Jokowi: Tak Semua Negara Mampu Bangun Ibu Kota dari Nol

Nasional1502 x Dibaca

Nusantara, Karosatuklik.com – Presiden Jokowi memimpin rapat kabinet paripurna perdana di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim). Jokowi mengatakan tidak semua negara memiliki kesempatan membangun ibu kota dari awal.

“Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala pada pagi hari ini kita bisa melakukan sidang paripurna yang istimewa karena dilaksanakan pertama kali di Ibukota Negara Nusantara,” kata Jokowi di Istana Garuda, IKN, Kaltim, Senin (12/8/2024).

“IKN adalah sebuah kanvas yang mengukir masa depan dan tak semua orang, tak semua negara dan tak semua negara memiliki kesempatan, memiliki kemampuan untuk bangun ibu kotanya yang dimulai betul-betul dari nol,” ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, IKN dibangun dengan konsep kota hijau dan smart city. Ia mengatakan IKN dibangun bertujuan sebagai kota yang nyaman dijadikan tempat tinggal.

“Nusantara dibangun dengan konsep forest City, kota hutan, kota yang penuh dengan hijauan, bukan kota beton, atau bukan kota kaca. Juga smart city, kota yang ditopang dengan teknologi dalam setiap aktivitas kotanya dan juga liveabel city, kota yang nyaman ditinggali,” ujar Jokowi.

Jokowi bersyukur kualitas udara di IKN sangat baik jika diukur berdasarkan index. Selain itu Jokowi bangga karena udara di IKN juga terasa sejuk pada pagi hari ini.

“Kita merasakan pagi tadi betapa sangat sejuk, dingin, dan segar pada pagi hari ini karena air quality indexnya memang sangat rendah sekali yaitu di angka 6, maksimalnya di angka 50. Dan hampir banyak kota sekarang ini sudah di atas 50,” kata Jokowi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat kabinet paripurna perdana di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur (Kaltim). Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin dan para menteri juga hadir.

Pantauan di Istana Garuda, IKN, Kaltim, Senin (12/8/2024), Jokowi memimpin sidang kabinet di ruang lantai 1 Istana Garuda. Jokowi dan Ma’ruf Amin duduk berdampingan.

Para menteri Kabinet Indonesia Maju juga hadir dan menepati kursi. Para menteri duduk di kursi kanan dan kiri dengan meja memanjang.

Pimpin Sidang Kabinet Perdana di IKN

IKN adalah sebuah kanvas yang mengukir masa depan dan tak semua negara, dan tak semua negara memiliki kesempatan, memiliki kemampuan untuk membangun ibu kotanya yang dimulai betul-betul dari nol.

Nusantara dibangun dengan konsep forest city, kota hutan, kota yang penuh dengan hijauan bukan kota beton atau kota kaca, juga smart city, kota yang ditopang dengan teknologi dalam setiap aktivitas kotanya dan juga livable kita, kota yang nyaman ditinggali.

Dan kita merasakan pagi tadi betapa sangat sejuk, dingin, dan segar pada pagi hari ini karena air quality indeksnya memang sangat rendah sekali yaitu di angka 6, padahal maksimalnya di angka 50. Dan hampir banyak kota sekarang ini sudah di atas 50.

Kepindahan ke Ibu Kota Nusantara ini juga sudah sering saya sampaikan bukan pindah fisiknya yang penting tetapi pindah pola pikir kita, pindah mindset kita, pindah pola kerja kita, bisa bekerja dari mana saja, juga pindah mobilitasnya, karena mobilitas di Ibu Kota Nusantara semua memakai kendaraan yang kendaraan listrik, dan juga energinya memakai energi hijau.

Bangunannya pun juga bangunan di sini semuanya diarahkan ke green building dan aksesibilitasnya juga diprioritaskan untuk pejalan kaki dan yang naik sepeda.

Ekonomi yang akan dikembangkan di Ibu Kota Nusantara juga ekonomi hijau, ekonomi digital yang akan mengiringi pemerintahan di Ibu Kota Nusantara. Sekali lagi ekonomi hijau, ekonomi digital, data center, financial center dan yang lain-lainnya.

Kalau ditanyakan keuntungannya apa yang didapatkan oleh masyarakat di Kalimantan khususnya Kalimantan Timur. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Timur khususnya Balikpapan lebih khusus lagi Kabupaten Penajam Paser Utara.

Dan kalau kita tahu salah satu alasan kenapa ibu kota pindah karena kita ingin pemerataan. Karena kita tahu 58% GDP ekonomi ada di Jawa, sehingga kita ingin memeratakan untuk juga keluar Jawa mendapatkan perputaran ekonominya.

Kemudian populasi, populasi di Jawa juga bebannya sudah sangat besar sekali. 56% populasi itu ada di Pulau Jawa, yang juga menjadi sebuah pertimbangan bagi kita untuk pindahkan ibukota, dan utamanya memang beban di Ibu Kota Jakarta memang sudah sangat padat sekali.

Per hari perlu juga saya sampaikan bahwa sudah di luar anggaran dari ABPN, investasi yang masuk sudah Rp 56,2 triliun dari 55 yang sudah groundbreaking.

Pendidikan ada 6, kesehatan ada 3, retail dan logistik ada 10, hotel ada 8, energi dan transport ada 2, kantor dan perbankan ada 14, hunian dan area hijau ada 9, media dan teknologi ada 3.

Yang kedua yang ingin saya sampaikan pada sidang paripurna pada pagi hari ini berkaitan dengan PMI, Purchasing Managers Index, yang kita tahu setelah ekspansif selama 34 bulan berturut turut, pada bulan Juli kita masuk ke level kontraksi, ini agar dilihat betul, diwaspadai betul secara hati-hati, karena beberapa negara di Asia PMI-nya juga berada di angka di bawah 50, yaitu Jepang 49,2, Indonesia 49,3, RRT 49,8, Malaysia 49,7. Dan komponen yang mengalami penurunan paling banyak di sektor produksi yaitu -2,6, kemudian pesanan baru atau order baru -1,7, dan employment -1,4.

Saya ingin dicari betul penyebab utamanya, dan segera diantisipasi, karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir.

Betul-betul dilihat kenapa permintaan domestik melemah, bisa karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah, atau adanya juga serangan produk-produk impor yang masuk ke negara kita.

Sehingga penting belanja produk lokal sekali lagi saya tekankan, kemudian penggunaan bahan baku lokal, dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita.

Dan mungkin juga karena permintaan dari ekspor atau dari luar negeri melemah, ini karena terjadi gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi terhadap mitra-mitra dagang utama kita sehingga kita harus mencari pasar non tradisional dan mencari potensi pasar baru eksport kita.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, silakan kalau ada ingin disampaikan. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. (Foto: Humas Setkab/Rahmat). (R1/Dtc)