Tarik Pemilih Milenial, Golkar Butuh Sosok Politikus Muda

Politik2081 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Partai Golkar dinilai membutuhkan politikus muda mumpuni untuk dapat menarik pemilih milenial pada Pemilu 2024. Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies, Nyarwi Ahmad mengatakan sosok menjadi penting bagi calon pemilih.

“Golkar juga harus bekerja keras membuat elite mereka semakin dikenal publik. Terlebih, kaum muda yang menjadi mayoritas pemilih pada 2024,” ujar Nyarwi saat dihubungi, Selasa (1/11/2022).

Menurut Nyarwi, terkadang sulit menarik minat anak muda untuk berkenalan dengan partai atau tokoh. Karenanya, dibutuhkan brand ambassador dari politisi muda yang ada daya tarik di kalangan anak-anak muda.

“Hanya saja branding bukan cuma di ruang publik dan pengaruh tokoh, tetapi daya tarik kebijakan, dan aspek yang menjadi baru, harapan, politik kan bicara harapan. Apa saja yang jadi harapan pemilih,” tandas Nyarwi.

Nyarwi menilai Golkar perlu memiliki strategi yang tepat menjelang Pemilu 2024. Dengan kekuatan kader muda yang dikenal publik juga kemampuan sumber daya, nantinya bisa membawa elektabilitas Golkar lebih meningkat.

“Butuh orang orang yang bisa memformulasikan strategi itu tepat dengan, bisa mengerti sense electoral market lebih baik, saya kira itu penting. Bagi Golkar saya kira, bukan hal baru merekrut para profesional yang bisa men-support, mengevaluasi, mengkritisi bila perlu,“ kata Nyarwi.

Sebelumnya dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Partai Golkar masih berada dalam tiga besar. Namun, tantangannya ada pada karakteristik pemilih Golkar yan rentan. Golkar disebut harus bekerja keras untuk menjaga pemilihnya dari sasaran mobilisasi partai lain menjelang pemilu.

“Kalau kita lihat aspek fluktuasi akan selalu terjadi. Di banyak data survei ada partai yang tingkat elektabilitasnya lebih rendah dari aktual suara pada pemilu. Karena yang dilihat bukan lagi parpol tetapi sosok,” tutur Nyarwi.

Diberitakan, berdasarkan hasil survei SMRC, PDI Perjuangan (PDIP) menjadi satu-satunya partai yang mendapatkan dukungan lebih banyak dari perolehan suara pada Pemilu 2019. Dukungan PDIP mencapai 24 persen.

“Dibanding hasil pemilu 2019, dukungan kepada PDIP naik dari 19,3 persen menjadi 24 persen. Gerindra stabil dari 12,6 persen menjadi 13,4 persen,” kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani melalui kanal YouTube SMRC TV, Minggu (23/10/2022).

Sementara itu, Partai Golkar mendapatkan dukungan 8,5 persen, PKB (7,1 persen), PKS (6,9 persen), Partai Demokrat (5,5 persen), Partai Nasdem (5,4 persen), dan PPP (3,3 persen). Partai-partai lain di bawah 3 persen. Terdapat 19,3 persen responden yang belum menentukan pilihan.

Suara tujuh partai lain di parlemen cenderung mengalami penurunan. Golkar menurun dari 12,3 persen menjadi 8,5 persen, PKB (dari 9,7 persen menjadi 7,1 persen), PKS (dari 8,2 persen menjadi 6,9 persen), Demokrat (dari 7,8 persen menjadi 5,5 persen), Nasdem (dari 9,1 persen menjadi 5,4 persen), PPP (dari 4,5 persen menjadi 3,3 persen), dan PAN (dari 6,8 persen menjadi 1,2 persen).

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 3-9 Oktober 2022. Populasi survei yakni seluruh warga Indonesia yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum. Dari populasi itu dipilih secara random 1.220 responden dan response rate sebesar 1.027. Angka margin of error survei plus minus 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (BeritaSatu)