Muan, Karosatuklik.com – Bandara Internasional Muan dipenuhi suara tangisan duka dan amarah dari ratusan kerabat korban kecelakaan pesawat Jeju Air. Para keluarga bermalam di bandara demi mendapatkan kepastian korban dari pesawat yang belakangan diketahui memiliki riwayat kecelaan itu.
Sebuah pesawat dari maskapai Jeju Air mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Pesawat tersebut jatuh tpada pukul 9:03 waktu setempat.
Dari 181 jiwa yang ada di dalam pesawat, hanya dua orang pramugari yang berhasil diselamatkan. Pesawat Boeing 737-800 tersebut mendarat dengan perutnya tanpa roda pendaratan, tergelincir di ladasan pacu lalu meledak dan terbakar.
Sebuah gambar yang beredar di media sosial menunjukkan pesan berbalas antara salah satu korban dengan ibunya. Dalam pesan tersebut, korban mengatakan bahwa pesawat bertabrakan dengan burung dan menyampaikan bahwa ia menyayangi ibunya.
Melansir dari CNN, dua orang kru yang selamat berada di bagian ekor pesawat ketika kecelakaan terjadi. Dari gambar yang beredar, bagian ekor pesawat tersebut adalah satu-satunya bagian yang bentuknya masih jelas.
Pada, Selasa (31/12/2024), empat jenazah sudah diserahkan kepada keluarga dan dibawa ke rumah duka. Menteri Transportasi Korea Selatan, Park Sang-woo mengatakan bahwa jenazah yang lainnya akan segera menyusul dikembalikan.
Keluarga korban yang menunggu kepastian di bandara melakukan persembahan ritual seperti makanan dan surat untuk korban. Kemarahan keluarga korban sempat tak terbendung karena adanya keterlambatan identifikasi penumpang.
Tanggapan Pemerintah Korea
Kecelakaan ini merupakan bencana paling mematikan dalam sejarah penerbangan Korea Selatan dalam beberapa dekade. Masa berkabung nasional selama tujuh hari telah diumumkan hingga 4 Januari 2025.
Pemerintah Korea Selatan telah memerintahkan untuk melakukan inspeksi keselamatan udara terhadap seluruh operasi maskapai negara tersebut. Pimpinan Jeju Air meminta maaf secara publik dan berjanji untuk menyelesaikan situasi ini.
Ia mengatakan, kepada wartawan bahwa perusahaannya akan menambah lebih banyak pekerja pemeliharaan. Selain itu, akan mengurangi operasi penerbangan sebesar 10-15 persen hingga Maret sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan operasi pesawat.
Presiden sementara Korea Selatan, Choi Sang-mok mengatakan, mengidentifikasi para korban merupakan salah satu prioritas. Ia juga mengatakan, bahwa penting untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban.
Choi meminta, para penyelidik untuk segera mengungkap proses investigasi secara transparan. Setelahnya, informasi hasil investigasi tersebut segera diberikan kepada keluarga korban.
Kontroversi Penyebab Kecelakaan
Melansir dari CNA, beberapa menit sebelum kecelakaan terjadi, pengendali lalu lintas udara memperingatkan adanya tabrakan dengan burung. Setelah peringatan tersebut, pilot mengeluarkan peringatan “mayday”.
Para ahli penerbangan meragukan bahwa tabrakan dengan burung merupakan satu-satunya penyebab kecelakaan. Mereka memperingatkan bahwa ada faktor lain yang berkemungkinan menjadi penyebab kecelakaan tersebut.
Pesawat Jeju Air 7C2216 mengalami kecelakaan karena mendarat tanpa menurunkan roda pendaratan. Beberapa analis mengatakan bahwa kemungkinan pesawat mengalami masalah pada roda pendaratannya.
“Jika seekor burung mengenai salah satu mesin, hal terburuk yang bisa terjadi adalah mesin mati. Tabrakan dengan burung tidak menyebabkan roda pendaratan gagal atau flap tidak bisa diperpanjang,” kata analis penerbangan independent Alvin Lie.
Analis penerbangan lainnya Paul Charles mengatakan, tabrakan dengan burung berpeluang menyebabkan kerusakan listrik total pada pesawat. “Tetapi, pilot seharusnya masih bisa menurunkan roda tersebut dengan cara tertentu,” kata Paul.
Sedangkan, ahli penerbangan di MIT John Hansman mengatakan, kecelakaan ini kemungkinan disebabkan masalah sistem kontrol hidrolik pesawat. Ini dilihat dari bagian roda pendaratan dan flap sayap yang tidak diturunkan.
Para analis juga mempertanyakan adanya tembok besar di landasan pacu tersebut yang ditabrak oleh pesawat sebelum ledakan terjadi. Mereka mengatakan korban jiwa mungkin lebih sedikit jika landasan pacu tidak diakhiri dengan struktur padat.
Sebelumnya, maskapai Jeju Air menyatakan bahwa tidak ada masalah apapun saat melakukan pemeriksaan pra-penerbangan pesawat tersebut. “Tidak ada hal abnormal yang ditemukan pada roda pendaratan,” ujar CEO Jeju Air, Kim Yi-bae, dalam konferensi pers di Seoul.
Riwayat Kecelakaan Terkuak
Korea Airports Corp mengonfirmasi, Rabu (1/1/2025), pesawat yang sama, pernah mengalami kecelakaan pada Februari 2021. Pesawat tersebut terdaftar dengan nomor penerbangan HL8088.
Pesawat ini tercatat memiliki riwayat ekornya terbentur landasan pacu saat lepas landas. Peristiwa itu terjadi di Bandara Internasional Gimpo.
Hal tersebut membuat Jeju Air dikenai denda sebesar 2,2 miliar won (Rp24,2 miliar) oleh Kemeterian Pertahanan, Infrastruktur, dan Transportasi. Denda dijatuhkan karena Jeju Air melanggar peraturan keselamatan, sebagaimana dilansir dari Korea Herald.
Kementerian Transportasi menyimpulkan bahwa Jeju Air gagal memeriksa dan memperbaiki kerusakan secara menyeluruh sebelum melanjutkan operasinya. Jeju Air menjelaskan bahwa insiden tiga tahun lalu itu, termasuk dalam peristiwa, bukan kecelakaan berdasarkan UU penerbangan.
Investigasi Kecelakaan
Otoritas penerbangan Korea Selatan sedang menyelidiki kecelakaan tersebut. Mereka dibantu oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB), Administrasi Penerbangan Federal (FAA), dan Boeing.
Delegasi tersebut terdiri dari delapan penyelidik AS, yaitu satu dari FAA, tiga dari NTSB, dan empat dari Boeing. Mereka melakukan kunjungan ke lokasi kecelakaan pada Selasa (31/12/2024).
Kementerian Transportasi mengatakan pihak berwenang sedang memeriksa catatan pemeliharaan dan operasi selama lima hari pemeriksaan keselamatan. Operasi tersebut akan berlangsung hingga hari Jumat (3/1/2025).
Perekam data penerbangan (FDR) dari pesawat telah ditemukan, dan akan memberikan informasi tentang momen terakhirnya. Namun, salah satu kotak hitam dari pesawat tersebut rusak dan dapat mempersulit proses investigasi.
Menurut Dewan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Kementerian Perhubungan Korea, proses decoding FDR diperkirakan memakan waktu sekitar satu bulan. FDR yang rusak harus diserahkan ke Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat untuk decoding.
Para ahli mengatakan penyelidik akan membutuhkan waktu setidaknya beberapa minggu untuk memecahkan data dari perekam. Penyelidik juga perlu menganalisis informasi sepenuhnya yang ada pada perekam tersebut.
Kementerian Transportasi mengatakan pada hari Selasa bahwa pihak berwenang telah mengidentifikasi 175 jenazah. Mereka sedang melakukan tes DNA untuk mengidentifikasi lima jenazah yang tersisa.
Spesifikasi Pesawat
Melansir dari website resmi Boeing, pesawat Boeing 737-800 termasuk dalam kategori Generasi Baru dari seri Boeing 737. Pesawat ini melakukan penerbangan perdananya pada tahun 1997 dan mulai beroperasi secara komersial pada 1998.
Pesawat ini memiliki panjang 39,5 meter, lebar sayap 34,3 meter, dan tinggi 12,5 meter. Pesawat ini dikenal sebagai pesawat yang lebih kecil dan ekonomis dari model seri sebelumnya.
Boeing 737-800 juga memiliki desain unik yang menonjol di ujung sayapnya. Pesawat ini mampu menampung hingga 189 penumpang dan menggunakan dua mesin turbofan CFM International CFM56-7B.
Kecepatan maksimalnya mencapai 940 km/jam dengan jangkauan penerbangan sekitar 7.130 kilometer. Data dari Aviation Safety Network mencatat 17 kecelakaan fatal yang melibatkan Boeing 737-800, dengan total korban jiwa mencapai 1.100 orang.
Ucapan Belasungkawa
Ucapan belasungkawa datang dari beberapa pemimpin negara-negara di dunia untuk tragedi ini. Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono memberikan ucapan belasungkawanya kepada Korea Selatan melalui akun X miliknya.
“Kami sangat sedih atas insiden tragis pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan Korea Selatan. Pikiran dan doa kami bersama para korban, keluarga mereka, dan semua yang terkena dampak insiden yang menghancurkan ini,” tulisnya.
Paus Fransiskus juga turut berduka dan mendoakan para korban serta keluarga mereka bersama para jemaat di Vatikan. Presiden Tiongkok, Xi Jinping menyampaikan belasungkawanya kepada presiden sementara Korea Selatan, Choi Sang-mok.
Negara-negara lain yang turut memberikan belasungkawanya yaitu Prancis, Jerman, Uni Eropa, Iran, Spanyol, dan Arab Saudi. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyampaikan pesan melalui juru bicaranya bahwa ia mendoakan para korban.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengatakan bahwa mereka berduka atas kecelakaan tersebut dalam sebuah pernyataan. Asosiasi tersebut mewakili 340 maskapai penerbangan yang mencakup 80 persen lalu lintas udara.
“Kami terkejut dan berduka atas kecelakaan yang melibatkan penerbangan Jeju Air 7C2216. Pikiran dan doa kami bersama para penumpang dan kru dalam penerbangan tersebut serta orang-orang terkasih mereka,” kata perwakilan asosiasi. (KBRN)
Baca Juga:
- Peringatan Tabrakan Burung Dikeluarkan 6 Menit Sebelum Jeju Air Jatuh
- 179 Diduga Tewas Akibat Kecelakaan Pesawat di Korsel
- Pesawat Jatuh di Kazakhstan: 38 Tewas, 29 Selamat
- Hari Ini Dalam Sejarah: Tragedi dan Misteri Jatuhnya Pesawat Mandala Airlines 2005 di Padang Bulan Medan
- Hingga Selasa Siang Ini, DVI Polri Telah Identivikasi 34 Korban Jatuhnya Pesawat SJ-182