Begini Cara Teten Buat Petani hingga Nelayan Naik Kelas

Berita, Nasional998 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki memaparkan masalah yang terjadi pada sektor pangan di Indonesia. Menurutnya kebanyakan petani ataupun nelayan yang menjadi pelaku usaha selalu bekerja sendirian dan dalam skala kecil.

Dengan begitu petani dan nelayan ini tidak memiliki dukungan industri dari hulu ke hilir. Dia mengatakan pihaknya sedang melakukan pengembangan kelembagaan bagi para petani dan nelayan.

“Catatan kita, saat ini kita menghadapi usaha-usaha tani, nelayan, peternak itu selalu dalam skala kecil dan perorangan. Tata kelola usaha mereka juga belum modern, sehingga tidak memiliki dukungan industri hulu hilirnya,” ujar Teten dalam webinar yang diadakan Kadin Indonesia, Rabu (18/11/2020).

“Solusi kami adalah mendorong petani untuk bangun kelembagaan usaha yang dikelola secara profesional dan dibangun secara keekonomian,” lanjutnya.

Dia menjabarkan saat ini saja untuk sektor pangan rantai pasoknya sangat panjang. Untuk itu para petani, nelayan, maupun peternak kecil harus bisa berlembaga, dia menyebutnya sebagai farming corporation.

“Tadi saya perjelas tantangan sektor pangan ini rantai pasok yang rumit dan panjang, petani ke pengepul, ke pengepul besar, ke pasar induk, ke pasar tradisional baru sampai pelanggan. Makanya kita mau bangun kelembagaan usaha bagi mereka,” ungkap Teten.

Pihaknya sedang melakukan pilot project untuk hal tersebut di Demak, Jawa Tengah. Di sana ada koperasi pertanian yang memiliki anggota dengan lahan pertanian 100 hektare dan akan dikembangkan menjadi 1.000 hektare.

“Misalnya kami sedang mengembangkan satu koperasi di Demak yang sekarang itu anggotanya punya lahan eksisting 100 hektare, dan kami mau ini dikembangkan jadi 1.000 hektare. Ini rencana Januari mulai pembangunan dan RnD-nya,” ungkap Teten.

Nantinya para petani tersebut mendapatkan pembiayaan lewat kredit usaha rakyat (KUR). Kemudian koperasi akan bertugas sebagai pembeli dan penyalur hasil pertanian.

“Itu pembiayaan on farm dengan KUR, lalu koperasinya nanti akan kita diperkuat dari BLU kami. Sistemnya, koperasi harus membeli tunai produk petani, jadi petani punya kepastian bayarnya tunai,” papar Teten.

“Koperasi nanti yang hubungkan dengan market, apakah itu BUMN atau swasta atau dijual langsung ke konsumen,” ungkapnya.

Teten menjelaskan cara seperti ini modelnya mirip seperti di Belanda, di mana petani cukup memikirkan produktivitasnya saja. Sementara koperasi yang akan menyalurkan produk dari petani.

“Sehingga petani ini kita ambil model kayak agrikultur di Belanda. Jadi dalam bentuk koperasi, sehingga petani mereka ini fokus memikirkan produktivitas saja bukan cari pasarnya,” ujar Teten. (Dtc)