Tak Ada Subsidi, Harga BBM di Singapura Capai Rp 40.000 Per Liter

Nasional478 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan, Singapura adalah salah satu negara di dunia yang tidak menerapkan subsidi terhadap bahan bakar minyak (BBM). Sehingga, saat terjadi lonjakan atau gejolak harga minyak mentah dunia, APBN negara tersebut tidak harus menanggung tambahan beban.

“Jadi, semua gejolak yang ada di dunia itu tidak ditahan dulu di APBN atau anggaran mereka, tapi passthrough pada masyarakat. Oleh karena itu, harga BBM di Singapura (saat ini) sudah mencapai Sin$ 4 atau sekitar Rp 40.000 per liter,” ujar Suryopratomo dalam perbincangan eksklusif dengan Investor Daily, pekan lalu.

Meski demikian, ia menambahkan, pemerintah Singapura menetapkan anggaran subsidi hingga Sin$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 15,9 triliun untuk jaring pengaman sosial (social safety net). Dana ini digunakan sebagai bantalan sosial —semacam perlindungan sosial (perlinsos) di Indonesia— bagi kelompok masyarakat bawah dalam menghadapi lonjakan harga atau inflasi.

“Jadi, di Singapura, subsidinya subsidi orang, bukan subsidi barang. BBM tidak disubsidi, tetapi masyarakat bawah yang disubsidi. Tetapi, pemerintah sangat menyadari, (kenaikan BBM) ini akan membebani, sehingga tetap ada perhatian ke kelompok masyarakat bawah yang ditunjukkan dengan anggaran yang dialokasikan. Semua di-disburse melalui rekening masing-masing,” papar mantan jurnalis yang biasa disapa Tommy itu.

Manurut dia, dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita mencapai US$ 65.000, Singapura tergolong sebagai negara yang sudah sangat maju. Meski demikian, tetap ada kelompok masyarakat bawah yang tertinggal, sehingga perlu mendapatkan sokongan maupun perlindungan dari pemerintah.

“Nah, peran negara dalam melindungi mereka yang tertinggal itu, termasuk misalnya menyediakan perumahan yang harganya lebih terjangkau, tapi tidak boleh dijual dan dialihkan. Hal-hal seperti ini yang membuat kelompok masyarakat bawah tetap bisa survive, walaupun inflasi di Singapura tinggi dan menjadi kota termahal di dunia,” tutur Tommy.

Hal lain yang membuat dampak gejolak harga minyak mentah dunia ke masyarakat lebih terkelola adalah sistem transportasi publik di Negeri Singa itu yang baik dan efisen. “Ada beberapa teman Singapura saya memutuskan untuk menjual mobilnya karena sudah terlalu mahal dan mereka menggunakan transportasi umum,” pungkas dia. (BeritaSatu)