Berastagi, Karosatuklik.com – Bukan hanya warga jemaat Katolik di Kabupaten Karo yang merasakan berduka, Bupati Karo Terkelin Brahmana dan Forkopimda pun merasakan hal yang sama atas meninggalnya Pastor Leo Joosten, OFMCap.
Bupati Terkelin Brahmana menyampaikan rasa berdukacita atas meninggalnya Pastor Leo Joosten, OFMCap. Turut hadir Wakil Bupati Karo Cory Sriwaty Br Sebayang, Kapolres Tanah Karo AKBP Yustinus Setyo, Sik, Dandim 0205/TK Letkol Kav Yuli Eko Hadyanto, Senin (01/03/2021) di Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi, Jalan Letjen Djamin Ginting Berastagi.
Pada kesempatan itu Bupati Karo menyebutkan, Pastor Leo Joosten Ginting, OFMCap, menjadi refleksi bagi kita semua dan bagi jemaat serta keluarga yang ditinggalkan oleh pastor Leo, agar apa yang telah baik selama ini, supaya tetap dikenang dan jadikan pelayanan bagi Tuhan.
“Pemkab Karo sungguh berterimakasih atas napak tilas Pastor Leo yang banyak memberi inspirasi dalam menjaga dan merawat budaya Karo,” kata Terkelin Brahmana.
Selaku Pemerintah Kabupaten Karo dan jajaran, Saya menyampaikan turut berduka yang mendalam. “Kita ketahui, semasa hidupnya, Pastor Leo Ginting telah berkarya dalam menjaga dan merawat budaya Karo. Tentu hal ini akan selalu dikenang, semoga keluarga dan jemaat yang berduka akan diberikan kekuatan dan penghiburan yang sejati dari Tuhan Yang Maha Kuasa,” imbuhnya.
“Selamat jalan pastor, jasamu akan kami kenang selamanya, Bapa di Sorga telah memberikan tempat yang baik dan kekal bagi pastor,” ucap Bupati.
Senada, Kapolres Tanah Karo AKBP Yustinus Setyo mengatakan sungguh sedih atas meninggalnya Pastor Leo Joosten Ginting, sebab setahun lalu banyak pesan dan kesan yang diberikan kepada saya, untuk memotivasi dalam setiap kehidupan yang saya jalani, kata Kapolres.
Sebelumnya dikabarkan, Karosatuklik.com, Pastor Leo Joosten Ginting, OFM.Cap berpulang setelah berjuang melawan sakit di RS Elisabeth Medan, Minggu (28/2/2021) dini hari.
Sekilas Pastor Leo Joosten Ginting
Pastor Leo yang oleh masyarakat Karo sudah ditabalkan merga Ginting, adalah satu dari sedikit Pastor yang peduli dengan kebudayaan. Berkat jasanya, upaya pelestarian budaya Karo bisa sedikit mengimbangi kerasnya arus exodus pengabaian budaya lokal.
Berkat kearifannya, misi keagamaan dapat beriringan dengan pelestarian budaya warisan maha karya leluhur suku Karo yang sejatinya menyimpan banyak keagungan luhur.
Penghormatannya pada budaya lokal mewujud pada gaya inkulturasi gereja Katolik di mana ia bertugas. Di tempat ia bertugas, pembangunan gereja ia sesuaikan sungguh dengan arsitektur dan kearifan lokal.
Pria kelahiran Nederwetten, Belanda yang sejak 1994 menjadi WNI itu mewariskan keagungan. Keagungan budaya yang akan disaksikan banyak generasi lewat indahnya arsitektur dan simbol budaya leluhur mereka di rumah ibadah.
Keagungan budaya dia suntik agar kelak tetap lestari dan membumi sepanjang masa. Membuat banyak generasi muda dapat menaruh hormat pada budaya mereka sendiri meski setiap waktu kian tergerus.
Sungguh mulia napak tilas Pastor Leo juga menghasilkan banyak karya buku yang kebanyakan adalah soal budaya. Termasuk kamus budaya Indonesia-Karo yang di susunnya pada 2006 silam.
Sebuah usaha yang bahkan kala itu, dari kalangan masyarakat Karo sendiri belum banyak yang memperhatikan urgensinya untuk pelestarian bahasa dan budaya sebagai kompas dan jati diri masyarakat Karo.
Karya agungnya yang lain adalah pembangunan Museum Pusaka atau Museum Pusat Kebudayaan Karo di Berastagi, Karo. Memanfaatkan bekas gereja Katolik lama, Pastor Leo mengumpulkan barang-barang milik masyarakat adat Karo dan memajangnya di sana untuk edukasi dan misi pelestarian budaya. Banyak barang dibawa dengan biaya sendiri dari Belanda untuk misi besar tersebut.
Sejujurnya, tidak cukup hanya mengapresiasi karya besar sang Pastor, namun dengan doa dan harapan, kelak goresan tinta emas Pastor Leo Ginting tetap abadi dan lestari.
Sebagai seorang misionaris, mewartakan kebaikan Tuhan tak melulu dengan memaksakan kebaikan dalam satu versi. Apalagi memberangus kebaikan lainnya yang bertentangan dengan ajaran kasih.
Lewat kebudayaan, Pastor Leo sepertinya menggali dan merekonstruksi kebaikan dari kearifan lokal dan memberinya keagungan dari perspektif iman. Membuat orang-orang yang dilayani dapat melihat bahwa sejak semula pun, pada mereka Tuhan memberikan kebaikan-kebaikan lewat rupa kebudayaan.
Kini penerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru dari pemerintah itu sudah berpulang. (R1)