Kabanjahe, Karosatuklik.com – Setelah berhasil kembangkan maskulinisasi ikan nila dengan madu (MANINDU) beberapa waktu lalu, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Karo sempurnakan inovasi tersebut dengan bantuan pemanas atau heater (MANINDU HEAT).
Menurut Kepala Dinas Ketapang dan Perikanan Kabupaten Karo, Sarjana Purba STP, MM, Senin (12/10/2025), inovasi MANINDU HEAT dikembangan Dinas Ketapang dan Perikanan Kabupaten Karo di Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Singgamanik yang merupakan balai benih tempat pembelian benih ikan nila di Kabupaten Karo.
Dikatakan, sebelumnya inovasi yang dilakukan yaitu perendaman benih ikan nila dengan madu. Namun, hanya meningkatkan persentase jantan menjadi 86 persen. Dengan bantuan heater (pemanas) diyakini proses penyerapan kandungan pada madu menjadi lebih baik pada larva ikan.
“Teknik perendaman dengan bantuan pemanas ini masih berjalan satu Minggu. Hasilnya akan terlihat dalam 4 Minggu kedepan. Kita yakin persentase peningkatan nisbah kelamin jantan pada benih nila akan lebih meningkat,” ujar Sarjana.
Teknik perendaman dengan madu, lanjutnya, merupakan teknik yang sukses diterapkan dalam alih kelamin terutama pada embrio atau tahap pascatetas. “Hal ini disebabkan madu mengandung chrysin yang menghambat kerja aromatase inhibitor untuk menurunkan konsentrasi estrogen,” ucapnya.
Sehingga, mengakibatkan produksi hormon testosteron meningkat dan sifat-sifat jantan menjadi dominan. Penggunaan madu dapat digunakan bagi pembudidaya ikan nila dalam kegiatan maskulinisasi karena bahan aktif alami yang dapat mengurangi dampak penggunaan hormon sintetis terhadap fisiologis ikan dan lingkungan.
Adapun prosedur dalam inovasi ini, lanjut Sarjana Purba, yaitu maskulinisasi dilakukan menggunakan bahan alami yakni madu sebagai bahan perendaman. Kemudian menggunakan benih ikan nila usia 5 sampai 7 hari.

“Selanjutnya, benih tersebut dilakukan perendaman selama 14 jam dengan konsentrasi perendaman 15 ml/liter air. Hal ini mengacu pada percobaan sebelumnya yang menunjukkan hasil paling baik di antara semua percobaan (12 jam, 14 jam dan 16 jam),” imbuh Kepala Dinas Ketapang dan Perikanan Kabupaten Karo, Sarjana Purba.
“Proses perendaman ikan dilakukan dengan penambahan bantuan heater dan aerator udara untuk meningkatkan dan menstabilkan suhu selama perendaman. Setelah itu, dilakukan pemeliharan benih selama 30 hari setelah masa perendaman serta melakukan pengecekan jenis kelamin ikan setelah masa pemeliharaan selama 30 hari,” paparnya.
Adapun keunggulan dari inovasi ini, kata Sarjana lagi, yaitu penggunaan bahan alami yang mudah di dapatkan dan tidak gampang terkontaminasi. Kemudian, penerapan yang mudah dan efektivitas peralihan jenis kelamin mempersingkat siklus produksi budidaya ikan nila karena ikan nila jantan pertumbuhannya lebih cepat daripada ikan nila betina.
“Siklus budidaya ikan yang lebih singkat ini akan menguntungkan pembudidaya ikan sehingga peningkatan pendapatan masyarakat dapat tercapai,” pungkasnya. (R1)













Komentar