diciptakan Tuhan di bumi ini juga berguna bagi ciptaan lainnya.

Dengan demikian, imbuh Malem Ukur Ginting, warisan turun temurun telah meninggalkan sejumlah catatan ramuan obat tradisional seperti rempah (baca sembur-Karo), obat param (tawar/kuning-Karo) termasuk minyak (minak pengalun-Karo) yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Beragam ramuan tradisi leluhur suku Karo, diantaranya Kuninglas, Tawar Mbentar, Tawar Buluh, Sembur Simesera, Sembur Dilam, Sembur Anak-anak dan Minyak Pengalun. Seperti kena bakar, sakit gigi, gatal-gatal, patah tulang, terkena gigitan ular berbisa atau penyakit pada anak baru lahir “Batu Keling” dan lainnya, lanjutnya.

Juga masih banyak jenis tawar atau kuning orat tradisional Karo yang punya khasiat luar biasa seperti tawar latih (khusus bagi pekerja capek), tawar mencibut (tawar tupai), obat sakit pasar dan lainnya.

“Nah, salah satu program Lembaga Adat dan Budaya Karo (Lakonta) menginventarisir ramuan tradisional itu kedalam sebuah buku, namun akibat Covid-19 untuk sementara dihentikan, padahal sebelum merebaknya virus corona, sudah mulai dikerjakan,” tutur Malem Ukur Ginting. (R1)