Nepal, Karosatuklik.com – Penularan Covid-19 di Gunung Everest menggegerkan Nepal yang kini sedang mengalami lonjakan badai kasus corona.
Setidaknya 30 pendaki terpaksa dievakuasi setelah teridentifikasi positif Covid-19.
Awalnya, pemerintah Nepal tak pernah mengungkap mengenai penularan Covid-19 di jalur pendakian Gunung Everest yang baru saja dibuka kembali pada awal tahun ini.
Namun, kabar mengenai penularan ini mulai tersebar ketika seorang pendaki dari Norwegia, Erland Ness, dievakuasi menggunakan helikopter setelah dinyatakan positif Covid-19 pada pekan lalu.
Ketika saya dinyatakan positif, saya sangat kaget. Saat itu, saya sadar bahwa saya tak mungkin melanjutkan ekspedisi. Mimpi saya adalah mencapai puncak dan melihat pemandangannya,” ujar Ness kepada CNN.
“Lebih dari 30 orang sudah dievakuasi menggunakan pesawat baling-baling ke Kathmandu dengan gejala edema paru, kemudian dinyatakan positif corona,” tulis Michalski di Facebook.
Sejak kabar mengenai Ness tersebar, seorang pendaki dari Polandia, Pawel Michalski, mengungkap bahwa puluhan pendaki memang dinyatakan positif dalam beberapa waktu belakangan.
Organisasi bantuan di Gunung Everest, ER, bahkan melaporkan bahwa sejumlah pendaki melakukan isolasi mandiri di dalam tenda.
Kini, beredar rumor bahwa sebenarnya kasus Covid-19 di Gunung Everest sudah tinggi.
Namun, pemerintah Nepal melarang pendaki mengunggah foto dari Gunung Everest tanpa izin, membuat pihak luar kesulitan mengetahui kondisi nyata di sana.
Kepala operator tur Seven Summits Trek, Mingma Sherpa, menyatakan bahwa mereka sudah melayani setidaknya evakuasi 19 orang dari Gunung Everest.
Dari 19 orang itu, 7 di antaranya dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Sementara itu, 12 orang lainnya sedang menjalani tes setelah mengalami gejala Covid-19.
Salah satu dari tiga karyawan itu sudah dievakuasi pada Rabu (5/5). Dua karyawan lainnya akan dievakuasi setelah cuaca membaik.
Juru bicara Tentara Nepal, Santosh Ballave Paudel, mengatakan bahwa tiga karyawan pembersih di Kamp Pendaki Dhaulgari dinyatakan positif.
Di tengah kabar ini, pemimpin ekspedisi Gunung Everest, Lukas Furtenbach, mengatakan bahwa para pendaki khawatir pemerintah Nepal akan menutup kembali jalur pendakian.
“Prediksi saya, akan lebih banyak kasus. Semua orang khawatir akan ada pesan dari Kementerian Pariwisata berisi, ‘Anda harus pulang,’” kata Furtenbach.
Jalur pendakian Gunung Everest memang menjadi salah satu perhatian selama pandemi Covid-19.
Jalur tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan besar untuk sektor pariwisata Nepal.
Sebelum pandemi melanda, Nepal meraup untung hingga US$2 miliar berkat pembukaan jalur pendakian Gunung Everest sepanjang 2018.
Industri pariwisata Nepal pun terpukul ketika pemerintah memutuskan untuk menutup jalur pendakian akibat pandemi pada 2020.
Ketika pemerintah Nepal membuka kembali jalur pendakian pada awal 2021, Kementerian Pariwisata langsung memberikan izin bagi 408 pendaki Gunung Everest.
Jumlah ini meningkat dari hanya 393 pendaki pada 2019. Pada 2019 saja, jumlah tersebut sudah terbilang cukup besar, sampai-sampai jalur pendakian dilaporkan sangat penuh.
Menurut para pendaki, pos-pos pendakian di Gunung Everest sendiri sangat sempit. Dengan penambahan jumlah pendaki, sangat sulit untuk menerapkan aturan jaga jarak.
Pembukaan jalur pendakian Gunung Everest ini pun mengkhawatirkan sejumlah pihak, apalagi Nepal sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Menurut pejabat kesehatan Nepal, saat ini mereka mengalami peningkatan 57 persen kasus Covid-19 ketimbang bulan lalu.
“Apa yang terjadi di India saat ini adalah gambaran yang bisa terjadi di Nepal di masa mendatang jika kami tidak bisa menanggulangi penyebaran virus corona, yang semakin hari terus merenggut nyawa penduduk setiap menit,” kata Ketua Palang Merah Nepal, Netra Prasad Timsina. (cnnindonesia.com)